Jumat, 09 November 2018

MEMBACA BUKU “REKAM JEJAK RADIKALISME SALAFI WAHABI”

Umat islam sering mengagung-agungkan agama islam sebagai agama damai, rahmatan lil alamin. Dengan konsep ini mereka selalu mengatakan bahwa terorisme bukanlah bagian dari islam. Dengan kata lain, tidak ada tempat bagi teorisme dalam islam, karena bertentangan dengan ajaran islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Pernyataan ini memang masuk akal dan dapat dibenarkan. Dasar dari pernyataan islam agama damai ada pada surah-surah yang turun di Mekah, atau biasa dikenal surah Makkiyah. Surah-surah ini benar-benar menampilkan wajah islam yang damai dan toleran.
Akan tetapi, harus juga diakui adanya radikalisme dalam islam. Radikalisme inilah yang membuat islam itu sebagai agama intoleran dan juga teroris yang menakutkan. Dengan kata lain, ada wajah terror dan intoleran pada islam. Hal ini memang masuk akal dan dapat dibenarkan, karena didasarkan pada surah Madaniyah (surah-surah yang turun di Madinah). Perbandingan surah Mekkah dan surah Madinah dapat dibaca di "Perbandingan Wahyu Mekkah dan Madinah".
Jadi, islam itu mempunyai dua wajah: wajah damai dan wajah terror. Umat islam yang mengatakan islam sebagai agama damai dan cinta kasih berarti mereka melupakan wajah mereka yang lain. Malah patut diakui bahwa wajah terror itu jauh lebih dominan.
Buku “Rekan Jejak Radikalisme Salafi Wahabi: Sejarah, Doktrin dan Akidah” mencoba memaparkan wajah islam yang penuh terror dan intoleran. Penulisnya, Achmad Imron R, memfokuskan akar kekerasan dalam islam itu pada satu kelompok islam, yaitu Wahabi. Karena penulisnya adalah orang Indonesia, maka buku ini benar-benar menarik, bukan hanya soal bahasanya melainkan juga uraiannya. Dengan sumber-sumber yang cukup luas, Imron membuka wawasan pembaca akan keberadaan Wahabi ini. Karena itu, buku ini dapat menjadi pelengkap sejarah islam.
Seluruh rangkaian dan ulasan tentang jejak radikalisme ini dipapar ke dalam 5 bab. Untuk dapat membaca (atau juga men-download) buku ini, silahkan klik di sini. Selamat membaca!
by: adrian

PAUS FRANSISKUS: ORANG KRISTEN HARUS JALANKAN ‘SABDA BAHAGIA’

Dengan nyanyian, puisi dan tarian – termasuk hip-hop – anak-anak muda berbagi dengan Paus Fransiskus dan anggota Sinode Para Uskup tentang kisah hidup mereka, harapan, mimpi dan terutama pertanyaan. Pertemuan pada sore, 6 Oktober, dihadiri oleh lebih dari 5.000 anak muda, kebanyakan siswa sekolah menengah dan mahasiswa Italia, di balai pertemuan Vatikan.
Orang-orang muda dari beberapa Negara menceritakan kisah pribadi mereka tentang pengalaman iman. Seorang remaja putera menceritakan tentang masa remajanya dimana ia terlibat dalam kejahatan, ditahan dan akhirnya dipenjara; sedangkan seorang yang lain bercerita tentang kesembuhannya dari kecanduan.
Seorang wanita muda Italia bercerita tentang pekerjaan sukarela yang dilakukannya. Ia tinggal dan bekerja di sebuah kamp pengungsi Suriah di Lebanon. Seorang wanita muda lainnya bertutur tentang pilihan hidupnya sebagai seorang novis dalam sebuah ordo religius.
Lalu pertanyaan bermunculan: apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah bunuh diri pada remaja? Bagaimana kita menemukan makna dalam hidup? Bagaimana kita bisa melawan diskriminasi dan ketidaksetaraan? Bagaimana kita bisa melawan rasa takut pada orang asing? Apa yang dapat Gereja lakukan untuk membantu kaum muda kristen di Negara dimana mereka adalah minoritas? Bagaimana orang-orang muda seharusnya menanggapi teman-teman mereka yang bertanya tentang skandal pelecehan seks dan beranggapan Gereja adalah “sarang dari orang-orang yang lebih tertarik pada uang dan kekuasaan daripada kebaikan”?