Senin, 10 Juni 2019

PAUS FRANSISKUS: KEBEBASAN, BELARASA ADALAH WARISAN ABADI PARA USKUP MARTIR

Pesan dan kesaksian para uskup martir Rumania adalah sebuah pengingat bahwa orang-orang kristen dipanggil untuk berdiri teguh melawan ideologi yang berupaya melumpuhkan dan menekan tradisi budaya dan agama mereka, demikian pernyataan Paus Fransiskus. Pernyataan itu disampaikan dalam lawatannya ke Rumania. Pada akhir kunjungannya ke Rumania, Paus Fransiskus merayakan liturgi pada 2 Juni dimana tujuh uskup katolik ritus Timur, yang meninggal dalam kampanye anti-agama yang dilakukan oleh rezim komunis di Rumania, dibeatifikasi.
“Para gembala ini, parta martir untuk iman, dan menyerahkan kepada orang-orang Rumania dengan warisan berharga yang bisa kita simpulkan dalam dua kata: kebebasan dan belarasa,” kata Paus Fransiskus. Menurut Vatikan, sekitar 60.00 orang memenuhi Lapangan Kebebasan Blaj, sementara sekitar 20.00 orang mengikuti liturgi di layar lebar yang dipasang di sejumlah lapangan di sekitar kota itu.
Bagi umat katolik ritus Timur di Rumania, lapangan yang terletak di tanah Seminari Teologi Katolik Yunani Blaj itu merupakan simbol kebanggaan dan kesedihan negara itu. Selama peringatan 100 tahun revolusi nasionalis Rumania di lapangan itu, otoritas komunis sebelumnya membubarkan Gereja Katolik Rumania ritus Timur.
Salah satu uskup yang baru dibeatifikasi, Uskup Ioan Suciu, administrator apostolik Fagaras dan Alba Iulia, menolak untuk tampil di acara itu, yang dianggap oleh umatnya sebagai tanda bahwa mereka dipanggil untuk tetap tabah dalam iman mereka dan mengikuti jalan penganiayaan dan kemartiran.

ADA IMAN DALAM LEMBARAN RUPIAH


Iman adalah urusan hati nurani setiap pribadi manusia. Karena dia merupakan soal hati, maka menentukan agama apa yang diimani merupakan sebuah pilihan, bukan paksaan. Karena itu, Gereja Katolik, lewat dokumen konsili Vatikan II, melarang umat katolik memaksa orang lain memeluk iman katolik dengan iming-iming tertentu (bdk. Dignitatis Humanae: 2, 4). Akal budi membantu hati nurani dalam menetapkan pilihan itu.
Akan tetapi, masih ada juga terjadi bahwa iman merupakan juga urusan perut. Hanya dengan modal lembaran rupiah, orang dapat membeli iman seseorang. Hal inilah yang diangkat blog budak-bangka dua tahun lalu, persisnya hari ini, 10 Juni 2017, lewat judul tulisan “Ketika Iman Dijual Demi Lembaran Rupiah”. Tulisan tersebut bukan lahir dari pemikiran kosong, melainkan berangkat dari fakta situasi kehidupan. Fakta kehidupan itu kemudian direfleksikan, dan hasilnya ditawarkan kepada para pembaca sebagai sebuah pencerahan.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan, tulisan 2 tahun lalu itu diurai dengan tidak terlalu panjang membuat pembaca hanya membutuhkan waktu singkat untuk membacanya. Karena berangkat dari fakta kehidupan, tulisan tersebut juga memakai gaya bahasa narasi dengan alur yang mengalir. Penulis memaparkan gagasannya dengan ringkas, padat dan bernas supaya pembaca langsung menemukan intisarinya.
Apa dan bagaimana isi tulisan tersebut? Langsung saja temukan jawabannya dengan klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

KETIKA BERADA DI ANTARA DUA KEBENARAN


Tentulah setiap orang pernah berada dalam situasi kebingungan berhadapan dengan dua kebenaran. Sebagai contoh, usai pemilu 2019 baru lalu, tak sedikit masyarakat Indonesia yang bingung karena berada di antara dua kebenaran, yaitu pasangan 01 menang dan juga pasangan 02 menang. Sekalipun Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebagai penyelenggara resmi pemilu, telah mengumumkan kemenangan pasangan Jokowi – Amin, namun kubu pasangan Prabowo – Sandi juga mengumumkan kemenangan mereka. Ujung-ujungnya, bukan hanya ricuh 22 Mei, tetapi juga kebingungan di beberapa kalangan warga.
Blog budak-bangka lima tahun lalu, persisnya hari ini, 10 Juni 2014, memang bukan membahas soal masalah pemilu, tetapi soal situasi berada di antara dua kebenaran. Judul tulisan yang diangkat adalah “Terhimpit Dua Kebenaran”. Tulisan tersebut memang merupakan hasil refleksi atas situasi kehidupan. Akan tetapi, hasil refleksi itu tidak hanya sebatas hasil refleksi belaka, melainkan memberikan pencerahan kepada para pembaca.
Dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan sederhana sehingga pembaca mana pun dapat menikmatinya. Di samping itu, tulisan 5 tahun lalu itu tidak terlalu panjang membuat pembaca hanya membutuhkan waktu singkat untuk membacanya. Penulis mengurai gagasannya dengan ringkas, padat dan bernas supaya pembaca langsung menemukan intisarinya.
Patut diakui bahwa tulisan tersebut membantu kita dalam menghadapi situasi berada di antara dua kebenaran. Ada beberapa tawaran yang diberikan. Apa saja tawaran itu? Bagaimana kita menyikapi situasi dilematis itu? Temukan jawabannya dengan klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!