Senin, 10 Maret 2014

(Inspirasi Hidup) Belajar Berorganisasi dari Metromini

BELAJAR DARI METROMINI
Bagi warga kota Jakarta, tentu sudah tak asing dengan metromini, salah satu transportasi favorit ibukota. Sekalipun keadaan body bagian dalam babak belur, namun warga masih mengandalkannya, termasuk saya. Sudah menjadi kebiasaan saya, kalau bepergian arah Grogol, selalu menggunakan Metromini 91. Saya suka naik metromini ini karena larinya laju, bahkan terkesan ugal-ugalan.

Umumnya setiap metromini terdiri dari seorang sopir dan seorang kenek. Bisa dikatakan bahwa sopir merupakan kepalanya, sedangkan kenek adalah bawahannya. Karena itu, sering kita dengar sopir memarahi kenek bila ada kekeliruan; sesuatu yang tak mungkin ditemukan jika kenek marah kepada sopir. Namun, terkadang terlihat juga bahwa kenek itu menjadi rekan kerja sopir.

Tugas sopir hanyalah mengendarai metromini. Dia tidak dipusingkan dengan urusan lain. Tugas lain dia serahkan kepada rekannya. Sekalipun posisinya lebih tinggi dari keneknya, dia taat kepada kenek jika rekannya itu memintanya untuk berhenti saat ada penumpang turun atau naik. Karena fokus pada kemudi, maka kebanyakan metromini lari dengan laju di antara kepadatan jalanan raya ibukota. Bahkan ia berani menyelip-nyelip kendaraan lain.

Tugas utama kenek ada tiga jenis. Pertama, ia mencari penumpang di jalanan dengan cara berteriak-teriak menyebutkan tujuan metromini itu. Jika ada, segera ia memberitahu sopir (atasannya). Kedua, membantu menaikan dan menurunkan penumpang. Kenek yang lebih dahulu tahu penumpang hendak turun dimana; dan ia segera menyampaikannya kepada sopir (tidak disimpan sendiri). Ketiga, mengatur ongkos. Dia mendapat kepercayaan penuh dari sopir untuk meminta ongkos dari penumpang. Sopir tidak curiga kalau uang itu akan sedikit ditilep oleh rekannya.

Selain tugas utama tadi, kenek juga masih memiliki beberapa tugas sampingan. Di antaranya adalah membantu sopir untuk bisa masuk-masuk di celah-celah kendaran lain. Tugas-tugas itu semua demi kelancaran perjalanan.

Suatu hari, saya hendak ke Grogol. Seperti biasanya saya naik metromini. Saya setelah beberapa menit saya duduk, tidak ada orang yang datang meminta ongkos seperti biasanya. Saya coba lihat-lihat, ternyata memang metromini itu lagi tidak ada keneknya. Karena itu, semua pekerjaan ditangani sendiri oleh sopir. Dia yang melihat-lihat penumpang di jalan, dia sendiri yang menerima ongkos dan mengatur kembalian, jika penumpang memberi uang besar.

Saya merasakan ada perbedaan antara metromini dengan kenek dan metromini tanpa kenek. Kalau dengan kenek, metromini dapat berlari kencang, karena sopir sudah membagi tugas dengan keneknya. Berbeda dengan metromini tanpa kenek, yang larinya sangat lamban. Hal ini tentu sedikit merugikan penumpang yang membutuhkan kecepatan waktu (mengingat, hidup di Jakarta itu ibarat dikejar dan mengejar waktu)

Pelajaran apa yang kita dapat dari sini?

Anggaplah metromini itu sebagai sebuah organisasi atau sebuah kelompok yang memiliki tujuan. Kalau dalam sebuah organisasi, semua pekerjaan ditangani sendiri oleh satu individu, tentulah gerak organisasi ini akan lamban. Harus ada pembagian tugas dan peran; dan masing-masing tetap setia pada peran dan tugasnya. Dan pembagian tugas itu dilandaskan pada kepercayaan. Sama seperti sopir yang menyerahkan tugas mengambil ongkos dari penumpang kepada keneknya.

Dari metromini, kita dapat pelajaran bahwa untuk kemajuan dan perkembangan sebuah organisasi, maka harus ada pembagian peran dan tugas di antara pengurus. Jangan serakah peran. Kesediaan membagi tugas kepada orang lain, bukan hanya karena sadar akan keterbatasan, melainkan demi tujuan. Kesediaan membagi tugas kepada rekan menunjukkan sikap percaya pada rekan.

Umumnya sopir metromini dan keneknya hanya berijasah SMP. Yang berijasah SMP saja bisa, bagaimana yang di atasnya????
Jakarta, 5 Maret 2014
by: adrian

Orang Kudus 10 Maret: St. Simplisius

SANTO SIMPLISIUS, PAUS & MARTIR
Simplisius dipilih menjadi paus pada tahun 468. Terkadang, tampak baginya, ia sama sekali sendirian dalam upaya meluruskan kejahatan yang merajalela. Para penakluk telah mengambil alih wilayah yang luas. Bahkan Roma sendiri telah diduduki oleh penyerang. Penduduk kelaparan dan miskin. Mereka telah dibebani pajak yang berat dan dirampok oleh para pejabat Romawi sebelumnya. Kemiskinan berkuasa di jalan-jalan dan menghalau segala sukacita. Para penakluk yang baru setidak-tidaknya tidak membebani mereka dengan pajak. Paus Simplisius mengusahakan segala daya upaya guna mengangkat taraf hidup masyarakat dan berkarya demi kebaikan mereka. Ia senantiasa ada di sana bagi mereka, tak peduli betapa kecil upaya yang dirasa dilakukannya. Dan sebab ia seorang yang kudus, ia tak pernah menyerah. Lebih dari sekedar perkataan, ia mengajar melalui teladan hidupnya yang kudus.

Simplisius harus banyak menderita sebagai seorang paus karena suatu alasan lain juga. Sebagian dari umat kristianinya sendiri bersikukuh berpegang pada pendapat-pendapat mereka yang salah. Lalu, dengan pilu hati, Simplisius harus mengekskomunikasi mereka. Ia meluruskan mereka yang berbuat salah dengan kelemah-lembutan dan kerendahan hati. Simplisius melayani sebagai paus selama limabelas tahun dan sebelas bulan. Kemudian Tuhan memanggilnya untuk menerima ganjaran atas kerja kerasnya. Simplisius wafat pada tahun 483 dan dimakamkan di Basilika St Petrus di Roma.

Renungan Hari Senin Prapaskah I - A

Renungan Hari Senin Prapaskah I, Thn A/I
Bac I : Im 19: 1 – 2, 11 – 18; Injil       : Mat 25: 31– 46

Dalam Injil hari ini Yesus berkisah tentang pengadilan akhir zaman. Pada saat itu akan terjadi pemisahan antara yang baik dan benar dari yang jahat dan tidak benar. Kelompok orang yang baik akan menerima ganjaran berupa “kerajaan yang telah disediakan .... sejak dunia dijadikan.” (ay. 34). Sementara yang jahat akan dienyahkan “ke dalam api yang kekal.” (ay. 41). Di sini Yesus menyadarkan umat bahwa apapun yang dilakukan umat, entah itu perbuatan baik atau buruk, secara tidak langsung ditujukan juga kepada-Nya. Di sini, muncul harapan, kalau memang kita mencintai Yesus, maka hendaknya kita selalu menampilkan kebaikan dalam hidup. Biarkanlah orang lain menikmatinya, karena ternyata bukan mereka saja yang merasakannya melainkan juga Tuhan.

Injil mengharapkan agar umat selalu melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupannya. Dalam bacaan pertama, Allah juga menyampaikan hal yang sama. Melalui mulut Nabi Musa, Allah menghendaki supaya umat-Nya menghindari yang jahat dan melakukan yang baik. Yang harus dihindari umat adalah tindakan mencuri, berbohong, berdusta, menyebar fitnah, membenci, mendendam. Dan yang harus dilakukan adalah bersikap adil terhadap sesama, teristimewa kaum kecil dan tertindas, menegor sesama agar terhindar dari perbuatan dosa, membela kaum tertindas, takut akan Allah dan mengasihi sesama. Intinya, Allah menghendaki supaya umat itu kudus, seperti Allah adalah kudus (ay. 2).

Masa prapaskah adalah masa tobat. Masa prapaskah merupakan saat untuk berubah, di mana perubahan itu terarah kepada yang baik. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan menghendaki agar kita senantiasa berlaku baik. Tuhan meminta kita untuk menghindari segala sesuatu yang jahat, karena hal itu akan melukai hati Tuhan. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menantang kita, jikalau memang kita benar-benar mencintai-Nya, maka kita diminta untuk mengungkapkannya itu melalui perbuatan-perbuatan baik kepada sesama. Karena apa yang kita lakukan kepada sesama, itu kita lakukan juga kepada Tuhan.

by: adrian