Selasa, 22 November 2022

RANGKAP JABATAN DAN KESERAKAHAN

 

Serakah atau keserakahan merupakan salah satu sifat buruk yang harus dihindari. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru terdapat 10 kali penyebutan kata ini, yaitu sekali dalam Injil (Mrk 7: 22), tujuh kali dalam surat Paulus (Rom 1: 29; Ef 4: 19; Ef 5: 3; Ef 5: 5; Kol 3: 5; 1Tim 3: 8 dan Tit 1: 7) dan dua kali dalam surat Petrus (2Ptr 2: 3 dan 2Ptr 2: 14). Semuanya menyerukan agar umat menghindari sifat serakah ini, karena orang yang serakah tidak akan mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah (Ef 5: 5).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “serakah” dipahami sebagai selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki. Orang yang memiliki sifat ini mempunyai perasaan tidak puas dengan apa yang sudah ada pada dirinya. Dia ingin lagi dan lagi, sekalipun ia sadar akan keterbatasan dirinya. Karena itu, kata “serakah” ini berpadanan dengan kata tamak atau rakus.

Dalam arti tertentu, kejatuhan manusia pertama, Adam dan Hawa, ke dalam dosa disebabkan karena sifat serakah mereka. Sekalipun sudah menikmati hidup bahagia di taman Eden, namun mereka tidak puas. Mereka ingin lebih. Pada titik inilah setan masuk dan menggoda. “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kej 3: 4 – 5). Manusia ingin lebih dari apa yang sudah ada, sehingga akhirnya ia menuruti godaan setan.

Keserakahan dapat terlihat dalam berbagai wujud. Perselingkuhan yang terjadi dalam dunia rumah tangga bisa dikatakan sebagai bentuk lain dari keserakahan, karena suami atau istri merasa tidak puas dengan apa yang sudah ada pada dirinya, yaitu pasangan hidupnya. Keserahakan juga dapat dilihat pada perilaku remaja yang melakukan hubungan seks sebelum nikah, karena tindakan itu hanya dikhususkan bagi mereka yang sudah resmi menjadi suami istri (makanya, hubungan seks = hubungan suami istri). Orang yang melakukan korupsi pun dapat dimasukkan ke dalam kategori serakah.

Masih banyak lagi bentuk konkret dari keserakahan. Yang akan dibahas di sini adalah soal rangkap jabatan. Ada banyak dalam kehidupan kita, baik itu dalam dunia sipil maupun dalam dunia Gereja, fenomena rangkap jabatan. Artinya, satu orang memegang beberapa jabatan. Menjadi persoalan, apakah rangkap jabatan termasuk kategori serakah?

Perlu disadari bahwa tidak semua yang rangkap jabatan itu adalah serakah. Akan tetapi, yang serakah itu pasti rangkap jabatan. Tidak ada orang yang tidak serakah hanya memiliki satu jabatan saja. Karena sifat tidak puas dengan apa yang sudah ada itu membuat orang berusaha untuk mendapatkan jabatan lain. Namun, orang yang rangkap jabatan belum bisa dikatakan sebagai orang serakah.