Kamis, 10 Juli 2014

Orang Kudus 10 Juli: St. Rufina dan Secunda

SANTA RUFINA & SECUNDA, MARTIR
Rufina dan adiknya Secunda adalah anak-anak dari seorang Senator Romawi. Mereka dibunuh secara kejam kira-kira pada tahun 257, selama masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Valerianus (253-260).

Menurut tradisi, Rufina dan Secunda bertunangan dengan dua orang pemuda beragama Kristen. Rufina bertunangan dengan Armentarius dan Secunda dengan Verinus. Selama masa penganiayaan, kedua lelaki Kristen itu dengan semangat menyebarkan agama Kristen. Rufina dan Secunda sebaliknya enggan melakukan hal itu. Kedua bersaudara itu pergi ke Roma dan di sana mereka ditangkap dan dipenjarakan. Tak satu siksaan pun mampu mematahkan ketetapan hati dan keteguhan iman mereka. Karena itu akhirnya mereka dibunuh. Jenazah mereka dimakamkan di Basilika Santo Yohanes Lateran, Gereja Katedral kota Roma.

sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/10Jul.html
Baca juga riwayat orang kudus 10 Juli: 

Mencermati Emosi Prabowo

APA SALAH SAYA TERHADAP METRO TV DAN TEMPO?
Judul di atas diambil dari pernyataan Prabowo Subianto ketika diwawancarai wartawan, di antaranya berasal dari Metro TV dan Tempo, pasca pencoblosan. Setelah pencoblosan, calon presiden dari Partai Gerindra ini memberi kesempatan kepada wartawan untuk mewawancarai dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba Prabowo terlihat emosional (mungkin sudah karakternya) atas beberapa pertanyaan wartawan yang dinilainya menyudutkan dirinya.

Prabowo menilai bahwa ada beberapa media yang suka menjelek-jelekkannya. Beberapa media itu adalah seperti Metro TV dan Tempo. Kepada wartawan Metro TV, Prabowo berkata, “Tolong tanyakan sama atasanmu, Surya Paloh, apa yang telah saya lakukan padanya?” Hal senada juga diungkapkan Prabowo kepada wartawan Tempo, “Tempo juga selalu memberitakan hal yang buruk tentang saya. Salah apa saya sama Goenawan Muhammad?” (Beritanya lihat di sini).

Dari dua pernyataan Prabowo ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, Prabowo merasa bahwa dua media ini (Metro TV dan Tempo) selalu menjelek-jelekkan dirinya. Kedua, Prabowo merasa bahwa dirinya tidak pernah menyakiti pimpinan kedua media ini (Surya Paloh dan Goenawan Muhammad). Ketiga, Prabowo berpikir bahwa karena dia tak pernah menyakiti pimpinan kedua media itu, atau dengan kata lain ia tidak pernah bermasalah dengan mereka, maka seharusnya kedua media ini tidak menjelek-jelekkan dirinya.

Sekalipun tidak pernah bermasalah, kenapa Metro TV dan Tempo dikesankan selalu menjelek-jelekkan Prabowo. Inilah pertanyaan dasarnya. Dari pertanyaan ini muncul beberapa pertanyaan lain seperti apa benar Metro TV dan Tempo selalu menjelek-jelekkan Prabowo?; apa benar berita Metro TV dan Tempo, yang dinilai menjelek-jejekkan Prabowo, sebagai bentuk ungkapan sakit hati kedua pimpinan media ini? Mari kita lihat satu persatu pertanyaan itu.

Apa benar berita Metro TV dan Tempo selalu menjelek-jelekkan Prabowo? Untuk media televisi, saya memang selalu menonton Metro TV. Tak pernah saya menonton TV One, yang saya nilai sebagai sampah. Sejauh yang saya lihat, memang Metro TV banyak memberitakan hal yang buruk perihal Prabowo. Akan tetapi, berita yang disampaikan oleh Metro TV sangat mendasar, berbeda dengan TV One yang selalu mencari-cari masalah untuk menyudutkan Jokowi. Semua berita buruk dari Metro TV tentang Prabowo, yang saya ikuti, selalu memiliki dasar. Misalnya soal penculikan aktivis 98, soal lambang Garuda Merah, soal penjiplakan lagu kampanye, soal koalisi, dan masih banyak lagi. Seperti yang saya katakan, memang Metro TV banyak memberitakan hal buruk, tapi tidak semuanya jelek.

Akan tetapi, jika Prabowo merasa dirugikan dengan pemberitaan kedua media tersebut, kenapa Prabowo tidak melaporkan ke Dewan Pers saja. Metro TV dan Tempo adalah jelas merupakan produk pers, sehingga menjadi kewenangan Dewan Pers untuk menilai apakah Metro TV dan Tempo menyalahi kode etik jurnalistik. Sudah seharusnya Prabowo atau penasehatnya, yang sepaham dengan dirinya, melaporkan Metro TV dan Tempo ke Dewan Pers. Bukan dengan menunjukkan emosi di depan publik sehingga dapat menimbulkan persepsi lain bagi masyarakat.

Pertanyaan kedua dikaitkan dengan pertanyaan dasar, yaitu kenapa Metro TV dan Tempo, yang menurut Prabowo, menjelek-jelekkan dirinya? Apakah kedua pimpinan media tersebut pernah disakiti Prabowo? Di sini terlihat bahwa ada sedikit gejala paranoid pada diri Prabowo. Seakan-akan berita jelek tentang dirinya dari Metro TV dan Tempo selalu dikaitkan dengan perlakukannya terhadap kedua pimpinan media itu. Sama sekali tidak ada kaitan. Berita jelek yang diwartakan Metro TV dan Tempo tentang pribadi Prabowo itu murni didasarkan fakta yang ada yang langsung berkaitan dengan person Prabowo, dan sama sekali tidak harus ada hubungannya dengan Surya Paloh dan Goenawan Muhammad.

Simak saja berita soal kasus penculikan aktivis 98. Sebelum kampanye Fadli Zon berkata bahwa kasus itu sudah clear, dimana Prabowo tidak terlibat. Tiba-tiba muncul surat bocoran surat DKP yang menyatakan Prabowo terlibat. Surat itu asli. Apakah salah jika wartawan bertanya dimana sisa aktivis yang hingga kini tidak diketahui rimbanya? Ini bukan soal apakah Prabowo sudah menyakiti Surya Paloh atau Goenawan Muhammad. Ini persoalan kemanusiaan.

Hal serupa juga dengan kasus-kasus lainnya seperti soal Garuda Merah, soal koalisi, penjiplakan lagu kampanye, dan lain-lain. Semuanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan disakiti atau tidaknya dua pimpinan media ini. Semuanya murni persoalan nilai keadilan, kejujuran, kebenaran dan kemanusiaan. Karena itu, terlalu naïf bila Prabowo menilai bahwa berita jelek dari Metro TV dan Tempo tentang dirinya dikaitkan dengan pimpinan kedua media tersebut. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kejelekan Prabowo yang diberitakan media bukan lantaran orang lain disakiti, melainkan karena memang faktanya begitu.
Pangkalpinang, 9 Juli 2014

Renungan Hari Kamis Biasa XIV - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XIV, Thn A/II
Bac I    Hos 11: 1, 3 – 4, 8 – 9; Injil             Mat 10: 7 – 15;

Kitab Hosea, yang menjadi bacaan pertama hari ini, kembali memberi gambaran tentang Allah yang sangat perhatian kepada umat-Nya, Israel. Allah digambarkan yang mengajar umat-Nya berjalan, menyembuhkan (ay. 3), meringankan beban derita dan yang memberi makan (ay. 4). Hosea menyatakan bahwa Tuhan Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya karena Ia tetap setia pada ikatan kasih. Dia juga tidak akan membinasakan mereka. Di sini Hosea mau menegaskan bahwa Allah adalah sumber kebaikan, kasih dan setia.

Injil hari ini berisi sabda pengutusan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Mereka diutus untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (ay. 7) dan menyembuhkan (ay. 8). Satu nasehat Tuhan Yesus yang menarik adalah bahwa para murid diminta untuk memberi dengan cuma-cuma, karena mereka sudah menerimanya dengan cuma-cuma pula (ay. 8). Artinya, para murid mendapatkan kuasa, rahmat dan anugerah dari sumbernya, yaitu Tuhan Allah sendiri; dan itu didapat secara gratis. Seperti yang ditegaskan Hosea, Allah adalah sumber kekuasaan, rahmat dan kebaikan. Karena itu, para murid musti menyalurkannya tanpa menuntut imbalan.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan adalah sumber segala rahmat, kebaikan dan kasih. Semua itu diberikan Tuhan kepada umat-Nya. Siapapun diri kita Tuhan tetap menganugerahkan kasih-Nya. Masing-masing kita senantiasa menerima rahmat dan kebaikan-Nya dengan cuma-cuma. Karena itu, sudah sepantasnya kita menghaturkan syukur dan terima kasih pada-Nya. Namun lebih dari itu, Tuhan menghendaki supaya kita menyalurkan apa yang kita dapat dari Tuhan kepada sesama. Kita menerima kasih Tuhan, maka hendaklah kita mewartakan dan mewujudkan kasih-Nya. Kita sudah mendapat kebaikan dari Tuhan secara gratis, maka selayaknya kita menyalurkan kebaikan itu kepada sesama kita. Tuhan tidak menghendaki agar apa yang kita dapat dari-Nya, hanya kita nikmati sendiri.

by: adrian