Selingkuh
adalah kata yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Kata ini sering melanda
relasi manusia. Karena itulah, kata ini sangat ditakuti saat orang hendak
membangun sebuah relasi. Perselingkuhan bukan hanya terjadi pada relasi
suami-istri atau relasi pacaran saja, melainkan relasi politik. Perselingkuhan
yang terjadi menunjukkan adanya ketidak-setiaan pada komitmen. Hal ini bisa
saja disebabkan adanya kepentingan. Orang atau partai politik yang selingkuh
pasti karena adanya kepentingan.
Pendapat
umum berkata bahwa kaum pria memang suka selingkuh. Karena itu selingkuh lebih
diidentikkan dengan kaum laki-laki. Tapi apakah selingkuh itu monopoli kaum
Adam?
Minggu
lalu kita sudah melihat ulasan selingkuh dari aspek kaum laki-laki: alasan
laki-laki selalu diidentikkan sebagai tukang selingkuh; konsep selingkuh bagi
laki-laki; sikap pria jika pasangannya yang selingkuh. Hari ini kami akan menurunkan
tulisan soal selingkuh dilihat dari perspektif kaum perempuan.
1.
Wanita Lebih Sering Selingkuh daripada
Pria
Bahagia
atau tidak bahagia dengan pasangannya, pria cenderung berselingkuh. Begitu
menurut tinjauan psikologis para peneliti. Namun, bila membicarakan soal
selingkuh, wanita ternyata bukan cuma sama bengalnya dengan pria,
tetapi juga lebih parah.
Sebuah
studi yang dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa wanita lebih sering
berselingkuh daripada pria. Demikian dilaporkan harian Daily Telegraph di
London. Dari 3.000 wanita, 40 persen mengaku pernah memiliki affair dengan
pria lain. Bandingkan dengan pria yang hanya 30 persen pria.
Meski
studi ini memang tidak 100 persen ilmiah namun hasil ini sedikit membuka mata
banyak orang perihal kebiasaan seksual wanita. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan peningkatan jumlah ini, antara lain, meningkatnya kesamaan
penghasilan dan lebih banyaknya peluang yang terbuka karena para perempuan yang
bekerja lembur.