Kekerasan seksual terhadap anak dewasa ini memunculkan pemikiran perlunya
pendidikan seks ditanamkan sejak usia dini. Banyak ahli menilai bahwa
pendidikan seks yang baik dan benar, sedikitnya dapat mengatasi atau mengurangi
kejahatan seks terhadap anak, karena anak sudah memiliki bekal untuk
menghadapinya.
Akan tetapi, tuntutan akan pendidikan seks usia dini ini berbenturan dengan
kebingungan sebagian kalangan orangtua tentang bagaimana menerapkan pendidikan
seks yang tepat itu kepada anaknya. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang
berlaku masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu.
Karena itulah, psikolog Vera Itabiliana Hadiwijojo berpendapat bahwa
langkah pertama untuk penerapan pendidikan seks ini adalah perubahan pola
pikir, khususnya para orangtua. Seks tidak lagi dianggap sebagai tabu. Dengan
perubahan ini, orangtua akan lebih nyaman menyampaikan segala sesuatu terkait
dengan seks, dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami anak.
Pendidikan seks untuk anak mempunyai 2 fungsi, yaitu internal dan eksternal. Fungsi internal bertujuan membangun kesadaran anak akan tubuhnya. Pemahaman akan tubuh di sini tidak hanya sebatas organ seksualitas saja, melainkan juga tubuh secara keseluruhan. Anak diajak untuk menjaga, menghargai dan menghormati tubuh mereka sendiri, sebelum menuntut orang lain menghargainya.