Selasa, 05 Juni 2012

Orang Kudus 5 Juni: St. Bonifasius

SANTO  BONIFASIUS, USKUP DAN MARTIR
Bonifasius berasal dari sebuah keluarga Anglosakson. Ia lahir pada tahun 680 di Crediton, Inggris, dari pasangan katolik. Namanya sejak kecil adalah Winfried. Pertemuan dengan para misionaris sudah dialaminya sejak masa kecilnya.

Para misionaris itu biasanya singgah di rumah mereka dan bercerita banyak tentang pengalaman mereka di seberang Laut Utara. Cerita-cerita para misionaris ini membangkitkan dalam hati Bonifasius keinginan untuk mengikuti jejak mereka. Ketika meningkat dewasa, Bonifasius masuk biara di Nursling. Di biara ini ia dididik dan dilatih untuk menjadi seorang rasul yang tangguh. Akhirnya ia berhasil ditahbiskan menjadi imam dan diutus ke Frisia. Tetapi karena bangsa Frank yang telah banyak menjadi kristen adalah musuh orang Frisia, maka penyebaran Injil di sini dilarang. Oleh karena itu Bonifasius kemudian pergi ke Roma.

Oleh Paus Gregorius II (715 – 731) ia diterima baik dan diberi nama baru Bonifasius yang berarti “yang mujur”. Dari Roma Bonifasius diutus ke tengah-tengah bangsa Jerman. Tugas perutusan yang berat dan berbahaya ini dijalankannya dengan setia. Di Jerman, ia pertama-tama pergi ke Hesse, kemudian ke Thuringia, Bavaria dan akhirnya ke Frisia. Para sahabatnya di Inggris mendukungnya dengan doa-doa, keperluan-keperluan altar dan gereja.

Atas permintaan Paus Gregorius II ia sekali lagi pergi ke Roma pada tahun 722, dan di sana ia ditahbiskan menjadi uskup. Setelah itu, Bonifasius kembali ke Jerman sebagai utusan Sri Paus untuk melayani Gereja di sana. Ia mendirikan banyak gereja dan biara serta mengadakan pembaharuan hidup rohani umat dan para imamnya. Banyak misionaris baru, imam maupun suster, didatangkannya dari Inggris. Dari antara misionaris-misionaris ini terkenallah suster-suster: Tekla, Walburga dan Lioba serta dua orang imam yang kemudian menjadi orang kudus: st. Lulus dan st. Eobanus.

Untuk tetap memelihara hidup rohaninya, Bonifasius mempergunakan beberapa minggu dalam setahun untuk beristirahat dan berdoa di kota Fulda. Kota Fulda ketika itu menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Dengan cara ini, Bonifasius berkembang menjadi seorang uskup yang saleh dan suci. Pada usianya yang lanjut itu, ia sekali lagi pergi ke Frisia bersama beberapa imam untuk menerimakan sakramen Krisma. Tetapi di daerah Dokum, Bonifasius bersama imam-imam itu diserang segerombolan orang-orang kafir. Para imam yang bersamanya dan orang-orang serani di tempat itu bertekad melawan serangan itu. Melihat hal itu Bonifasius berkata, “Anak-anakku! Janganlah berperang! Hari yang sudah lama kutunggu dengan penuh kerinduan akhirnya tiba juga. Biarlah Tuhan berperang melawan mereka.” Bonifasius dengan para imam yang menyertainya dalam perjalanan itu dibunuh karena imannya, bersama-sama 53 orang serani. Peristiwa itu terjadi pada tahun 754. Kemudian jenazahnya dibawa ke Fulda. Bonifasius dikenal sebagai perintis pewarta Injil di Jerman dan dihormati sebagai pelindung negeri Jerman.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Selasa Biasa IX - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa IX B/II
Bac I       : 2Ptr 3: 12 – 15a, 17 - 18 ; Injil            : Mrk 12: 13 – 17

Dalam bacaan Injil hari ini kita menyaksikan Yesus yang dicobai dengan pertanyaan yang menjerat oleh orang-orang Farisi dan orang Herodian. Cukup menarik kalau kita lihat reaksi dan sikap Yesus kepada mereka. Yesus sama sekali tidak marah sekalipun Dia tahu akan kemunafikan dan maksud jahat mereka. Yesus dapat mengendalikan emosi-Nya dan malah bisa memberikan jawaban, yang bukan saja brilian melainkan juga sangat bijaksana.
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" (ay 17a). Demikian jawaban Yesus yang membuat mereka heran. Ada dua hal yang bisa direnungkan dalam jawaban Yesus itu.
Pertama, lewat pernyataan-Nya itu Yesus mau mengatakan bahwa urusan dunia (politik) tidak buruk atau kotor. Sebagai warga kerajaan, setiap warga tidak bisa lepas dari urusan politik. Dan tidak salah kalau warga bersikap juga kepada dunia politik, bukan menghindarinya atau bersikap a-politik.
Kedua, dengan jawaban-Nya itu Yesus mau mengajak umat untuk menjaga keseimbangan antara urusan duniawi (politik) dan urusan ilahi (rohani). Yesus menghendaki agar umat dapat berlaku adil dalam menyikapi dimensi dalam hidupnya. Sikap yang hanya menekankan satu aspek saja perlu dihindari.
Nasehat Yesus yang kedua ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Petrus dalam suratnya. Petrus, dalam bacaan pertama menyadarkan pendengarnya bahwa perjalanan hidup umat terarah kepada kedatangan Tuhan Yesus, sang juru selamat. Namun Petrus sadar kalau umat masih berada di dunia. Oleh karena itu, Petrus meminta agar umat yang masih tinggal di dunia jangan sampai terlalu memperhatikan hal-hal duniawi sehingga lupa akan maksud tujuannya menantikan kedatangan Yesus Kristus.
Kiranya jelas, apa yang mau disampaikan Tuhan pada hari ini. Keseimbangan dalam hidup. Manusia adalah makhluk multi dimensional. Nah, lewat sabda-Nya Tuhan mau mengajak kita untuk memperhatikan dan memelihara keseimbangan dalam setiap dimensi hidup itu. Kita adalah makhluk individu dan juga sosial. Karena itu, jangan sampai kita sibuk memperhatikan diri sendiri tanpa peduli akan sesama. Kita adalah makhluk jasmani dan rohani. Antara jasmani dan rohani hendaklah terjaga keseimbangannya. Demikian dengan dimensi-dimensi lainnya. Intinya, kita diajak untuk bersikap adil.

Karena itu, marilah kita menjaga keseimbangan dalam hidup kita. Janganlah kita hanya terfokus pada satu dimensi hidup dan melalaikan dimensi yang lain.
by: adrian