Rabu, 19 Februari 2020

INILAH ISTRI-ISTRI MUHAMMAD


Muhammad, oleh umat islam, tidak hanya dikenal sebagai nabi (terakhir) tetapi juga al insan al kamil, manusia sempurna. Namun sayangnya, ketika ditanya dimana letak kesempurnaan Muhammad, tidak ada kata sepakat di antara umat islam. Bagi orang non muslim, kata tersebut sungguh sangat membingungkan, secara khusus ketika melihat sisi gelap Muhammad, seperti terorisme dan juga istri-istri beliau.
Terkait dengan istri, ada banyak simpang siur soal jumlah. Ini baru istri, belum lagi soal gundik. Berikut ini akan ditampilkan data wanita-wanita yang pernah dinikahi Muhammad. Data ini diambil dari buku tulisan Tabari (vol. ix, hlm. 120 – 141), yang ada di quran dan hadist. Umat islam, karena sudah memahami Muhammad sebagai manusia sempurna, pasti akan mengatakan bahwa pernikahan-pernikahan tersebut bukanlah demi nafsu, tetapi untuk melindungi. Dari keterangan di bawah ini, silahkan pembaca menilai dengan mengaitkan gelar Muhammad sebagai manusia sempurna. Bagi mereka yang menggunakan akal sehat, pastilah alasan yang dikemukaan umat islam tidak akan masuk nalarnya.
01. Khadijah binti Khuwaylid. Ini adalah istri Muhammad yang pertama. Muhammad menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun saat berusia 24 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 619.
02. Sawdah binti Jamah. Ketika menikahi Sawdah, Muhammad berusia di atas 50 tahun. Tidak tahu persisnya tahun berapa mereka menikah. Usia Sawdah saat menikah pun tidak diketahui dengan pasti.
03. Aisha binti Abu Bakr. Ini adalah istri favorit Muhammad. Aisha disunting Muhammad ketika masih berusia 6 tahun, sementara Muhammad sudah berusia 50 tahun. Akan tetapi, Muhammad baru meniduri/bersetubuh dengan Aisha ketika Aisha berusia 9 tahun (bdk. HS Bukhari, buku 7, volume 7, no 89).

PAUS FRANSISKUS: GEREJA MENDENGAR TANGISAN ORANG-ORANG TERPINGGIRKAN DAN MISKIN


Gereja harus mengatasi kekerasan, ketidak-adilan dan penindasan, serta tidak bisa meninggalkan misi evangelisasi dan pelayanannya. Gereja memberi dirinya dengan kemurahan hati dan kelembutan atas nama orang yang paling kecil dan paling miskin. Gereja mendengarkan seruan orang di tempat terakhir dan tempat yang dikucilkan, karena Gereja menyadari dirinya sebagai komunitas peziarah yang dipanggil untuk memperluas sejarah kehadiran Yesus Kristus yang menyelamatkan.
Paus Fransiskus berbicara saat merenungkan panggilan Yesus dalam Injil Minggu, 9 Februari 2020 (Mat 5: 13 – 16), agar para murid-Nya menjadi garam dan terang. Penggunaan bahasa simbolik Yesus itu, ujar Paus Fransiskus, menjabarkan kriteria cara para murid Tuhan menjalankan misi mereka di dunia.
Diawali dengan metafora garam, Paus Fransiskus menjelaskan, garam memberi rasa dan menjaga makanan agar tidak rusak. Maka, “Murid dipanggil untuk menjauhkan masyarakat dari bahaya dan elemen-elemen merusak yang mencemari kehidupan manusia.” Orang-orang kristiani melakukannya dengan menentang dosa dan degradasi moral, serta memberikan kesaksian tentang kejujuran dan solidaritas. Paus Fransiskus juga memperingatkan akan adanya beberapa godaan untuk dilawan, termasuk karier, kekuasaan dan kekayaan.

PAUS FRANSISKUS: PENGAMPUNAN MEMBUAT KITA SEHAT

Meskipun penyembuhan menjadi hal utama dalam pelayanan Yesus, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus selalu memulainya dengan tindakan penting yaitu mengampuni dosa orang-orang yang memohon bantuan kepada-Nya. “Yesus mengajari kita untuk mengutamakan hal yang esensial,” demikian kata Paus Fransiskus dalam kotbahnya saat misa bersama umat di St. Martha House di Kota Vatikan pada 17 januari 2020.
“Yang penting adalah kesehatan, lengkap (antara) tubuh dan jiwa,” lanjut Paus Fransiskus. Pernyataan itu disampaikan saat mengomentari bacaan dari Injil Markus yang memberikan penjelasan tentang penyembuhan dan pengampunan Yesus bagi seorang lumpuh di kota Kapernaum. Paus Fransiskus mencatat bahwa Yesus pertama-tama mengatakan, “Anak-Ku, dosamu sudah diampuni,” dan kemudian menyembuhkan orang itu untuk memberikan pelajaran kepada mereka yang telah berkumpul untuk melihat dia.
“Penyembuhan fisik adalah anugerah, kesehatan fisik adalah anugerah yang harus kita jaga,” ujar Paus Fransiskus. “Tetapi Tuhan mengajarkan kita bahwa kita harus menjaga kesehatan hati kita – kesehatan rohani kita – juga,” tambah Paus Fransiskus.