Rabu, 29 April 2015

Peningkatan Mobilitas Sosial Orang Dewasa

KONDISI-KONDISI YANG MEMUDAHKAN PENINGKATAN MOBILITAS SOSIAL
·          Tingkat pendidikan yang tinggi yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
·          Kawin dengan orang yang statusnya lebih tinggi.
·          Hubungan keluarga yang membantu sebagai “katrolan” di bidang pekerjaan.
·          Penerimaan dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi.
·          Uang dari warisan atau hasil jerih payah sendiri, yang dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan lainnya yang dapat menyatakan status yang tinggi.
·          Pindah keanggotaan gereja ke gereja yang lebih tinggi statusnya.
·          Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dari golongan atas.
·          Lulusan perguruan tinggi yang ternama.
·          Keanggotaan salah satu atau beberapa perkumpulan eksklusif.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 266
Baca juga tulisan psikologi lainnya:

Orang Kudus 29 April: St. Petrus Verona

SANTO PETRUS DARI VERONA, MARTIR
Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang Mahabaik. Bumi dan segala isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan ALLAH.
Ajaran Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman katolik yang diperoleh Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul (Credo) yang antara lain berbunyi, “Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.” Ajaran iman katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada keluarganya ia berkata, “Pengetahuanku tentang rahasia-rahasia iman katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku akan kebenaran-kebanaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka.”
Setelah menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Di sana ia menerima pakaian biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup membiara, ia ditahbiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkotbah di seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu.
Tanpa menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam kotbah-kotbahnya, para pembesar masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkotbah dan terus berdoa meminta kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah diteladankan Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk dirinya. Ia selalu berkata, “Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas diriku sesuai rencana mereka. Aku tetap bergembira dan bersemangat karena dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang.”
Doa-doanya untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara Dominikan.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 29 April:

Renungan Hari Rabu Paskah IV - B

Renungan Hari Rabu Paskah IV, Thn B/I
Bac I  Kis 12: 24 – 13: 5a; Injil               Yoh 12: 44 – 50;

Bacaan-bacaan liturgi hari ini memiliki semacam kesamaan. Kesamaan itu ada pada tokoh utama bacaan itu, yaitu Tuhan Yesus dan Saulus serta Barnabas. Mereka melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Dalam Injil dikatakan bahwa Tuhan Yesus, yang datang ke dunia sebagai terang, melakukan pekerjaan seperti yang diperintahkan Bapa. Karena itulah, menolak Tuhan Yesus berarti juga menolak Dia yang mengutus-Nya; dan siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus, berarti juga percaya kepada Dia yang mengutus-Nya.

Sikap, sebagaimana ditampilkan Tuhan Yesus, dilakukan juga oleh Saulus dan Barnabas. Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Kisah Para Rasul, menampilkan cerita pengalaman dua tokoh tersebut. Seperti Tuhan Yesus, yang hidup mengikuti perintah Allah, demikian pula Barnabas dan Saulus hidup mengikuti perintah Roh Kudus. Dikisahkan bahwa “Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus.” (ay. 4).

Manusia tercipta dengan kehendak bebas. Setiap manusia mempunyai kehendak atau kemauan pribadi. Umumnya setiap kita terpanggil untuk mewujudkan kemauan pribadi itu dalam kehidupan. Namun perlu disadari bahwa terkadang keinginan pribadi itu bertentangan dengan kehendak Allah. Hari ini sabda Tuhan menyadarkan kita bahwa berhadapan dengan kehendak Allah, kita harus mengutamakannya. Tuhan mau agar kita rela mengorbankan kehendak pribadi dan mendahulukan kehendak Allah dlam kehidupan kita. Lewat sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita membiarkan diri kita “dikendalikan” oleh pimpinan Allah dalam Roh-Nya.

by: adrian