Jumat, 05 April 2019

MENGUPAS TUNTAS ISLAMFOBIA


Pasca terror di dua masjid di Selandia Baru muncul dua istilah yang terkait dengan aksi terror tersebut. Dua istilah adalah islamfobia dan xenofobia. Islamfobia dipahami sebagai ketidak-sukaan atau ketakutan terhadap islam (baik sebagai agama maupun pemeluk), sedangkan xenophobia adalah ketidak-sukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing. Kedua istilah tersebut ditujukan kepada orang non muslim, secara khusus pelaku penembakan brutal terhadap umat islam.
Istilah islamfobia memang sudah tidak asing lagi. Hampir setiap kali muncul aksi terror bom bunuh diri, selalu ada aksi dari segelintir umat islam yang menyatakan mereka cinta damai dan islam sebagai rahmatan lil alamin. Gerakan damai kelompok islam pasca terror dari kelompok islam lainnya bertujuan hendak menghapus islamfobia pada kalangan umat non muslim.
Jika diperhatikan baik-baik, hingga saat ini tidak pernah muncul istilah lain selain islamfobia. Belum pernah ditemukan ada orang mengatakan kristenfobia, buddhafobia, hindufobia, dll. Yang ada sepertinya hanya islamfobia. Dan istilah ini hanya ditujukan kepada umat non islam dalam dua kasus yang berbeda, yaitu ketika muncul aksi terror islam dan aksi terror terhadap islam.
Pertama, ketika muncul bom Bali atau juga tragedi WTC, 11 September 2001, yang dilakukan oleh kelompok islam teroris al-Qaeda, muncul kata islamfobia yang ditujukan kepada umat non islam. Sepertinya terorisme selalu dikaitkan dengan islamfobia (silahkan baca di sini). Bayangkan, orang sudah menjadi korban kebiadaban para teroris islam, masih juga dicap islamfobia. Hal ini terus berulang di saat terorisme islam lainnya muncul. Malah umat non muslim, yang selalu menjadi sasaran terror, dikenakan sandang islamfobia.
Umumnya, pasca aksi terror yang dilakukan sekelompok umat islam radikal, akan muncul kelompok islam lainnya yang melakukan aksi damai. Gerakan mereka ini bertujuan menampilkan islam rahmatan lil alamin sehingga ketakutan pada islam itu hilang. Mereka ini sepertinya tidak sadar kalau islam itu memiliki wajah ganda; di sisi depan islam kasih dan sisi belakang islam benci. Islam yang berwajah kasih tidak melihat wajahnya yang lain, yang sebenarnya melekat erat dengan dirinya, sementara umat non muslim melihat keduanya. Karena itu, wajar ketika melihat wajah islam yang penuh kebencian, intoleran dan terror, umat non muslim ketakutan. Namun islam berwajah kasih hanya tertuju melihat orang lain yang ketakutan melihat islam yang berwajah benci (yang tak dilihatnya) lalu mencap orang itu islamfobia atau mengajak untuk tidak islamfobia.

MARI KITA BELAJAR


Blog budak-bangka enam tahun lalu, persisnya hari ini, 5 April 2013, menampilkan empat tulisan dengan tema belajar.  Secara umum, kata ‘belajar’ dapat dipahami sebagai suatu proses aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan dalam hidup, baik itu tingkah laku, cara pandang, pemahaman ataupun lainnya. Jadi, perubahan dalam diri seseorang dapat terjadi jika terjadi juga proses pembelajaran, yang didapat melalui berbagai macam cara.
Mengingat pentingnya peran belajar dalam hidup manusia inilah yang membuat blog budak-bangka menyajikan tulisan-tulisan terkait dengan belajar. Beberapa tulisan tersebut diambil dari berbagai media (sumbernya dapat dilihat pada bagian akhir tulisan). Dari semua tulisan tersebut, terlihat jelas bahwa belajar mendatangkan begitu banyak manfaat bagi kehidpan manusia. Dengan belajar juga dapat melahirkan peradaban baru.
Akan tetapi, blog budak-bangka tidak hanya menampilkan manfaat dari belajar saja, melainkan juga bagaimana menumbuhkan minat belajar tersebut pada anak sejak usia dini. Semua tulisan tersebut dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan sederhana sehingga sungguh menarik untuk dinikmati. Untuk dapat mengetahui aneka manfaat dari belajar dan bagaimana menanamkan minat belajar pada anak, langsung saja klik pada judul-judul berikut ini: