Senin, 05 November 2012

Orang Kudus 5 November: St. Elisabeth & Zakarias

Santa elisabeth & santo zakarias
Cerita perihal kehidupan Elisabeth dan Zakarias, dan peranan mereka yang istimewa di dalam sejarah keselamatan Allah, hanya kita ketahui sedikit dari Injil, terutama Injil Lukas bab 1: 5 – 80.

Elisabeth adalah istri Zakarias – seorang imam Israel dari kelompok Abia (1 Taw 24: 10, Luk 1: 5) – dan ibu kandung Santo Yohanes Pemandi. Keduanya berasal dari keturunan Harun (ay. 5) dan hidup pada masa pemerintahan Herodes di wilayah Yudea. Di hadapan Tuhan, mereka hidup saleh dan benar, tanpa cela menghayati dan melaksanakan hukum Musa. Namun sayang! Mereka tidak dikaruniai anak sampai umur tuanya. Dari sudut pandang Yahudi, hal ini merupakan aib bagi mereka, namun inilah rahasia Tuhan di luar batas pemahaman manusia. karena melalui mereka Tuhan kemudian menunjukkan secara lebih tandas kuasa-Nya atas hidup manusia. Melalui mereka Tuhan mau melaksanakan rencana keselamatan-Nya atas manusia, yang akan dijalankan sendiri oleh Putera-Nya. Ternyata dari kedua orang kudus ini, Tuhan mengaruniakan seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, pendahulu Yesus, Sang Mesias.

Injil menceritakan bahwa Elisabeth adalah sanak Santa Maria, Bunda Yesus, namun hubungan itu tidak diketahui secara jelas dan pasti (ay. 36). Hubungannya dengan Maria, Ibu Yesus diceritakan di dalam kisah kunjungan Maria kepada Elisabeth, sebelum kelahiran Yesus (ay. 39).

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

(Inspirasi Hidup) Harapan Mengubah Jalan Hidup

HARAPAN MENGUBAH JALAN HIDUP
Berikut ini adalah sebuah kisah nyata yang inspiratif dari Alex W. Miller seorang penulis yang bekerja di The Walt Disney Company. Ia-lah yang menulis sebuah buku cerita anak-anak berjudul “Beyond The River”:
Bagi kebanyakan orang, kelulusan adalah hari yang sangat menyenangkan – puncak dari kerja keras bertahun-tahun. Tetapi kelulusanku... tidak.

Aku ingat akhir pekan dua tahun yang lalu. Keluarga dan teman datang dari berbagai negara untuk melihat kita berjalan di panggung. Tetapi seperti tiap orang di angkatanku, aku melihat keadaan ekonomi berubah dari buruk menjadi semakin buruk. Kita lulusan yang memiliki gelar, tetapi prospek yang sangat terbatas. Banyak lamaran pekerjaanku tidak diterima dan aku tahu pada hari berikutnya, saat rumah yang aku sewa sudah sudah habis waktunya, aku tidak akan lagi memiliki tempat yang disebut rumah.

Kamu tahu perasaan itu, saat kamu bangun dan hanya diliputi oleh ketakutan? Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan – rasa kegagalan terus menghantui sampai kamu berharap bahwa segala sesuatu yang terjadi sejauh ini hanya mimpi buruk? Perasaan itu terjadi terus menerus dalam hidupku. Sehari seperti seminggu, seminggu seperti sebulan, dan bulan-bulan yang terasa seperti kemelaratan tiada akhir. Dan bagian yang paling membuat aku frustasi adalah tidak peduli berapa kali aku mencoba, aku seperti tidak membuat kemajuan apapun.

Jadi apa yang aku lakukan untuk menjaga kewarasan diriku? Aku menulis. Menulis kata-kata dalam tiap halaman membuat segalanya tampak sedikit lebih jelas – sedikit lebih cerah. Tulisan itu memberiku harapan. Dan jika kamu sangat menginginkan sesuatu... kadang sedikit harapan adalah yang kamu butuhkan!

Aku menyalurkan rasa frustasiku ke dalam sebuah buku anak-anak. Beyond The River adalah sebuah cerita kisah kepahlawanan seekor ikan kecil yang menolak untuk menyerah dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.

Dan kemudian suatu hari, tanpa memiliki gelar dalam menulis ataupun kontak dan relasi dalam dunia tulis menulis – hanya dengan kerja keras dan ketekunan – aku ditawari kontrak penerbitan untuk buku pertamaku! Setelah itu, perlahan-lahan segala sesuatu mulai jatuh pada tempatnya. Aku ditawari kontrak untuk buku kedua. Kemudian, beberapa bulan kemudian, aku dipanggil wawancara dengan The Walt Disney Company dan dipekerjakan setelah itu.

Jangan menyerah. Meskipun segala sesuatu terlihat suram sekarang, jangan menyerah. Dua tahun lalu aku meringkuk di mobilku memakan sup dingin. Segala sesuatunya kini berubah. Jika kamu bekerja keras, memberikan waktu, dan tidak menyerah, segala sesuatu akan selalu lebih baik. Seringkali mimpi kita hanya berada di hulu sungai... apa yang kita butuhkan adalah keberanian untuk mendorong diri kita ke seberang.

Renungan Hari Senin Biasa XXXI - Thn II

Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXXI B/II
Bac I  Flp 2: 1 – 4; Injil        Luk 14: 12 – 14

Dalam Injil hari ini Yesus mengungkapkan pengajaran-Nya melalui perumpamaan undangan pesta. Adalah biasa orang mengundang sesamanya yang kelak akan/dapat balas mengundangnya atau mengundang orang yang pasti datang dengan membawa kado. Yesus justru mengajak berlaku sebaliknya. Undanglah mereka yang kelak tidak dapat mengundang kamu atau yang tidak bisa memberimu kado.

Lewat perumpamaan ini Yesus mau mengajak para murid-Nya untuk melakukan kebaikan tanpa pamrih atau mengharapkan balasan. Kebaikan itu diarahkan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Kebaikan yang dilakukan, tidak mengenal prinsip do ut des, saya memberi agar saya menerima kembali.

Nasehat Yesus dalam Injil sejalan dengan pesan Paulus kepada jemaat di Filipi. Dalam suratnya Paulus meminta jemaat untuk melakukan kebaikan tanpa "mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia." (ay. 3a). Yang menjadi dasar jemaat melakukan kebaikan itu adalah Kristus. Sama seperti Kristus yang telah lebih dahulu berbuat baik kepada kita tanpa meminta balasan, demikian pula hendaknya kita. Untuk mendukung nasehat ini, bagi Paulus, sikap yang harus dibangun adalah sikap rendah hati. Hanya orang yang rendah hati dapat memberi tanpa mengharapkan menerima.

Semoga dengan terang Sabda Tuhan hari ini kita terpanggil untuk mewujudkan kehendak Allah dalam diri kita. Kita dapat senantiasa berbuat baik kepada sesama kita tanpa kenal batasan suku, ras, agama dan golongan tanpa mengharapkan imbalan, baik berupa materi maupun pujian.

by: adrian