Sabtu, 19 Oktober 2013

Devosi kepada St Paulus dari Salib

DEVOSI KEPADA ST PAULUS DARI SALIB

Ya Santo Paulus dari salib yang mulia.
Di dunia engkau adalah cermin kekudusan dan teladan tobat.

Ya pahlawan kesucian,
engkau dipilih Allah untuk merenungkan siang dan malam
sengsara pedih Putera tunggal-Nya,
dan untuk menyebar-luaskan devosi ini
melalui perkataan dan perbuatan,
serta melalui sarana keluarga religiusmu.

Ya rasul yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatan,
engkau melewatkan hidupmu di dunia
demi membawa kembali ke kaki salib
jiwa-jiwa para pendosa malang yang tak terhitung banyaknya.
Sudilah sekali lagi engkau memandang penuh belas kasih dari surga
kepada jiwaku yang malang dan dengarkanlah permohonanku.
Perolehlah bagiku cinta yang besar akan sengsara Yesus
agar dengan terus merenungkan sengsara-Nya
aku dapat menjadikan sengsara-Nya sengsaraku.
Buatlah aku menyadari dalam luka-luka Juruselamatku
kejahatan dosa-dosaku
dan perolehkanlah bagi dosa-dosaku
sebagaimana dari sumber keselamatan,
rahmat air mata duka dan ketetapan hati untuk meneladani tobatmu,
jika aku tidak bisa mencontoh teladan kekudusanmu.
Perolehkanlah bagiku juga, ya Santo Paulus,
permohonan yang sekarang secara istimewa aku ajukan ke hadapanmu,
sementara aku dengan rendah hati berlutut di hadapanmu ……
(sebutkan permohonan)

Di samping itu, perolehkanlah bagi Bunda Gereja yang suci
kemenangan atas musuh-musuhnya;
bagi para pendosa, anugerahkanlah pertobatan;
bagi para bidaah, berilah rahmat untuk kembali dalam persatuan dengan iman katolik.
Dan akhirnya, sudilah menjadi perantara bagiku
agar aku dengan rahmat Allah,
kelak dapat mati suci
dan akhirnya tiba di surga
untuk menikmati bersamamu kehadiran-Nya di surga
sepanjang kekekalan masa.

Amin 

Orang Kudus 19 Oktober: St. Paulus dari Salib

Sant0 paulus dari salib, pengaku iman
“Setiap orang yang mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengkuti Aku…” (Luk 9: 23). Kata-kata Yesus ini dihayati benar-benar oleh Santo Paulus dari Salib dan menjadi spiritualitas dasar dari tarekat yang dirikannya: Ordo Passionis. Salib dan peristiwa sengsara Yesus menjadi semangat hidup dan landasan karya dari tarekat misionaris ini.

Paulus Fransiskus – demikian nama kecil Santo Paulus dari Salib – lahir di Ovada, Genoa, Italia Utara, pada tanggal 3 Januari 1694. Beliau adalah anak kedua dari 16 orang anak Lukas Danei, seorang pedagang kain yang kaya raya. Ayah dan ibunya dikenal sangat baik dan menjadi teladan bagi keluarga-keluarga Kristen di Ovada. Di bawah bimbingan orang tuanya, Paulus bertumbuh dewasa menjadi seorang yang beriman teguh. Cara hidupnya di kemudian hari sebagai seorang orang kudus kiranya sudah ditempa ibunya semenjak kecil. Semenjak kecil ia sudah diarahkan ibunya untuk menghayati penderitaan Kristus. Apabila ia menangis karena luka-luka kecil di badannya, ibunya selalu mengatakan bahwa Yesus dahulu menderita luka-luka yang jauh lebih berat.

Ketika berusia 15 tahun ia terpaksa berhenti sekolah karena harus membantu ayahnya dalam usaha dagang mereka. Waktu-waktu luang biasanya dimanfaatkannya untuk berdoa. Kemudian pengalaman rohaninya itu mendorong dia membentuk sebuah perkumpulan doa untuk para pemuda. Pada usia 20 tahun ia menjadi tentara sukarelawan dalam peperangan melawan tentara-tentara Turki. Namun tak lama kemudian ia keluar lagi dari dinas ketentaraan itu, karena merasa bahwa itu bukanlah panggilan hidupnya. Lalu ia lebih banyak berdoa dan bermatiraga.

Pada tahun 1720 ia mengalami penampakan ajaib: selembar jubah hitam yang di bagian dadanya tertara nama Yesus dengan huruf putih dan sebuah salib. Penampakan ajaib itu terjadi tiga kali. Pada penampakan ketiga, Bunda maria berpesan supaya ia mendirikan sebuah tarekat religius yang khusus untuk menghayati Sengsara Kristus dan memajukan kebaktian padanya. Anggota-anggota tarekat itu harus berpakaian seperti yang tampak dalam penglihatan di atas.

Paulus melaporkan semua kejadian ajaib itu kepada uskup. Dan setelah diadakan penyelidikan mendalam atas kejadian-kejadian itu, ia diizinkan uskup untuk mendirikan tarekat itu.

Paulus mulai mendirikan tarekatnya di Castellazo pada tanggal 20 November 1720. Ia sendiri mulai menggantikan namanya menjadi Paulus dari Salib. Pengikutnya yang pertama ialah adik kandungnya sendiri, Yohanes baptis. Beberapa pemuda lain meninggalkan dia karena tidak bisa tahan hidup tapa seperti yang dituntut. Kemudian bersama adiknya, Paulus pergi ke Monte Argentaro untuk berdoa dan bertapa.

Pada tahun 1727 Paulus ditahbiskan menjadi imam. Ia ternyata menjadi seorang pengkotbah yang disukai umat. Biaranya yang pertama didirikannya di Monte Argentaro. Setelah lama berjuang untuk mewujudkan pesan Bunda maria, terekatnya diakui sah oleh Takhta Suci. Setelah itu Paulus giat mendirikan biaranya di berbagai tempat. Ia sendiri mendirikan 11 buah biara. Selain tarekat untuk para imam, Paulus pun mendirikan Tarekat Suster-suster Passionis pada tahun 1771. Semuanya dikerjakan di bawah bimbingan Allah. Ia wafat pada tanggal 18 Oktober 1775 di Roma.


sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVIII-C

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVIII, Thn C/I
Bac I    Rom 4: 13, 16 – 18;  Injil            Luk 12: 8 12;

Dalam bacaan pertama yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Paulus mau mengritik sikap sebagian orang yang lebih menekankan soal aturan Taurat daripada kebenaran iman. Ada orang yang beranggapan bahwa aturan Taurat itu sama saja dengan kebenaran iman, sehingga pelanggaran terhadap aturan Taurat berarti juga pelanggaran atas iman atau kehilangan iman. Untuk itulah, Paulus merasa perlu menekankan soal iman sebagai dasar keselamatan.

Injil kembali menegaskan soal iman sebagai dasar keselamatan itu. Dalam Injil iman itu terdapat dalam diri Yesus. Mengakui dan percaya pada Yesus akan mendatangkan keselamatan. Percaya di sini bukan saja merupakan aktivitas otak, melainkan hati dan kehendak yang terlihat dari sikap dan kehidupan.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan Yesus Kristus sebagai dasar iman kita. Dalam-Nya ada keselamatan. Karena itu, Tuhan menghendaki supaya kita percaya kepada-Nya, dengan pikiran, perkataan dan perbuatan.

by: adrian