Jumat, 31 Maret 2023

JIKA MEMANG NU TIDAK TUNGGAL, MAKA ….

 


Ketika muncul aksi penolakan pembangunan gereja di salah satu daerah di Jawa Timur, yang dilakukan oleh pengurus ranting NU, sontak warga Inronesia Raya kaget. Langsung saja aksi tersebut menjadi viral di jagat net. Hal ini menjadi viral karena selama ini orang mengenal NU sebagai islam garda terdepan bagi toleransi dan moderat. Bahkan ada satu label yang kerap diberikan kepada NU, yaitu penjaga gereja. Label ini diberikan karena salah satu anak NU, yakni banser, kerap menjaga gereja kala hari raya keagamaan Kristen (natal dan paskah). Kenapa kali ini NU bersikap kebalikan. Ada apa dengan NU.

Tidaklah heran akti penolakan ini lantas menjadi pembicaraan banyak orang. Salah satunya adalah Ade Armando. Dalam channel videonya, yang diberi judul “NU Itu Anti atau Pro Gereja?” pertama-tama Ade meletakkan persoalan penolakan itu dalam konteks yang netral. Dari sini kemudian Ade melontarkan satu pertanyaan mendasar: apakah NU sebenarnya menghormati keberagaman atau tidak? Setelah melontarkan pertanyaan Ade pun langsung menjawab, dimana intinya adalah sebagai berikut: tidak ada jawaban tunggal, karena NU memang tidak tunggal.

Sebenarnya jawaban Ade terdiri dari 2 kalimat. Pertama, tidak ada jawaban tunggal atas pertanyaan di atas. Artinya, tidak ada jawaban hanya “ya” saja atau juga “tidak” saja. Dari jawaban kalimat pertama ini, Ade lantas mengaitkan dengan NU sebagai jawaban kalimat kedua: NU memang tidak tunggal. Ini berarti menghormati atau juga tidak menghormati keberagaman itu ada dalam tubuh NU.

Rabu, 29 Maret 2023

SIKAP KRISTIANI BERHADAPAN DENGAN ORANG CACAT LAHIR


Kerap orang menilai anak yang lahir cacat karena ada yang salah pada orangtuanya, entah ayahnya atau juga ibunya. Sebenarnya pandangan seperti ini sudah ada sejak jaman Yesus. Pernah suatu kali Yesus ditanya oleh orang Farisi tentang pengemis buta, yang mengalami kebutaan sejak lahir. Mereka bertanya apakah kebutaan itu karena dosa orangtuanya atau dosa yang bersangkutan.

Minggu, 26 Maret 2023

VIRAL PENOLAKAN PEMBANGUNAN GEREJA OLEH RANTING NU


Penolakan pembangunan rumah ibadah kristen oleh pengurus ranting NU Sumberejo, Malang, menjadi buah bibir masyarakat se-Indonesia Raya. Maklum, aksi ini terbilang unik dan menarik

Jumat, 24 Maret 2023

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AT-TAKWIR AYAT 22

 


Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila (QS 81: 22)

Publik sudah tahu kalau Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah secara langsung. Artinya, Allah langsung berbicara kepada Muhammad, dan Muhammad kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya. Karena itu, umat islam yakin dan percaya apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Karena Allah itu maha benar, maka benar pula apa yang tertulis di dalamnya. Al-Qur’an dinilai suci karena Allah adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an berarti juga penghinaan terhadap Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberi bentuk hukuman bagi mereka yang menghina Allah, yaitu hukuman mati (QS al-Maidah: 33).

Al-Qur’an dikenal juga sebagai kitab atau keterangan yang jelas. Kata “jelas” di sini dimaknai bahwa apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an harus dimaknai secara lugas. Allah sendiri sudah berfirman bahwa diri-Nya telah memudahkan Al-Qur’an supaya mudah dipahami. Dengan kata lain, ketika Allah berbicara, Allah tidak menggunakan kata-kata kias. Karena itu, kata “membunuh” harus dipahami dengan tindakan menghilangkan nyawa seseorang, tidak ada makna lain. Tidak bisa dimaknai dengan menghilangkan hawa nafsu. Demikian pula dengan kata “perang” atau “jihad”.

Berangkat dari premis-premis di atas, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad. Meskipun demikian tetap harus diakui bahwa kutipan di atas tidaklah sepenuhnya merupakan perkataan Allah. Apa yang tertulis di dalam tanda kurang, yaitu “Muhammad”, harus diakui sebagai tambahan kemudian yang berasal dari tangan-tangan manusia. Aslinya wahyu Allah ini berbunyi sebagai berikut: Dan temanmu itu bukanlah orang gila.” Ketika wahyu Allah, yang dalam bentuk aslinya ditelaah dengan nalar akal sehat, maka yang dijumpai adalah ketidak-jelasan. Pertama-tama harus disadari, secara logika bahasa, kutipan ayat asli ini diucapkan Allah kepada Muhammad, karena Muhammad adalah lawan bicara Allah. Menjadi pertanyaan, siapa teman Muhammad yang bukan orang gila itu.

Mungkin ulama islam di kemudian hari kebingungan menemukan orang tersebut sehingga akhirnya menambah kata “Muhammad” sebagai penjelasan dari kata “temanmu”. Dengan demikian, wahyu Allah itu bisa dimaknai bahwa Muhammad itu bukanlah orang gila. Penambahan ini bukannya tanpa masalah. Setidaknya ada 2 masalah yang lahir dari penambahan itu.

Jumat, 17 Maret 2023

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AN NISA AYAT 87

 


Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah? (QS 4: 87)

Tak bisa dipungkiri bahwa umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad, yang kemudian ditulis di atas kertas. Sekalipun ada di kertas, tapi umat islam yakin bahwa itu adalah kata-kata Allah sendiri. Dan karena Allah itu mahasuci, maka kertas yang ditulisi perkataan Allah adalah suci juga. Maka dari itu, tak heran ketika ditemukan lembaran-lembaran Al-Qur’an di tempat sampah, yang sebagiannya sudah terbakar, umat islam merasa marah. Hal itu dilihat sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Dalam surah al-Maidah ayat 33, Allah meminta umat islam untuk membunuh mereka yang menghina-Nya. Begitu sadisnya Allah islam ini!

Berhubung Al-Qur’an merupakan pedoman yang menjadi tuntunan bagi umat islam, Allah telah memudahkan ayat-ayat Al-Qur’an. Artinya, dalam penyampaian wahyu-Nya Allah menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh umat-Nya. Karena itulah, Al-Qur’an dikenal juga sebagai kitab atau keterangan yang jelas. Umat islam, khususnya para ulama, menafsirkan kata “jelas” di sini sebagai terang benderang, sejalan dengan maksud Allah memudahkan semua ayat-Nya. Dengan kata lain, makna ayat-ayat Al-Qur’an dapat ditemui sebagaimana tertulis di dalamnya.

Berangkat dari dua premis di atas dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan wahyu Allah dan maknanya sangat jelas. Karena wahyu Allah ini ditulis dalam satu ayat, maka bisa dikatakan bahwa kutipan kalimat di atas turun bersamaan, sekali tarikan nafas. Kutipan wahyu Allah di atas terdiri dari 3 kalimat. Kalimat pertama, yang secara linguistik tidak bisa disebut sebagai kalimat, berisi pesan tauhid. Kalimat kedua menjelaskan tentang hari kiamat. Ada 2 pesan yang hendak disampaikan di sini, yaitu peran Allah yang mengumpulkan umat-Nya dan tentang kepastian hari kiamat itu sendiri. Kalimat ketiga berbentuk pertanyaan retoris tentang kebenaran perkataan Allah.

Kalau diperhatikan dengan seksama, ketiga kalimat Allah di atas sama sekali tidak mempunyai hubungan sama sekali. Ketiga kalimat tersebut memiliki arti dan pesannya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dari pesan tauhid langsung ke persoalan hari kiamat, dan tiba-tiba muncul pertanyaan yang sama sekali tidak ada kaitan dengan dua kalimat sebelumnya. Secara linguistik hal ini terasa sangat tidak masuk akal, dan membuat wahyu Allah ini terlihat kacau. Jika dikaitkan dengan salah satu sifat Allah, yakni maha sempurna, maka secara linguistik kutipan wahyu Allah di atas sangatlah mungkin bukan berasal dari Allah. Bagaimana mungkin dari Allah yang maha sempurna bisa muncul sesuatu yang tidak sempurna. Ataukah standar kesempurnaan Allah berbeda dengan standar kesempurnaan manusia? Artinya, bagi Allah itu sempurna, tapi tidak bagi manusia. Dapat dipastikan kutipan kalimat Allah di atas lahir dari pikiran manusia yang kacau, atau meminjam kata-kata JK Sheindlin, lahir dari “pikiran orang bingung”.

Jumat, 10 Maret 2023

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-MAIDAH AYAT 51

 


Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS 5: 51)

Selain sebagai kitab suci, umat islam melihat juga Al-Qur’an sebagai pedoman dan penuntun jalan hidup. Hal inilah yang membuat Al-Qur’an dilihat sebagai pusat spiritualitas hidup umat islam. Di sana mereka tidak hanya mengenal Allah yang diimani dan disembah, tetapi juga mendapatkan pedoman dan tuntunan hidup yang akan menghantar mereka ke surga. Al-Qur’an biasa dijadikan rujukan umat islam untuk bersikap dan bertindak dalam hidup keseharian. Berhubung Al-Qur’an itu berasal dari Allah, maka tuntunan dan pedoman yang diberikan Allah ini wajib ditaati.

Berangkat dari premis ini, maka dapatlah dikatakan kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang berisi nasehat untuk dijadikan pedoman bagi umat islam bersikap dan bertindak. Umat islam percaya bahwa hanya Muhammad saja yang menerima wahyu Allah. Karena itu, kutipan kalimat Allah di atas diterima Muhammad dari Allah. Melihat kalimat pertama wahyu Allah ini haruslah dikatakan bahwa wahyu Allah ini lebih ditujukan kepada para pengikut Muhammad. Frasa “umat yang beriman” selalu dimaknai sebagai umat islam, karena yang beriman itu hanya islam. Allah telah membuat islam sebagai patokan seseorang itu beriman (bandingkan ayat 41). Yang bukan islam dilabeli sebagai kafir. Allah menyampaikan itu melalui Muhammad. Artinya, Muhammad diminta Allah untuk menyampaikan pesan-Nya itu.

Rumusan wahyu Allah ini sedikit aneh. Jika memang tujuan utama wahyu Allah ini adalah umat islam sebagai pengikut Muhammad, seharusnya Allah mengawali perkataannya dengan, “Katakanlah ….” Rumusan seperti ini jamak dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Menjadi pertanyaan, kenapa di sini Allah tidak menyertakan frasa “Katakanlah …”? Apakah Allah lupa?

Kalimat berikutnya berisi nasehat yang harus diterapkan dalam kehidupan kaum muslim. Allah SWT memerintahkan umat islam untuk tidak menjadikan orang Yahudi dan Kristen sebagai teman setia. Memang di dalam wahyu Allah ini disebutkan alasannya, yaitu karena orang Yahudi dan Kristen saling melindungi untuk mencelakakan umat islam. Salah satu bentuk celaka yang dikhawatirkan Allah adalah pemurtadan. Alasan ini kurang lebih senada dengan wahyu Allah dalam QS Ali Imran: 149, yaitu bahwa orang kafir akan memurtadkan kaum muslim.

Jumat, 03 Maret 2023

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-MAIDAH AYAT 41

 


Wahai rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. […] (QS 5: 41)

Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam, selain hadis. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah secara langsung. Artinya, Allah langsung berbicara kepada Muhammad, yang kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya. Karena itu, umat islam yakin dan percaya apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Berhubung Allah itu diyakini sebagai maha suci, maka Al-Qur’an pun adalah suci. Pelecehan terhadap Al-Qur’an sama saja dengan pelecehan kepada Allah atau penyerangan terhadap keluhuran Allah. Allah sudah meminta kepada umat islam untuk memberi hukuman berat bagi mereka yang melakukan hal itu dengan cara dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (QS al-Maidah: 33).

Umat islam percaya Al-Qur’an dikenal sebagai kitab kebenaran, karena sumbernya adalah Allah yang diyakini sebagai mahabenar. Allah sendiri sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran yang meyakinkan (QS al-Haqqah: 51). Hal inilah yang kerap membuat umat islam menilai sesuatu di luar islam dengan menggunakan tolok ukur Al-Qur’an. Selain sebagai kitab kebenaran, Al-Qur’an juga dikenal sebagai kitab yang jelas, karena bersumber dari Allah yang maha mengetahui dan maha sempurna. Jika ditanya kepada umat islam kenapa Al-Qur’an merupakan kitab yang jelas, pastilah mereka menjawab karena itulah yang dikatakan Al-Qur’an.

Berangkat dari premis-premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis pada kutipan di atas (kecuali yang ada di dalam tanda kurung), semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah saat berbicara kepada Muhammad. Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Madaniyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Madinah.

Sebenarnya kalimat Allah dalam ayat 41 ini sangatlah panjang. Wahyu Allah ini terdiri dari 8 kalimat. Akan tetapi, fokus kajian ini hanya pada empat kalimat pertama. Kalimat pertama dan kedua dapat dijadikan hantaran untuk bisa memahami dua kalimat berikutnya (bahkan kalimat lainnya juga).

Wahyu Allah diawali dengan seruan yang langsung ditujukan kepada Muhammad. “Wahai Rasul!” Dalam kitab Al-Qur’an sekarang, sesudah kata rasul ada tambahan dalam tanda kurung dengan kata “Muhammad”. Ini mau menyatakan bahwa yang dimaksud rasul itu adalah Muhammad. Sebenarnya tanpa diberi tambahan keterangan pun, pembaca sudah paham siapa yang dimaksud rasul itu, dengan mengaitkan konteks ayat Al-Qur’an. Allah berbicara dengan Muhammad. Karena itulah wajar bila yang disapa-Nya itu adalah Muhammad. Tidak mungkin orang lain. Ini juga menjelaskan kata ganti “engkau” dalam ayat kedua.