Jumat, 13 Desember 2013

Aqua Galon

Entah kenapa, siang itu saya pengen sekali makan mie ayam. Kebetulan di seberang jalan depan Kantor Pemadam Kebakaran, di atas trotoar pinggir jalan raya, ada orang jual mie ayam, selain batagor. Saya lantas menghampiri dan memesan 1 porsi mie ayam.

Menunggu abang penjual mie ayam siap meracik hidangan yang saya pesan, saya memilih duduk di kursi plastik yang disediakan. Saya menunggu mie ayam sambil melihat-lihat orang lalu lalang di trotoar di depan kami serta mobil-mobil yang berseliweran.

Tak lama kemudian pesanan datang. Dengan ramah, abang mie ayam menyerahkan hidangan kepada saya, sambil bertanya, “Minumnya apa, mas?”

“Aqua aja, bang!” Ujarku sopan dan polos.

“Aqua gelas atau aqua galon?” Abang itu kembali bertanya sambil tersenyum. Saya pun ikut tersenyum dibuatnya. Boleh juga abang ini, pikirku dalam hati.

Karena tahu bahwa abang mie ayam itu hanya bercanda, saya pun langsung menjawab, “Aquaproof aja, bang!”

Spontan tawa kami meledak. Itulah indah dan nikmatnya makan di pinggiran jalan.
Jakarta, 11 Des 2013

Orang Kudus 13 Desember: St. Odilia

SANTA ODILIA atau OTTILIA, PENGAKU IMAN
Konon, Odilia lahir di Obernheim, sebuah desa di pegunungan Vosge, Prancis pada tahun 660. Ayahnya, Adalric, seorang tuan tanah di daerah Alsace; ibunya bernama Bereswindis. Odilia lahir dalam keadaan buta sehingga menjadi bahan ejekan tetangga yang sangat memalukan keluarganya. Ayahnya sedih sekali menghadapi kenyataan pahit ini. Ia merasa bahwa kebutaan itu sangat merendahkan martabat keluarganya yang bangsawan itu. Sia-sia saja semua usaha istrinya untuk meyakinkan dia bahwa kebutaan itu mungkin merupakan suatu kehendak Tuhan yang mempunyai suatu maksud tersembunyi bagi kemuliaanNya. Siapa tahu anak ini di kemudian hari dapat menjadi berkat bagi orang lain. Adalric benar-benar bingung dan tidak sudi menerima kehadiran anak buta ini sebagai buah hatinya sendiri. Dia bahkan menghendaki agar bayinya itu dibunuh saja.

Tak ada jalan lain bagi ibu Bereswindis kecuali melarikan puterinya yang malang itu ke suatu tempat yang aman demi keselamatannya. Ia berprinsip: biarlah puterinya diserahkan kepada orang lain untuk dijadikan sebagai anak angkat. Orang lain itu ialah seorang ibu petani yang dahulu pernah menjadi pembantu di rumahnya. Ketika peristiwa pelarian ini diketahui banyak orang, ibu Bereswindis menyuruh ibu pengasuh itu melarikan bayinya ke Baume-les-Dames, dekat Besancon. Di sana ada sebuah biara suster. Untunglah bahwa suster-suster di biara itu rela menerima dan bersedia mengasuh Odilia. Sampai umur 12 tahun, anak itu belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, pergi ke biara Baume-les-Dames, tempat puteri malang itu berada. Di sana ia mempermandikan puteri buta itu dengan nama Odilia. Uskup Erhart pun menyentuh mata puteri buta itu, dan seketika itu juga matanya terbuka, dan ia dapat melihat. Mujizat ini segera diberitahukan kepada keluarga Odilia. Uskup Erhart pun memberitahukan kesembuhan mata Odilia di biara Suster-suster Baume-les-Dames kepada ayahnya. Tetapi sang ayah tetap menolak menerima dan mengakui Odilia sebagai anaknya. Hugh, kakak Odilia yang kagum akan mujizat penyembuhan adiknya berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya di sebuah bukit, disaksikan oleh kerumunan rakyat. Melihat kenekatan Hugh, sang ayah menjadi berang, lalu memenggal kepala Hugh. Tetapi kemudian ia menyesali perbuatannya yang kejam itu dan dengan terharu menerima Odilia sebagai anaknya.

Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Tak lama kemudian ayahnya bermaksud menikahkan dia dengan seorang pangeran. Hal ini ditolaknya dengan tegas dan Odilia kemudian melarikan diri ke tempat yang jauh dari ayahnya. Meskipun ia tetap dikejar-kejar dan dipaksa ayahnya, namun ia tetap pada pendiriannya. Akhirnya ayahnya mengalah dan membujuknya pulang dan berjanji mendirikan sebuah rumah yang bisa dijadikan sebagai biara di Hohenburg. Di situ ia menjadi kepala biara. Ia juga mendirikan biara lain di Niedermunster. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720. Banyak mujizat terjadi di kuburnya.

Renungan Hari Jumat Adven II - A

Renungan Hari Jumat Adven II, Thn A/II
Bac I   : Yes 40: 25 – 31; Injil      : Mat 11: 28 – 30

Nabi Yesaya, dalam bacaan pertama, menyampaikan firman dari Allah. Dari nubuat Allah itu, terlihat jelas bahwa Allah itu bukan saja mahakuasa melainkan juga maha peduli. “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (ay. 29). Allah tidak mau membiarkan umat-Nya menderita seorang diri atau menelantarkan mereka begitu saja.

Firman Allah yang disuarakan Yesaya terungkap pada diri Yesus dalam Injil. Dalam Injil Yesus menyampaikan nubuat-Nya sendiri, yang tidak jauh berbeda dengan nubuat Yahwe yang disuarakan oleh Yesaya. Dia memberikan perhatian kepada “yang letih lesu dan berbeban berat.” (ay. 28). Mereka-mereka ini akan mendapatkan kelegaan. Yesus tidak ingin mereka itu hidup terlantar dalam penderitaan. Karena itulah Dia datang untuk menyelamatkan mereka.

Lewat sabda-Nya hari ini, Tuhan mau mengingatkan kita bahwa Dia tidak menghendaki kita binasa, melainkan selamat. Tuhan tidak mau kita sendirian terlantar dalam sengsara. Namun agar keselamatan itu dapat kita rasakan, dibutuhkan beberapa syarat. Kita harus mau menerima “kuk” yang dipasang Tuhan, meski kuk itu enak dan ringan (ay. 30), dan belajar dari Dia.

by: adrian