Sabtu, 31 Januari 2015

Jangan Sia-siakan Ampas Kopi

MARI MANFAATKAN KOPI HINGGA TUNTAS
Siapa sih yang tak kenal minuman hitam beraroma ini? Yah, kopi sering dicitrakan negatif oleh kebanyakan orang. Mungkin karena warna hitamnya. Maklum, warna hitam selalu memiliki konotasi jahat atau buruk. Karena itu, banyak penggemar kopi menghilangkan kesan itu dengan mencampurnya dengan aneka campuran, seperti susu atau cream, sehingga warnahnya tidak lagi hitam.

Kopi ternyata banyak mengandung manfaat. Ada beberapa manfaat bagi kesehatan dengan mengonsumsi kopi dengan baik dan benar. Minum kopi dengan baik dan benar serta rutin dapat membantu daya ingat, berguna bagi jantung, membuat mata tetap sehat dan mencegah penyakit pendengaran. Di samping itu, minum kopi juga membawa efek positif bagi orang-orang kantor.

Selama ini orang menikmati kopi hanya sebatas minum airnya saja. Setelah minum, kebanyakan orang langsung saja membuat ampas kopi yang ada di gelas. Belum ada banyak orang yang berusaha memperhatikan dan memanfaatkan ampas itu. Mungkin karena ia adalah ampas sehingga orang berpikir tidak ada lagi kaidahnya. Padahal sisa ampas kopi mempunyai banyak kegunaan.

Ada beberapa kegunaan ampas kopi yang bisa dimanfaatkan.
1.        Sebagai Pupuk Kompos
Perlu diketahui bahwa ampas kopi mengandung nitrogen yang berguna untuk menggemburkan tanah. Untuk dijadikan pupuk kompos, gunakan ampas kopi yang sudah lama terurai dicampurkan dengan dedauan dan rumput. Atau bisa juga ampas kopi itu dibuang di pot-pot bunga.

2.        Menghilangkan Bau Tak Sedap
Salah satu tempat yang menjadi sasaran bau tak sedap adalah kulkas. Mungkin kita biasa menyimpan ikan atau daging di sana sehingga bau amis tetap melekat sekalipun ikan/dagingnya sudah tak ada. Untuk menghilangkan bau tak sedap di kulkas ini, letakkan ampas kopi dalam sebuah mangkuk lalu masukkan ke dalam kulkas. Beberapa jam kemudian bau itu akan hilang. Dan ampas itu jangan langsung dibuang. Jadikanlah dia sebagai pupuk.

3.        Untuk Kecantikan Kulit
Setiap orang, khususnya wanita, selalu ingin tampil cantik. Banyak uang dikeluarkan supaya bisa berpenampilan cantik. Salah satu daya tarik kecantikan itu adalah kulit. Sebenarnya orang tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk perawatan kulit yang indah. Ampas kopi memiliki khasiat sebagai bahan scrub dan kecantikan kulit. Caranya, campurkan ampas kopi dengan minyak zaitun dalam jumlah yang sama, kemudian gosokkan di kulit secara halus dan merata. Setelah dibiarkan beberapa lama, basuhlah dengan air bersih. Sel-sel kulit mati akan terlepas dan kulit kita menjadi lembab.

4.        Membersihkan Peralatan Makan
Terkadang noda dan kotoran membandel sulit sekali dibersihkan. Ampas kopi bisa membantu mengatasi masalah ini. Gosoklah peralatan makan dengan spons yang dicampur dengan ampas kopi. Tekstur ampas kopi yang kasar dapat membantu membersihkannya. Di samping itu, tindakan ini juga berguna untuk menghilangkan bau amis di peralatan itu.

Demikianlah manfaat ampas kopi bagi kehidupan kita. Terlihat jelas kalau khasiat kopi tidak hanya diambil dari airnya saja, melainkan dari ampasnya juga. Karena itu, ada baiknya setelah meminum kopi, kita jangan langsung membuang begitu saja sisa ampasnya. Manfaatkanlah kopi hingga tuntas!
Pangkalpinang, 9 Desember 2014

Orang Kudus 31 Januari: St. Aidan

SANTO AIDAN, USKUP & PENGAKU IMAN
Aidan tinggal di sebuah biara di pulau Iona yang didirikan oleh Santo Kolumbanus. Biara inilah yang menghasilkan banyak imam misionaris untuk Skotlandia dan Inggris Utara. Aidan terkenal ketika pada tahun 634 ia diutus sebagai misionaris di Kerajaan Umbria Utara atas permintaan Santo Oswaldus, Raja Umbria Utara.

Sebelumnya pernah seorang imam berkarya di daerah itu, namun ia kurang berhasil. Kepada Aidan ia mengutarakan alasan kegagalannya: orang Umbria belum beradab, kepala batu bahkan masih liar. Sangat sulit mempertobatkan mereka. Aidan menjawab, “Menghadapi orang-orang kafir kita hendaknya terlebih dahulu memberikan kesaksian tentang seluruh iman ajaran Kristen dengan tingkah laku dan tutur kata kita yang sesuai dengan ajaran iman itu. Mungkin Anda terlalu tegas terhadap mereka dan menyajikan ajaran iman dengan cara yang sulit dipahami. Seturut nasehat para rasul, seharusnya Anda lebih dahulu menyajikan kepada mereka ajaran-ajaran yang mudah dicerna kemudian apabila mereka sudah dikuatkan oleh Sabda Allah, barulah ajaran-ajaran yang lebih berat untuk dipahami dan dilaksanakan disajikan kepada mereka.”

Aidan kemudian diutus ke Kerajaan Umbria. Dengan cara hidupnya dan tutur katanya yang lemah lembut, ia bersama Raja Oswaldus berhasil mengkristenkan rakyat Umbria. Ia menjadi gembala yang disenangi karena contoh dan teladan hidup. Ia pun tidak segan-segan menegur para petinggi kerajaan jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan tuntutan ajaran Kristen. Oswaldus bersama seluruh rakyat sangat senang kepada Aidan. Setelah ditahbiskan menjadi uskup, Aidan menetap di pulau Lindisfarne yang kelak disebut Pulau Suci karena biara yang didirikannya di sana menghasilkan banyak imam misionaris yang saleh. Aidan meninggal dunia pada tahun 651 dan hingga kini dihormati sebagai rasul bangsa Inggris Utara, sebagaimana Santo Agustinus dari Canterbury untuk Inggris Selatan.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 31 Januari:

Renungan Hari Sabtu Biasa III - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 11: 1 – 2, 8 – 19; Injil                 Mrk 4: 35 – 41;

Hari ini Injil menampilkan kisah Tuhan Yesus bersama para murid-Nya yang diterjang badai di danau. Dikatakan bahwa saat badai melanda, Tuhan Yesus tidur tenang-tenang, sementara para murid berjuang dalam ketakutan. Mereka akhirnya membangunkan Tuhan Yesus dan Dia akhirnya menenangkan badai. Tuhan Yesus mencela ketidakpercayaan mereka sehingga mereka hidup dalam ketakutan. Ada korelasi antara tidak percaya dan takut. Tidak percaya kepada Yesus melahirkan ketakutan. Di sini terlihat jelas bahwa para murid kurang beriman kepada-Nya.

Sejalan dengan apa yang disampaikan Injil di atas, penulis Surat kepada Orang Ibrani, dalam bacaan pertama, berbicara tentang iman. Bagi penulis, iman merupakan dasar pengharapan (ay. 1). Karena harapan yang dilandasi iman ini membuat apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Penulis menampilkan tokoh Abraham untuk mendukung pernyataannya. Di sana terlihat iman Abraham yang menyerahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan ilahi.

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang iman. Tuhan menghendaki supaya kita memiliki iman kepada-Nya. Beriman kepada Tuhan berarti kita percaya kepada-Nya dan juga mempercayakan diri kita kepada-Nya. Dalam kehidupan kita akan selalu mendapatkan tantangan dan cobaan. Tantangan dan cobaan yang berdampak pada penderitaan hidup, bisa mengurangi kadar iman, bahkan melenyapkannya. Tak jarang hal itu membuat kita menjadi takut. Melalui sabda-Nya, Tuhan meminta kita tetap beriman kepada-Nya. Kita tak perlu takut dan cemas. Tuhan sendiri yang akan membantu kita mengatasi badai dalam hidup kita.

by: adrian

Jumat, 30 Januari 2015

Ketegasan Tukang Parkir

Karena belum bisa membawa mobil sendiri, berhubung masih kurang sehat, Romo Agus meminta rekannya, Romo Anto, untuk mengantarnya ke Rumah Sakit Bakti Wara. Ketika mau memasuki pintu masuk rumah sakit, Romo Anto sibuk mencari uang kecil di sakunya untuk bayar uang parkir.

Melihat hal itu, Romo Agus menasehati temannya untuk menyampaikan kepada petugas parkir bahwa mereka adalah imam. “Pasti kita bebas parkir. Ini kan Rumah Sakit Keuskupan. Kita adalah keuskupan.” Kilah Romo Agus seraya meniru salah satu slogan kampanye Jokowi.

Ketika tiba di pos parkir, Romo Anto mencoba saran temannya.

Romo Anto    : Kami romo. Mau antar Romo Agus.

Petugas          : Tiga ribu. (dengan muka jutek)

Romo Anto    : Iya, kami ini pastor.

Petugas          : Jangankan pastor, Yesus masuk pun tetap saya minta 
                         tiga ribu.

Romo Anto    : *&^%$#????
Pangkalpinang, 17 November 2014
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 30 Januari: St. Maria Ward

SANTA MARIA WARD, PENGAKU IMAN
Maria Ward hidup antara tahun 1585 – 1645. Puteri bangsawan Inggris ini berkali-kali terpaksa mengungsi karena ingin mengikuti misa kudus. Sebab perayaan ekaristi dilarang oleh Ratu Elisabeth. Pada umur 20 tahun, ia melarikan diri ke Belgia untuk masuk biara Klaris. Ia mencoba dua kali, tetapi selalu gagal walaupun sudah berusaha setaat mungkin pada aturan biara.

Akhirnya ia mendirikan kumpulan wanita yang hidup bersama tanpa klausura atau pakaian biara. Sebab, mereka mau kembali ke Inggris untuk memperkuat iman umat yang dianiaya. Beberapa kali pulang, dikejar-kejar, dipenjarakan dan dihukum, namun ia dibebaskan lagi. Ia kemudian kembali ke Belgia, memimpin Puteri-puteri Inggris dan berusaha mendapatkan pengakuan dari Bapa Paus di Roma. Di Munchen ia dipenjarakan sebagai seorang bidaah, dan pada tahun 1631, Suster-suster Jesuit-nya dilarang oleh Paus. Namun akhirnya ia direhabilitasi dan perjuangannya supaya kaum wanita boleh merasul seperti kaum pria diterima oleh pejabat Gereja yang masih berpikiran kolot.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 30 Januari:

Renungan Hari Jumat Biasa III - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 32 – 39; Injil             Mrk 4: 26 – 34;

Injil hari ini menampilkan pengajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah dalam bentuk perumpamaan. Ada dua perumpamaan yang diberikan. Keduanya sama-sama menekankan hal yang sama, yaitu proses. Lewat perumpamaan ini mau dikatakan bahwa Kerajaan Allah itu membutuhkan suatu proses, seperti berawal dari benih lalu muncul tunas dan kemudian menjadi batang; dari batang muncul cabang dan ranting yang akhirnya mengeluarkan buah. Terlihat bahwa proses itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dalam masa proses itu dibutuhkan pengorbanan serta ketekunan.

Apa yang disampaikan Injil di atas sejalan dengan apa yang disampaikan penulis Surat kepada Orang Ibrani. Dalam bacaan pertama, penulis menyadarkan para pembacanya bahwa untuk sampai kepada keselamatan akhir (Kerajaan Allah, dalam Injil) butuh suatu proses. Umat sudah menerima terang (Kristus), maka hendaklah terang itu dipertahankan. Dalam proses itu akan ada penderitaan (itu merupakan pengorbanan); karena itu dibutuhkan ketekunan. Penulis meminta mereka untuk tidak meninggalkan terang itu sekalipun penderitaan melanda.

Perjalanan hidup kita akan berakhir pada Kerajaan Allah. Dia-lah tujuan akhir perjalanan hidup manusia. Untuk bisa sampai ke sana, dibutuhkan proses yang panjang dan butuh pengorbanan. Bukan dengan menerima sakramen otomatis kita masuk Kerajaan Allah. Bukan pula dengan rajin misa setiap minggu kita nanti pasti berada di dalam Kerajaan Allah. Dibutuhkan pejuangan, tantangan dan pengorbanan. Karena kita akan menghadapi banyak cercaan dan penderitaan yang dapat mengubah arah haluan kita. Tuhan menghendaki supaya kita tetap setia pada proses perjalanan kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya. Sabda Tuhan ini bisa juga mengajarkan kita bahwa untuk mencapai suatu sukses dibutuhkan proses dan proses itu butuh pengorbanan, kesetiaan dan ketekunan.

by: adrian

Kamis, 29 Januari 2015

Efek Tidur dlm Gelap bagi Kehamilan

INGIN CEPAT HAMIL, TIDURLAH DALAM GELAP
Mematikan lampu kamar saat tidur merupakan salah satu cara untuk membuat tidur lebih nyenyak. Tidur dalam gelap ternyata juga dianjurkan bagi wanita yang ingin segera hamil. Suasana gelap ternyata dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi pada wanita dan juga untuk melindungi perkembangan janin. Demikian disampaikan Russel J. Reiter, pakar bidang biologi seluler dari Universitas Texas Health Science Center.

Dalam analisa studi yang dimuat dalam jurnal Fertility and Sterility, Reiter dan timnya menemukan bahwa kadar melatonin dan irama sirkadian berperan penting dalam proses reproduksi wanita. "Jika kita tidur dengan lampu kamar menyala, produksi melatonin akan berkurang," kata Reiter.

Melatonin adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pineal di otak saat kondisi gelap dan memicu kantuk. Hormon ini disebutkan sangat penting saat seorang wanita berusaha untuk hamil karena akan melindungi sel telur dari stres oksidatif.

Melatonin diketahui memiliki kandungan antioksidan kuat yang akan melindungi sel telur dari kerusakan akibat radikal bebas, terutama pada masa pembuahan. "Jika seorang wanita berusaha untuk hamil, sebaiknya tidur cukup setidaknya 8 jam setiap malam dan tidurlah dalam gelap. Tidur dalam gelap juga harus menjadi rutinitas, jika tidak jam biologis bisa kebingungan," katanya.

Ia menambahkan, selama kehamilan tidur dalam gelap sebaiknya tidak diganggu dengan cahaya, terutama pada trimester ketiga kehamilan. Menyalakan lampu saat tidur malam akan mengurangi produksi melatonin pada wanita, dan ini bisa berbahaya pada otak janin sehingga jumlah melatonin yang berfungsi mengatur jam biologis terganggu.

Penelitian pada hewan menunjukkan, lingkungan tidur yang gelap kemudian terang terkait dengan gangguan perilaku pada bayi baru lahir. Penelitian lain juga menduga tidur dengan lampu kamar terus menyala terkait dengan gangguan hiperaktif atau autisme pada anak.

sumber: Kompas Health

Orang Kudus 29 Januari: St. Arkanjela Girlani

BEATA ARKANJELA GIRLANI
Eleanor Girlani lahir pada tahun 1460 di Trino, Italia. Sejak kecil ia sudah hidup dalam kehidupan religius dan berencana menjadi biarawati Benediktin. Sewaktu akan berangkat menuju biara Benediktin di Rocca delle Donne, kereta kuda yang ia gunakan tidak mau bergerak sama sekali. Hal ini ia anggap sebagai tanda dari Tuhan. Ia kemudian bergabung menjadi biarawati Karmelit di biara di Parma pada tahun 1478 bersama dua saudarinya, Maria dan Skolastika. Eleanor mengambil nama Arkanjela.

Seiring berjalannya waktu, Arkanjela diangkat sebagai priorin biara di Parma. Kemudian ia menjadi priorin untuk biara baru di mantua. Arkanjela dikenal karena devosinya kepada Tritunggal Mahakudus. Selain itu ia juga diberikan banyak karunia oleh Tuhan, di antaranya adalah melakukan mukjizat, melayang dan ekstase. Arkanjela Girlani, O.Carm meninggal dunia pada 25 Januari 1495 di Mantua, Italia. Pada 1 Oktober 1864 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius X.

Baca juga riwayat orang kudus 29 Januari:

Renungan Hari Kamis Biasa III - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 19 – 25; Injil             Mrk 4: 21 – 25;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajar orang banyak tentang menjadi pelita. Tuhan Yesus menghendaki supaya pendengar-Nya mau menjadi pelita. Fungsi pelita adalah menyingkirkan kegelapan dan memberi penerangan. Namun pelita tidak menghasilkan cahaya dari dirinya sendiri sehingga bisa menerangi. Terang itu diberikan kepada kepada pelita. Terang di sini merupakan simbol kebaikan atau hal-hal positif yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tuhan Yesus menghendaki supaya pendengar-Nya menjadi terang, yang memancarkan cahaya kebaikan sehingga hal-hal negatif dalam kehidupan menjadi sirna.

Apa yang disampaikan Injil di atas sejalan dengan harapan penulis Surat kepada Orang Ibrani. Dalam bacaan pertama, penulis mengajak para pembacanya untuk hidup saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (ay. 24), dan saling menasehati (ay. 25). Di sini orang bisa berperan sebagai pelita bagi sesamanya yang masih tinggal dalam kegelapan. Dengan tindakan kasih, orang lain dapat melihat kebaikan; dan dengan menasehati dan menolong, orang lain bisa terbantu untuk keluar dari situasi gelapnya.

Kita adalah pelita. Kita menerima terang dari Tuhan. Terang itu membuat kita bercayaha. Dengan cahaya itu kita terpanggil untuk menerangi kegelapan dalam kehidupan kita. Dengan cahaya itu, orang bukan saja bisa melihat terang itu, melainkan juga dapat terbantu untuk keluar dari kegelapan hidupnya. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan menghendaki supaya kita menjadi alat bagi-Nya untuk membantu sesama kita yang masih tinggal dalam kegelapan. Namun terlebih dahulu kita harus keluar dari kegelapan kita dan menerima terang dari Tuhan sehingga kita bisa memancarkan cahaya kebaikan Tuhan.

by: adrian

Rabu, 28 Januari 2015

Bahaya Tidak Mampu Menyesuaikan Diri Remaja

TANDA BAHAYA YANG UMUM DARI KETIDAKMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA
* Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
* Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
* Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok.
* Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
* Perasaan menyerah.
* Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
* Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.
* Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan memindahkan.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 239.
Baca juga artikel psikologi lainnya:

Orang Kudus 28 Januari: St. Petrus Nolaskus

SANTO PETRUS NOLASKUS, PENGAKU IMAN
Petrus lahir pada tahun 1182 dari keluarga bangsawan Nolasco. Menjelang umur 25 tahun, ia dipaksa menikahi gadis pilihan orang tuanya, namun dengan tegas ia menolak paksaan itu karena ia sudah menjanjikan kemurnian dirinya dan mempercayakan segala harta miliknya kepada Tuhan.

Di masa hidupnya, Bangsa Moor yang beragama Islam, menguasai sebagian besar negeri Spanyol. Perdagangan budak belian yang diambil dari Afrika merupakan salah satu praktek kekafiran yang paling mencolok dari bangsa ini. Petrus menaruh keprihatinan besar pada nasib orang-orang Afrika Utara yang menjadi budak belian itu, terutama mereka yang telah menjadi Kristen. Semangat imannya untuk membebaskan orang-orang itu dari cengkeraman orang Moor bergejolak kuat dalam batinnya.

Akhirnya, didorong oleh suatu penglihatan ajaib, Petrus bersama Raymundus Penafort dan Raja Yakobus dari Aragon mendirikan Ordo Pembebasan Hamba Sahaya. Mereka mempersembahkan ordo ini kepada perlindungan Santa Maria. Dengan semangat iman dan cinta kasih, ia bersama rekan-rekannya berhasil membebaskan banyak orang Kristen (tercatat 890 orang) dari belenggu perbudakan dan dari penjara-penjara islam. Petrus bahkan mempertobatkan pemimpin-pemimpin bangsa Moor.

Semangat kerasulannya menarik banyak orang awam untuk turut serta bersamanya membebaskan sesamanya dari belenggu perbudakan dan belenggu dosa. Selama 25 tahun Petrus mengabdikan dirinya dalam karya pembebasan para budak belian itu. Semangatnya yang meluap-luap dalam karyanya itu, akhirnya terbentur dengan kesehatannya. Setelah ia mengamalkan iman dan cinta kasih kristiani melalui tindakan serta teladan hidupnya, Petrus Nolaskus meninggal dunia tepat pada hari Raya Natal 1256.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 28 Januari:

Renungan Hari Rabu Biasa III - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 11 – 18; Injil             Mrk 4: 1 – 20;

Injil hari ini berbicara tentang perumpamaan penabur. Tuhan Yesus mengajar orang banyak dengan menggunakan perumpamaan seorang penabur yang menaburkan benih. Dikatakan benih itu jatuh di empat lokasi yang berbeda, yaitu pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri dan tanah subur. Dari keempat lahan tadi, hanya lahan keempat saja yang menghasilkan panenan berlipat-lipat. Tentulah semua pendengar-Nya setuju akan hal itu. Dan satu harapan agar semuanya berpikir bahwa sebagai petani ia akan mengolah lahan pertaniannya menjadi lahan subur sehingga pantas untuk persemaian benih. Jadi, jika lahan sebelumnya merupakan lahan berbatu-batu, maka harus diubah dulu menjadi lahan subur; demikian pula lahan lainnya.

Lewat sebuah perumpamaan orang bisa menemukan pesan yang hendak disampaikan. Ada kehendak Allah di sana. Ini bisa ditemukan karena manusia memiliki hati dan budi; dan ini merupakan karunia Allah. Ini sudah disampaikan oleh penulis Surat kepada Orang Ibrani dalam bacaan pertama hari ini. Penulis mengutip firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan menaruh hukum-Nya di hati umat dan menuliskannya di dalam akal budi mereka (ay. 16). Jadi, dengan akal ia berpikir, dengan hati ia berkehendak dan berkarya sehingga melahirkan perubahan.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Allah telah mengaruniakan kita kemampuan untuk mencari dan menemukan kehendak Allah dalam setiap peristiwa kehidupan. Dengan kemampuan ini kita diharapkan untuk selalu bisa tampil lebih baik lagi dari sebelumnya. Pertama-tama kemampuan itu membantu kita menemukan kelemahan dan kekurangan kita dan mengarahkan kita kepada yang lebih baik. Di sini dibutuhkan pertobatan atau perubahan. Sangat disayangkan jika dengan kesadaran itu kita tidak menghasilkan perubahan. Ini seperti petani yang tahu bahwa lahannya merupakan jenis lahan berbatu, tapi ia tidak mau mengubahnya menjadi lahan subur. Jadi, melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki kita untuk menggunakan kemampuan yang telah dianugerahkan Tuhan untuk menghasilkan buah-buah kebaikan dalam kehidupan yang berguna bagi sesama.

by: adrian

Selasa, 27 Januari 2015

(Pencerahan) Memohon Maaf Sebelum Terlambat

AYAH AKU MOHON MAAF
Dan pohon kemuning akan segera kutanam
Satu saat kelak dapat jadi peneduh
Meskipun hanya jasad bersemayam di sini
Biarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu.

Walau tak terucap aku sangat kehilangan
Sebahagian semangatku ada dalam doamu
Warisan yang kau tinggal petuah sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan.

Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu.

Ayah aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembah yang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana.

Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku.

Air hujan mengguyur sekujur ke bumi
Kami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal.

Ayah aku mohon maaf atas keluputanku
Yang aku sengaja maupun tak kusengaja
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan buatmu ayah tercinta

by: Ebiet G Ade
Baca juga:
2.      Kenaikan Pangkat

Orang Kudus 27 Januari: St. Robertus Molesmes

SANTO ROBERTUS MOLESMES, ABBAS
Robert lahir pada sekitar tahun 1029 di Troyes, Champagne, Perancis. Ia adalah putera dari keluarga bangsawan. Pada usia limabelas tahun, Robertus memutuskan bergabung dengan Biara Benediktin di Mountier la Celle. Di biara ini, Robertus sempat menjabat sebagai Prior, sebelum ia kemudian ditunjuk menjadi Abbas di biara St. Michael de Tonnere pada tahun 1068. Di sini ia mencoba untuk melakukan pembaharuan, tetapi mendapat tantangan. Selain itu ada beberapa hal lain yang membuat Robertus memutuskan untuk kembali ke Mountier la Celle.

Pada tahun 1071 Robertus kemudian menjadi prior di Biara St. Aveul de Provins. Atas permintaan para petapa dari Collan, Paus Gregorius VII menunjuk Robertus untuk menjadi prior mereka. Robertus merasa lokasi pertapaan di Collan kurang cocok dan kemudian ia mendirikan biara di Molesmes. Biara ini menjadi terkenal dan juga berkelimpahan harta. Robertus berusaha keras untuk mengatur biara ini, tetapi ia mendapat berbagai pertentangan. Robertus akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan biara ini bersama dengan Albert dari Citeaux, Stefanus Harding dan beberapa biarawan lainnya.

Bersama dengan Albert dan Stefanus, ia mendirikan biara di Citaeux, dan Ordo Sistersian (O.Cist) pada 21 Maret 1098. Robertus menjadi Abbas untuk biara Citaeux dan Superior untuk Ordo Sistersian. Pada tahun 1100, Robertus diminta untuk kembali ke biara Molesmes oleh para biarawan Molesme. Robertus kembali menjadi Abbas di Molesmes dan mengadakan pembaharuan. Robertus dari Molesmes, O.Cist meninggal dunia pada 21 Maret 1111 di Molesme, Perancis. Pada tahun 1222 ia dikanonisasi oleh Paus Honorius III

Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Selasa Biasa III - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 1 – 10; Injil                Mrk 3: 31 – 35;

Hari ini bacaan pertama diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis berbicara tentang korban persembahan sebagai sarana keselamatan. Korban persembahan diatur dalam hukum Taurat, namun keselamatannya bersifat bayangan saja. Karena itu, korban persembahan itu musti diadakan terus menerus. Menurut penulis hakekat keselamatan tampak pada persembahan diri, yaitu melakukan kehendak Allah. Di sini penulis mau mengatakan kepada pembacanya bahwa melakukan kehendak Allah adalah persembahan diri yang berkenan di hati Tuhan.

Injil hari ini juga berbicara tentang melakukan kehendak Allah. Dikisahkan ketika Tuhan Yesus mengajar orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya datang. Orang banyak menyampaikan kedatangan mereka kepada Tuhan Yesus. Bukannya langsung menyambut mereka, Yesus malah membuat pengajaran baru berkaitan dengan relasi kekeluargaan. Tuhan Yesus membongkar sekat-sekat primordialisme dalam masyarakat dan menggantikannya dengan bangunan kebersamaan dalam persaudaraan sejati. Yang mengikat relasi satu sama lain tidak lagi suku, darah, ras atau agama, melainkan pada kehendak Allah. Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, hidup dalam satu ikatan kekeluargaan. Semangat inilah yang hendak dibangun Yesus.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa melaksanakan kehendak Allah menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita. Melakukan kehendak Allah inilah yang akan mendatangkan keselamatan, bukan hanya di akhir zaman, melainkan juga saat kini dan di sini. Hidup dalam persaudaraan satu sama lain karena terikat satu keluarga tentulah akan mendatangkan kedamaian dan ketentraman hidup. Kita tidak lagi memandang suku, agama, ras, golongan atau gendernya, yang dapat menyebabkan kita terpecah-pecah, melainkan kita melihat sebagai satu keluarga karena ikatan kehendak Allah. Siapapun yang melakukan kehendak Allah adalah anggota keluarga kita.

by: adrian

Senin, 26 Januari 2015

Orang Kudus 26 Januari: St. Stefanus Harding

SANTO STEFANUS HARDING, PENGAKU IMAN
Stefanus harding lahir di tahun 1048. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan di biara Sherborne di Dorsetshire. Kemudian sebagai seorang awam ia berziarah ke Roma. Dalam perjalanannya kembali, ia singgah di pertapaan Molesmes, di hutan belantara Burgundy, Perancis. Di sana ia meminta bergabung dengan rahib-rahib yang tinggal di pertapaan itu.

Tetapi beberapa tahun kemudian ia mulai merasa tidak puas dengan cara hidup rahib yang ada di sana. Menurut pendapatnya, mereka terlalu memperhatikan hal-hal kesenangan duniawi dan lupa mengembangkan kehidupan rohani yang mendalam. Dengan demikian semangat hidup awal yang mendasari pertapaan itu mulai ditinggalkannya. Kesan yang sama menghinggapi juga beberapa rahib yang lainnya. Maka bersama dengan rahib-rahib itu, Stefanus angkat kaki dari pertapaan itu dan berusaha mendirikan pertapaan baru. Pada tahun 1098, mereka mendirikan suatu pertapaan baru di Citeaux. Stefanus menjadi Abbas pertapaan itu pada tahun 1109. Ia berusaha membimbing perkumpulan baru yang berada dalam keadaan yang serba kekurangan itu: tidak ada dana dan sering kehabisan makanan. Selain itu ia menghadapi kenyataan tidak adanya panggilan baru karena cara hidup mereka yang keras, dan penyakit misterius yang merenggut nyawa beberapa rekannya.

Tetapi pada waktu semangat hidup mereka mulai redup, datanglah 30 orang pemuda meminta diri untuk bergabung bersama mereka. Tiga puluh pemuda itu dipimpin oleh Bernardus, yang kemudian menjadi orang kudus yang terkenal. Semenjak itu, wajah pertapaan Citaeux mulai bersinar terang dan berkembang pesat. Dari Citaeux para rahib itu mulai mulai mendirikan rumah-rumah pertapaan baru di Pontigny, Morimond, dan Clairvaux. Bernadus, ketika berusia 24 tahun, diangkat sebagai Abbas Clairvaux. Setelah 9 biara didirikan, Stefanus menyusun Konstitusi Cistersian pada tahun 1119. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Abbas pada tahun 1133, karena sudah lanjut usia dan mulai buta. Stefanus Harding meninggal dunia di Citaeux pada tahun 1134.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 26 Januari:

Renungan Hari Senin Biasa III - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 9: 15, 24 – 28; Injil                     Mrk 3: 22 – 30;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis kembali membuat perbedaan antara Imam Besar, yang adalah Tuhan Yesus, dengan imam-imam besar lainnya. Ada dua hal yang membedakan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar dari imam besar lainnya. Pertama, jika imam besar lainnya masuk ke tempat kudus buatan tangan manusia, Tuhan Yesus masuk ke tempat kudus buatan Allah, yaitu sorga. Kedua, kalau imam besar lainnya masuk ke tempat kudus berulang-ulang kali membawa persembahan, Yesus Kristus masuk sekali membawa diri-Nya sendiri sebagai persembahan. Di sini penulis mau mengatakan kepada pembacanya bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa yang sangat tinggi.

Kuasa yang sangat tinggi ini terlihat dalam Injil. Hari ini Injil menampilkan pertentangan antara Tuhan Yesus dan ahli-ahli Taurat. Titik persoalannya adalah kuasa yang dimiliki Yesus. Menurut para ahli Taurat, Tuhan Yesus mempunyai kuasa Beezebul agar bisa mengusir setan, sementara Tuhan Yesus menyatakan bahwa kuasa-Nya adalah kuasa Allah. Tuhan Yesus memberikan perbandingan, bahwa jika setan melawan dirinya sendiri maka lemahlah kekuatannya; dan itu tentu tidak mungkin. Setan akan selalu bersekutu agar menjadi kuat untuk melawan Allah.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa yang sangat tinggi atas kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena Dia adalah Allah. Dengan kesadaran ini kita diajak untuk senantiasa datang kepada-Nya. Setiap kita tentu mempunyai berbagai macam persoalan dan kebutuhan hidup. Datanglah kepada Yesus, percayalah kepada-Nya, maka kuasa-Nya akan menjamah kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya hari ini.

by: adrian

Minggu, 25 Januari 2015

Pesan Paus Fransiskus buat Keluarga Katolik

PAUS INGATKAN ANCAMAN TERHADAP KELUARGA
Pada hari kedua kunjungannya di Filipina, Paus Fransiskus memperingatkan keluarga-keluarga terkait “ancaman keluarga”. Paus, yang pernah dinobatkan sebagai the person of the year 2013 oleh Majalah TIME, memaparkan beberapa ancaman tersebut.

Pertama, adalah masalah keuangan (ekonomi keluarga). Gambaran situasi ekonomi dengan permasalahan keuangan ini terangkum dari pernyataan seorang ibu bernama Ediza Pumarada, yang suaminya bekerja di luar negeri. Kepada Bapa Paus, Pumarada mengungkapkan beban psikologis dan emosional yang dihadapinya.

Pumarada mengatakan bahwa ia terpaksa mengambil peran ganda dalam membesarkan anak dan keluarga. Ia juga harus menjaga hubungan cinta dengan suami yang jauh di sana serta membangun sikap saling percaya. Tentu masih ada kesulitan-kesulitan lain yang tak bisa diungkapkan satu per satu.

Apa yang disampaikan Pumarada merupakan gambaran umum kehidupan keluarga di Filipina. Menurut data dari kelompok migran, ada sekitar 15 juta pekerja Filipina bekerja di lebih dari 230 negara. Di antara 230 negara itu ada juga negara-negara Timur Tengah, yang notabene dikenal sebagai negara muslim, dimana tingkat intoleransinya sangat tinggi. Keberadaan di negara islam ini menjadi tantangan tersendiri. (Baca sharing pengalaman pekerja di tanah Timur Tengah).

Kedua, materialisme dan gaya hidup. Masalah pertama tadi mengungkapkan realitas kemiskinan yang masih ada di Filipina. Namun Paus, yang dikenal serba pertama ini, mengungkapkan sebuah ironisme. Sementara banyak orang hidup dalam kemiskinan parah, “keluarga lain terjebak dalam materialisme dan gaya hidup yang merusak kehidupan keluarga.”

Ancaman kedua ini terlihat dari kepemilikan dan mental pengagung-agungan harta benda. Orientasi orang yang sudah dirasuki hal ini adalah diri sendiri atau keluarganya saja. Materialisme dan gaya hidup membawa dampak yang merusak kehidupan keluarga, seperti perselingkuhan yang berujung pada perceraian, aborsi, dan anak-anak menjadi terlantar.

Bagi Paus, setiap ancaman terhadap keluarga merupakan ancaman bagi negara dan Gereja. “Dunia kita membutuhkan keluarga-keluarga yang baik dan tangguh untuk mengatasi ancaman ini,” kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, Paus Fransiskus menyampaikan beberapa pesan terkait masalah ini:
1.     Lindungilah keluarga dengan doa dan kasih karunia sakramen.
2.     Hormatilah kehidupan dan kelahiran sebagai sesuatu “kesucian setiap kehidupan manusia dari hamil hingga mati secara alami.”
3.     Bangunlah semangat peduli sebagai “murid misionaris Yesus” dan bersedia keluar dari rumah tangga sendiri dengan memperhatikan sesama yang membutuhkan.

Renungan Hari Minggu Biasa III - B

Renungan Hari Minggu Biasa III, Thn B/I
Bac I    Yun 3: 1 – 5, 10; Bac II                     1Kor 7: 29 – 31;
Injil      Mrk 1: 14 – 20;

Bacaan pertama dan Injil hari ini sama-sama bertemakan tentang panggilan Tuhan. Di sini diungkapkan maksud Tuhan memanggil manusia. Sekilas bisa dikatakan kalau Tuhan membutuhkan manusia. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yunus, menceritakan pengalaman panggilan yang dialami Yunus. Dikatakan bahwa Yunus dipanggil Tuhan untuk mengajak warga kota Niniwe bertobat, kembali kepada Allah. Berkat kehadiran Yunas-lah warga kota itu menyesali keberdosaan mereka dan bertobat, sehingga mereka luput dari bencana yang sudah dirancang oleh Allah.

Hal yang sama juga terlihat dalam Injil. Hari ini Injil menampilkan kisah panggilan Andreas dan Simon, saudaranya, serta Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zebedeus. Keempat orang ini memiliki profesi nelayan. Hal ini terlihat saat mereka dipanggil, dimana saat itu mereka masih sibuk dengan dunia mereka; Simon dan Andreas menebar jala di danau, sedangkan Yohanes dan Yakobus membereskan jala di dalam perahu. Mereka dipanggil Tuhan Yesus untuk menjadi “penjala manusia”, sebuah metafor untuk menyelamatkan manusia.

Jika bacaan pertama dan Injil menampilkan kisah panggilan untuk menjadi alat bagi Tuhan, dalam bacaan kedua ditampilkan contoh tersebut. Paulus adalah contohnya. Tuhan Yesus telah memanggil Paulus dengan maksud mengajak umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyadarkan umat mengarahkan hati, pikiran dan diri kepada Tuhan. Paulus tidak mau ada umat yang, hanya demi hal-hal duniawi, hilang atau tidak menikmati keselamatan Allah. Di sini tampak juga bahwa Paulus melaksanakan panggilan Tuhan dalam hidupnya.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kita pun saat ini dipanggil oleh Tuhan. Sakramen-sakramen yang kita terima merupakan wujud Panggilan Tuhan. Kita dipanggil untuk “menyelamatkan” orang lain. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki kita untuk membantu sesama menyadari keberdosaannya. Sadar akan keberdosaan merupakan langkah awal penyelamatan. Jadi, Tuhan memanggil kita supaya melalui kita orang lain tidak berdosa. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa melalui kita orang lain mendapat keselamatan; atau kita menjadi alat bagi Tuhan untuk menyelamatkan sesama.

by: adrian

Sabtu, 24 Januari 2015

Menyoal Hukuman Mati

PERTANYAAN KECIL BUAT HIKMAHANTO JUWANA
Topik diskusi hangat beberapa hari belakangan ini, selain kasus calon Kapolri, adalah soal hukuman mati. Hari Minggu lalu (18/01/15) enam terpidana mati terkait kejahatan narkoba menjalani eksekusi mati. Kecaman pun bermunculan, bukan saja dari dalam negeri tetapi juga dari luar negari. Dua negara sahabat menarik duta besarnya. Dua negara itu adalah Brasil dan Belanda.

Untuk meramaikan diskusi ini, Hikmahanto Juwana menurunkan tulisannya di Harian Kompas dengan judul “Narkoba dan Hukuman Mati” (Senin, 19/01). Harus diakui bahwa tulisan Juwana memang sangat bagus dan menarik. Di sana Juwana mencoba menjelaskan mengapa akhirnya pemerintah Indonesia memilih jalan hukuman mati, dan memahami sikap dua negara yang menarik duta besarnya. Dari seluruh tulisannya itu, terlihat jelas kalau Juwana mendukung hukuman mati.

Kami tidak mau masuk ke dalam diskusi pro kontra masalah hukuman mati. Akan tetapi, tulisan Prof. Juwana tersebut, bagi kami, masih menyisahkan tanda tanya. Ada beberapa pertanyaan yang terbuka untuk didiskusikan.

Pertama, Juwana menyatakan bahwa hukuman mati diberlakukan karena rakyat Indonesia sudah geram dan marah dengan masalah narkoba. Menjadi pertanyaan, apakah kemarahan itu menjadi landasan untuk melegalkan hukuman mati? Ini bisa menjadi preseden buruk, karena jika masyarakat sudah sampai pada titik geram dan marah, maka menjadi sah untuk menjatuhi hukuman mati. Inilah yang terjadi dengan aksi membakar pencopet atau penjabret.

Kita mungkin pernah dengar seorang pencopet yang kedapatan dibakar oleh massa. Bisa dikatakan bahwa massa sudah muak dengan aksi mereka itu. Kemuakan itu disebabkan karena aparat hukum tidak bisa lagi menindak mereka. Beda antara tindakan ini dengan hukuman mati di atas adalah hukuman mati di atas dilegalkan oleh hukum dengan kasus pencopet ini tidak. Namun keduanya didasari pada hal yang sama, yaitu kemarahan masyarakat.

Dapat dibayangkan bagaimana kalau masyarakat bertindak demikian. Hal inilah yang menjadi pertanyaan kedua, yaitu soal peradaban. Juwana mengatakan bahwa penerapan hukuman mati sama sekali tidak terkait dengan tingkat peradaban suatu masyarakat. Salah satu tanda masyarakat beradab adalah pengendalian amarah. Sekalipun marah, ia tetap tidak akan melakukan tindakan-tindakan biadab. Jika kegeraman dan kemarahan selalu diikuti dengan hukuman mati, baik legal atau tidak, rusaklah suatu masyarakat.