Sabtu, 14 Desember 2013

Opiniku: Uang dan Bahaya Korupsi

Uang dan Korupsi


Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Batania, tempat Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan bersama Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yoh 12: 1 – 6).

Uang itu memang menggoda, karena ia merupakan salah satu bentuk godaan. Uang, sebagai godaan, masuk dalam kelompok harta kekayaan. Oleh karena itu, orang yang selalu atau sering bersentuhan dengan uang (seperti kasir, bendahara, dll) adalah orang pertama yang digoda atau tergoda.

Contoh di atas sudah membuktikan. Yudas Iskariot adalah pemegang kas kelompok para murid. Dia memegang uang. Dan uang itu juga yang menggoda dia. Makanya Injil mengatakan bahwa ia sering mengambil uang dalam kas. Bahkan karena tergoda dengan uang juga dia rela menyerahkan Yesus untuk ditangkap dan lalu dibunuh.

Kita juga tentu masih ingat dengan Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat, atau Gayus HP Tambunan, pegawai pajak yang terlibat korupsi. Mereka-mereka ini selalu bersentuhan dengan uang. Nazaruddin bersentuhan dengan uang kas partai, sedangkan Gayus bersentuhan dengan uang wajib pajak. Karenanya, uang itu juga yang menggoda mereka untuk korupsi.

Apakah korupsi terjadi karena iman yang lemah? Bisa iya, bisa juga tidak. Namun harus diingat bahwa sekuat apapun iman seseorang, jika terus menerus digedor dengan godaan tadi, pastilah benteng imannya lemah juga. Tak tergantung siapa orangnya, dari awam maupun imam, pria ataupun wanita. Bayangkan, setiap hari bersentuhan dengan godaan itu. Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa sekalipun roh itu memang penurut, namun daging lemah, sehingga kita harus waspada supaya tidak terjatuh ke dalam godaan (Mat 26: 41).

Bukan lantas berarti iman itu tidak ada gunanya. Iman tetap dibutuhkan. Akan tetapi iman yang kuat ini harus ditunjang dengan adanya transparansi laporan keuangan. Iman yang dibantu dengan transparansi akan membuat orang tahan terhadap godaan uang. Transparansi merupakan salah satu langkah pencegahan agar orang tidak larut dalam godaan uang dalam tindakan korupsi. Karena korupsi itu tumbuh dalam suasana ketertutupan.

by: adrian

Orang Kudus 14 Desember: St. Venantius Fortunatus

SANTO VENANTIUS FORTUNATUS, USKUP &PENGAKU IMAN
Venantius Honorius Clementianus Fortunatus lahir di Treviso, Italia Utara, pada tahun 600. Ia belajar di Milano dan Ravenna. Pada tahun 565 ia berziarah ke makam Santo Martinus dari Tours di Gaul (sekarang: Prancis). Dalam perjalanan itu ia mengunjungi beberapa raja dari suku-suku bangsa Jerman yang berada di dalam wilayah Propinsi Romawi Gaul. Ia diterima dengan ramah di istana Sigebertus, seorang Raja Frank dari Austrasia, dan tinggal di sana selama satu tahun. Ia kemudian pergi ke Poiters, dan menetap di sana sebagai kapelan dan sahabat karib Santo Radegunde, Abbas sebuah biara di sana. Pada tahun 599 ia diangkat menjadi uskup di Poiters.

Karya-karya tulisnya dikarang dalam bahasa Latin yang halus, seperti Hymne yang digubahnya untuk menghormati Raja Sigebertus, Santo Radegunde dan pelindung-pelindung suci lainnya dan kehidupan para kudus dalam syair dan prosa. Dua dari hymnenya dimasukkan dalam teks liturgi Gereja, seperti Pange Lingua Gloriosa yang digunakan pada Hari Kamis Putih, dan Vexilla Rege Prodeunt, sebuah lagu Vesper selama Masa Puasa dan Ibadat Sore (Vesper) pada Pesta Tubuh Kristus.

Tulisan-tulisan syair dan prosa Santo Venantius Fortunatus penuh dengan uraian dan komentar tentang keadaan hidup masyarakat di mana ia hidup dan berkarya. Tulisan-tulisan itu memberikan suatu gambaran yang bernilai tentang pengaruh peradaban Kristen pada bangsa-bangsa Barbar Gaul pada masa hidupnya.

Renungan Hari Sabtu Adven II - A

Renungan Hari Sabtu Adven II, Thn A/II
Bac I   : Yes 41: 13 – 20; Injil      : Mat 11: 11 – 15

Dalam bacaan pertama hari ini, Yesaya mengatakan bahwa bangsa Israel itu ibarat cacing dan ulat (ay. 14). Cacing dan ulat adalah dua jenis hewan yang kecil dan lemah. Pengibaratan dengan dua jenis hewan itu mau menunjukkan sisi kecil dan lemah bangsa Israel di mata manusia. Namun di tangan Allah mereka akan mendapat kekuatan. Artinya, bersama Allah, yang lemah menjadi kuat; yang kecil menjadi besar. Karena itu jangan anggap remeh. Dan dengan ini semua orang sadar bahwa “tangan Tuhan yang membuat semuanya ini.” (ay. 20).

Ajakan untuk tidak menganggap remeh yang kecil, juga yang disuarakan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Apa yang rendah atau kecil dalam kacamata dunia, menjadi besar di dalam kerajaan sorga. Sebagai contohnya, Yesus mengambil sosok Yohanes Pembaptis. Di sini mau dikatakan bahwa Allah selalu memperhatikan yang kecil dan rendah; mereka yang disingkirkan dan terpinggirkan oleh sesama manusia.

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk tidak sombong atau angkuh dan memandang rendah sesama yang kecil dan lemah. Kita diajak untuk merangkul mereka. Sebagaimana yang kita ketahui sombong merupakan dosa manusia pertama; dan Tuhan tidak menyukainya. Tuhan senantiasa memperhatikan umat-Nya yang rendah hati. Hal ini pernah dikatakan Maria dalam kidungnya, “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.” (Luk 1: 51 – 52).

by: adrian