Rabu, 02 April 2014

Pola Prilaku Anak

POLA PRILAKU SOSIAL DAN TIDAK SOSIAL
POLA SOSIAL
Meniru
Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan prilaku orang yang sangat ia kagumi.
Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah.
Kerja Sama
Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamnya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
Simpati
Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain, semakin cepat simpati akan berkembang.
Empati
Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal itu sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
Dukungan Sosial
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa prilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
Membagi
Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya – terutama mainan – untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
Perilaku Akrab
Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih saying kepada orang di luar rumah, seperti guru taman indria atau benda-benda mati seperti mainan kegemarannya atau bahkan selimut. Benda-benda ini disebut obyek kesayangan.

POLA TIDAK SOSIAL
Negativisme
Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa mencapai puncaknya antara usia tiga dan empat tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan orang dewasa.
Agresif
Perilaku agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.
Perilaku Berkuasa
Perilaku berkuasa atau “merajai” mulai sekitar usia tiga tahun dan semakin meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih meraja daripada anak laki-laki.
Memikirkan Diri Sendiri
Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit.
Mementingkan Diri Sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri sendiri lambat laun digantikan oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di luar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di sekitarnya, tidak perduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat amarahnya, semakin luas tindakan merusaknya.
Pertentangan Seks
Sampai empat tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai ‘banci’. Banyak anak laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
Prasangka
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 118-119

Orang Kudus 2 April: St. Fransiskus Paula

SANTO FRANSISKUS PAULA, PETAPA
Fransiskus lahir di Paula, Italia Selatan pada tahun 1416. Pada waktu itu kedua orang tuanya sudah lanjut umur. Tepatlah bila dikata bahwa Fransiskus adalah "karunia Tuhan yang istimewa" bagi kedua orang tuanya yang sudah bertahun-tahun hidup tanpa kehadiran seorang anak. Hasrat menimang seorang anak mendorong kedua orang tuanya berdoa tak kunjung henti kepada Tuhan dengan perantaraan Fransiskus dari Asisi. Kehamilan sang ibu pada usianya yang sudah lanjut itu menunjukkan bahwa Tuhan sungguh menaruh telinga pada keluh kesah mereka. Maka tatkala ibunya melahirkan, bayi itu diberi nama Fransiskus mengikuti nama Santo Fransiskus dari Asisi, perantara doa mereka.

Ketika berusia 13 tahun, ia disekolahkan di sekolah Santo Markus, milik imam-imam Fransiskan. Dalam usia sebegitu muda, Fransiskus sudah menjalani suatu cara hidup yang keras dengan disiplin yang tinggi. Ia rajin berziarah terutama ke Asisi dan Roma. Sekembalinya ke Paula, daerah asalnya, ia menjadi seorang petapa di sebuah gua dekat pantai Laut Tengah. Tak lama kemudian datang lagi dua orang laki-laki bergabung bersamanya bertapa di gua itu.

Karena tertarik pada cara hidup mereka itu, maka orang-orang yang tinggal di situ mendirikan bagi mereka sebuah rumah tinggal sederhana dan sebuah kapela sebagai tempat mereka berdoa dan bersemadi. Bersama dua orang rekannya itu, Fransiskus mendirikan Ordo Rahib Miskin pada tahun 1436. Ordo itu berkembang pesat dan sangat aktif. Tujuhbelas tahun kemudian setelah Paus Paulus II (1464-1471) merestui pendirian ordo itu, Fransiskus membangun sebuah biara di sekitar gua itu, lalu dua buah biara lagi masing-masing di Calabria dan Sisilia.

Kesalehan hidup Fransiskus dibalas Tuhan dengan menganugerahkan kepadanya kemampuan membuat mukjizat dan kemampuan meramal. Banyak orang mengenal dia sebagai petapa yang saleh, dan sering datang kepadanya meminta bimbingan dan doanya. Sewaktu dia datang ke istana Raja Perancis, Louis XI (1461-1483) di Plessis-les Tours, ia berkata kepada raja: "Janganlah mengharapkan mukjizat dari padaku. Mintalah itu pada Tuhan dan bertobatlah atas segala dosamu. Setelah itu siapkanlah dirimu untuk masuk kedalam kehidupan bersama Allah."

Sekali peristiwa, Raja Ferdinand I dari Napoli, Italia ingin menyumbangkan sejumlah besar uang kepadanya untuk keperluan biara dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tetapi sumbangan uang itu dengan halus ditolaknya. Kepada pesuruh raja ia berkata: "Lebih baiklah kalau uang itu dikembalikan saja kepada orang-orang yang miskin dan tertindas karena keserakahan raja". Mendengar kata-kata Fransiskus itu, Fernidand marah dan segera menyuruh orang untuk membunuh Fransiskus. Tetapi hal itu tidak sampai terlaksana karena para pesuruh raja itu segan membunuh Fransiskus yang saleh itu.

Fransiskus kemudian menjadi penasehat dan pembimbing rohani Raja Karol VIII atas permintaan raja. Sebagai balas jasa, Karel VIII pengganti Louis XI, mendirikan sebuah biara bagi Fransiskus di Plessis. Di biara inilah Fransiskus meninggal dunia pada tanggal 2 April 1507.

Renungan Hari Rabu Prapaskah IV - A

Renungan Hari Rabu Prapaskah IV, Thn A/II
Bac I   : Yes 49: 8 – 15; Injil         : Yoh 5: 17 – 30

Sabda Tuhan dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Yesaya, mengungkapkan bahwa Allah adalah penghibur umat-Nya. Dengan tegas dinyatakan bahwa “Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas.” (ay. 13). Allah tidak ingin melihat umatnya menderita, hidup dalam kedukaan. Dia akan memperhatikan harapan dan kebutuhan umat-Nya.

Pesan Nabi Yesaya dalam bacaan pertama kembali ditegaskan Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil Yesus menunjukkan bahwa Dia ambil bagian dalam tugas Allah yang adalah Bapa-Nya. Orang-orang Farisi melihat bahwa Yesus menyamakan dirinya dengan Allah; dan memanglah demikian. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, tindakan Yesus yang menghibur orang yang menderita, menyembuhkan orang sakit dan mewartakan kabar sukacita merupakan juga tindakan Allah sebagaimana diungkapkan Yesaya.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau meyakinkan kita bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, tindakan Yesus merupakan juga tindakan Allah. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa Allah memperhatikan dan peduli akan kehidupan kita. Kepada kita diminta untuk percaya. Iman kepercayaan ini membuat kita “mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum.” (Yoh 5: 24).

by: adrian