Minggu, 25 Januari 2015

Pesan Paus Fransiskus buat Keluarga Katolik

PAUS INGATKAN ANCAMAN TERHADAP KELUARGA
Pada hari kedua kunjungannya di Filipina, Paus Fransiskus memperingatkan keluarga-keluarga terkait “ancaman keluarga”. Paus, yang pernah dinobatkan sebagai the person of the year 2013 oleh Majalah TIME, memaparkan beberapa ancaman tersebut.

Pertama, adalah masalah keuangan (ekonomi keluarga). Gambaran situasi ekonomi dengan permasalahan keuangan ini terangkum dari pernyataan seorang ibu bernama Ediza Pumarada, yang suaminya bekerja di luar negeri. Kepada Bapa Paus, Pumarada mengungkapkan beban psikologis dan emosional yang dihadapinya.

Pumarada mengatakan bahwa ia terpaksa mengambil peran ganda dalam membesarkan anak dan keluarga. Ia juga harus menjaga hubungan cinta dengan suami yang jauh di sana serta membangun sikap saling percaya. Tentu masih ada kesulitan-kesulitan lain yang tak bisa diungkapkan satu per satu.

Apa yang disampaikan Pumarada merupakan gambaran umum kehidupan keluarga di Filipina. Menurut data dari kelompok migran, ada sekitar 15 juta pekerja Filipina bekerja di lebih dari 230 negara. Di antara 230 negara itu ada juga negara-negara Timur Tengah, yang notabene dikenal sebagai negara muslim, dimana tingkat intoleransinya sangat tinggi. Keberadaan di negara islam ini menjadi tantangan tersendiri. (Baca sharing pengalaman pekerja di tanah Timur Tengah).

Kedua, materialisme dan gaya hidup. Masalah pertama tadi mengungkapkan realitas kemiskinan yang masih ada di Filipina. Namun Paus, yang dikenal serba pertama ini, mengungkapkan sebuah ironisme. Sementara banyak orang hidup dalam kemiskinan parah, “keluarga lain terjebak dalam materialisme dan gaya hidup yang merusak kehidupan keluarga.”

Ancaman kedua ini terlihat dari kepemilikan dan mental pengagung-agungan harta benda. Orientasi orang yang sudah dirasuki hal ini adalah diri sendiri atau keluarganya saja. Materialisme dan gaya hidup membawa dampak yang merusak kehidupan keluarga, seperti perselingkuhan yang berujung pada perceraian, aborsi, dan anak-anak menjadi terlantar.

Bagi Paus, setiap ancaman terhadap keluarga merupakan ancaman bagi negara dan Gereja. “Dunia kita membutuhkan keluarga-keluarga yang baik dan tangguh untuk mengatasi ancaman ini,” kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, Paus Fransiskus menyampaikan beberapa pesan terkait masalah ini:
1.     Lindungilah keluarga dengan doa dan kasih karunia sakramen.
2.     Hormatilah kehidupan dan kelahiran sebagai sesuatu “kesucian setiap kehidupan manusia dari hamil hingga mati secara alami.”
3.     Bangunlah semangat peduli sebagai “murid misionaris Yesus” dan bersedia keluar dari rumah tangga sendiri dengan memperhatikan sesama yang membutuhkan.

Renungan Hari Minggu Biasa III - B

Renungan Hari Minggu Biasa III, Thn B/I
Bac I    Yun 3: 1 – 5, 10; Bac II                     1Kor 7: 29 – 31;
Injil      Mrk 1: 14 – 20;

Bacaan pertama dan Injil hari ini sama-sama bertemakan tentang panggilan Tuhan. Di sini diungkapkan maksud Tuhan memanggil manusia. Sekilas bisa dikatakan kalau Tuhan membutuhkan manusia. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yunus, menceritakan pengalaman panggilan yang dialami Yunus. Dikatakan bahwa Yunus dipanggil Tuhan untuk mengajak warga kota Niniwe bertobat, kembali kepada Allah. Berkat kehadiran Yunas-lah warga kota itu menyesali keberdosaan mereka dan bertobat, sehingga mereka luput dari bencana yang sudah dirancang oleh Allah.

Hal yang sama juga terlihat dalam Injil. Hari ini Injil menampilkan kisah panggilan Andreas dan Simon, saudaranya, serta Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zebedeus. Keempat orang ini memiliki profesi nelayan. Hal ini terlihat saat mereka dipanggil, dimana saat itu mereka masih sibuk dengan dunia mereka; Simon dan Andreas menebar jala di danau, sedangkan Yohanes dan Yakobus membereskan jala di dalam perahu. Mereka dipanggil Tuhan Yesus untuk menjadi “penjala manusia”, sebuah metafor untuk menyelamatkan manusia.

Jika bacaan pertama dan Injil menampilkan kisah panggilan untuk menjadi alat bagi Tuhan, dalam bacaan kedua ditampilkan contoh tersebut. Paulus adalah contohnya. Tuhan Yesus telah memanggil Paulus dengan maksud mengajak umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyadarkan umat mengarahkan hati, pikiran dan diri kepada Tuhan. Paulus tidak mau ada umat yang, hanya demi hal-hal duniawi, hilang atau tidak menikmati keselamatan Allah. Di sini tampak juga bahwa Paulus melaksanakan panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kita pun saat ini dipanggil oleh Tuhan. Sakramen-sakramen yang kita terima merupakan wujud Panggilan Tuhan. Kita dipanggil untuk “menyelamatkan” orang lain. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki kita untuk membantu sesama menyadari keberdosaannya. Sadar akan keberdosaan merupakan langkah awal penyelamatan. Jadi, Tuhan memanggil kita supaya melalui kita orang lain tidak berdosa. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa melalui kita orang lain mendapat keselamatan; atau kita menjadi alat bagi Tuhan untuk menyelamatkan sesama.

by: adrian