Kamis, 23 Januari 2020

BANYAK SAMPAH DI DESTINASI GEOSITE SIPINSUR


Tanggal 21 Januari 2020 saya berkesempatan mengunjungi obyek wisata geosite Sipinsur, yang pada bulan Juli 2019 lalu diresmikan oleh Presiden Jokowi. Geosite Sipinsur dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Balige. Lebih dekat lagi dari bandara Silangit. Obyek wisata ini sangat menarik. Selain dapat menikmati sejuknya udara pegunungan, mata kita disuguhkan juga oleh keindahan alam danau Toba.
Akan tetapi, keindahan wisata alam ini dirusak oleh bertebarannya sampah, baik itu plastik maupun kertas di seputaran daerah wisata, khususnya di daerah tepi. Memang pihak pengelola sudah menyediakan tempat sampah, namun kesadaran pengunjung masih sangat rendah.
Selain soal sampah, akses menuju geosite Sipinsur juga masih terbilang buruk. Jalannya sempit dan banyak lobang. Hal ini sangat disayangkan mengingat Presiden Jokowi sudah mempromosikannya. Dapat dikatakan bahwa geosite ini sudah dikenal dunia. Tentulah kita malu bila turis-turis manca negara, yang datang ke sana, disuguhkan jalan sempit dan berlobang serta sampah.
Maka dari itu, sangatlah bijak bila pemerintah daerah memperhatikan obyek wisata ini, selain obyek wisata lainnya. Ini bisa menjadi pendapatan daerah. Apa saja yang harus diperhatikan?

KASIH TULUS TANPA BATAS

Dahulu kala di suatu negeri pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orangtua yang sudah tidak berdaya sehingga terlihat memberatkan kehidupan anak-anaknya.
Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibunya dan mengucapkan kata perpisahan pada ibunya sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap ibunya.
Justru si ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.”