Senin, 09 Oktober 2017

MAKNA JALAN BERSAMA DALAM PEMBUKAAN PERAYAAN PERKAWINAN

Pada upacara perkawinan, ada ritus penerimaan mempelai di depan gereja oleh imam. Setelah ritus tersebut, bersama imam dan misdinar, mempelai dan rombongan keluarga berarak masuk menuju altar. Dalam perarakan ini, calon pasutri berjalan berdampingan. Hal ini berbeda dengan kebiasaan Eropa dewasa ini, dimana mempelai pria sudah berada di depan, lalu disusul mempelai wanita yang berjalan didampingi sang ayah.
Gereja Katolik tetap mempertahankan kebiasaan berjalan berdampingan bagi calon pasangan suami istri. Ada makna yang mau dipertahankan di sini. Pertama, ritus tersebut mau menunjukkan kesetaraan/kesederajatan pria dan wanita di hadapan Allah. Kesetaraan berarti bahwa pria tidak lebih unggul dari wanita atau sebaliknya. Pria dan wanita sederajat. Kesetaraan ini berakar pada tradisi kitab suci, dimana wanita adalah penolong yang sepadan dengan pria (Kej. 2: 37). Namun kesetaraan itu hendaknya mewarnai kehidupan sebagai suami isteri. Hal ini sejalan dengan nasehat Yesus untuk saling mengasihi dan saling melayani.
Kedua, jalan bersama memasuki gereja menjadi motivasi untuk hidup bersama-sama. Ritus tersebut hendaknya selalu menginspirasi suami isteri untuk selalu bersama-sama datang ke gereja. Jangan sampai, setelah menikah hanya isteri yang ke gereja, sedangkan suami di rumah; atau datang ke gereja sama-sama tapi masuk ke gereja dan duduknya terpisah. Datang ke gereja dan duduk berdampingan selama ekaristi merupakan salah satu bentuk pembaharuan ikatan dan komitmen perkawinan.
Nongsa Point, 4 Okt 2017
by: adrian