Jumat, 13 Juni 2014

Larangan Pedagang Kaki Lima

Beberapa bulan lalu Pemda Kota Bandung mengeluarkan peraturan tentang larangan bagi pedagang kaki lima berjualan di jalan-jalan utama. Jalan-jalan yang dimaksud adalah seperti Jalan Asia-Afrika, Sudirman, Gatot Subroto,  Otista, A. Yani, dll. Peraturan itu disertakan dengan sanksi yang berat bagi pedagang yang melanggar.

Sebelum menerapkan aturan itu, pihak Pemda mengadakan sosialisasi peraturan itu selama kurang lebih satu bulan. Harapannya, para pedagang sadar dan ketika peraturan itu diterapkan mereka tidak kaget.

Sejak diberlakukannya peraturan itu, sepanjang jalan Asia-Afrika dan Otista, yang bisanya dipenuhi pedagang kaki lima, sekarang dipenuhi oleh pedagang kaki tiga dan enam.
Jakarta, 30 April 2014
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Doa untuk Gereja yang Menderita

DOA UNTUK GEREJA YANG MENDERITA
“ O Roh Kasih, berilah kami langit dan bumi yang baru; di mana Tritunggal yang Mahakudus dapat dikasihi dan dimuliakan; di mana manusia dapat hidup bersama sebagai satu keluarga besar; di mana luka-luka egoisme dan kebencian, percabulan dan kedurhakaan dapat sepenuhnya disembuhkan.

O Roh Kasih, berilah kami Gereja yang diperbaharui oleh kuasa ilahi-Mu yang tidak tertandingi, yang meluruskan apa yang bengkok, melenturkan apa yang kaku, menyembuhkan yang terluka, mengairi yang kering, dan membuka yang tertutup.

O Roh Kasih, berilah kami Gereja yang setia kepada Injil, yang memberitakan kebenaran, dan yang cemerlang berkat kekudusan yang luar biasa.

O Roh Kasih, berilah kami Gereja yang rendah hati, injili, miskin, murni dan rahim.

Dengan kuasa ilahimu, bakarlah semua yang tidak sempurna dalam Gereja, bebaskanlah dia dari begitu banyak alat kekuasaan manusiawi; bebaskanlah dia dari kompromi dengan dunia, tempat ia hidup dan yang harus ia selamatkan; biarlah Gereja keluar dari pemurniannya dalam keadaan serba baru, semakin indah, tanpa cacat atau kerut, seperti Maria, Bundanya yang tak bernoda dan Mempelai-Mu terkasih.”

Salam Maria 3 kali.....
Kemuliaan ........

diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 587 – 588)

Liburan 2013: Gua Maria Tritis, Yogyakarta

 
 

Renungan Hari Jumat Biasa X - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa X, Thn A/II
Bac I    1Raj 19: 9, 11 – 16; Injil       Mat 5: 27 – 32;

Dalam Injil hari ini Yesus memberikan pengajaran yang revolusioner. Sebelumnya, berkaitan dengan dosa seksual, orang selalu menyalahkan kaum perempuan sebagai biang dosa atau sumber kejahatan seksual. Korbannya adalah kaum pria. Namun dalam pengajaran-Nya, Yesus membalik pandangan itu. “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (ay. 28). Demikianlah sabda Yesus. Ini berarti akar dosa ada pada siapa yang melihat, bukan pada perempuan yang dilihat. Karena itulah, Yesus meminta kepada kaum pria untuk membenah dirinya terlebih dahulu. Cungkillah matamu jika ia menyesatkan (ay. 29).

Bacaan pertama menampilkan kisah Nabi Elia yang ketakutan menghadapi orang-orang yang ingin membunuhnya. Nabi-nabi lain sudah dibunuh. (ay. 14). Karena takut, Elia lari bersembunyi. Artinya, ia meninggalkan jalan hidupnya sebagai seorang nabi yang bertugas memberi pencerahan bagi umat Israel. Karena itulah Tuhan Allah kembali meminta Elia untuk kembali ke jalannya. “Pergilah, kembalilah ke jalanmu.” (ay. 15). Ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk kembali melaksanakan tugas perutusannya. Tidak perlu takut. Agar Elia tidak merasa sendirian, Allah memintanya untuk mengurapi Hazael, Yehu dan Elisa bin Safat.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berefleksi melihat ke dalam diri kita. Seringkali terjadi, karena satu dua hal, kita melimpahkan kesalahan pada orang lain atau sesuatu di luar diri kita. Kita takut mengakui kelemahan sendiri. Ketakutan Elisa membuat dia lari bersembunyi. Dan ketakutan akan kelemahan seksual, membuat kaum pria suka menyalahkan kaum perempuan sebagai penyebab kejahatan dan dosa seksual. Tuhan hari ini, melalui sabda-Nya dalam bacaan liturgi, hendak membongkar paradigma lama ini. Pusatnya ada di dalam diri kita, bukan di luar diri kita atau orang lain. Tuhan meminta kita jangan cepat menyalahkan orang lain atau lari bersembunyi. Tuhan menghendaki supaya kita terlebih dahulu melihat diri sendiri.

by: adrian