Jumat, 04 Juli 2014

Seperti Naik Bus Saja

Akhirnya Johan diterima di Seminari Tinggi Pematangsiantar. Dia merupakan satu-satunya seminaris Hokeng yang diterima. Semua keluarganya pada senang. Mereka akhirnya urunan untuk menanggung biaya perjalanan Johan dengan pesawat dari Maumere ke Medan.

Waktu membeli tiket, Johan diberitahu bahwa tidak ada pesawat yang langsung ke Medan, kecuali transit. Dari Kupang ke Jakarta, lalu ganti pesawat untuk melanjutkan perjalanan ke Medan. Karena itu, ia harus ke Kupang dulu. Kebetulan dia juga mau ketemu sama pamannya. Setelah dua malam di sana baru terbang.

Johan tiba di Bandara Soeta jam 10.00 WIB. Dari petugas ia mendapat informasi bahwa penerbangannya ke Medan pada jam 11.00. Karena tidak terlalu lama ia segera menuju ke Gate B-2 sesuai petunjuk untuk menunggu.

Akan tetapi, ketika waktu menunjukkan jam 12.00, tidak ada panggilan bagi penumpang tujuan Medan. Yang sudah dipanggil adalah penerbangan ke Padang, Batam dan Aceh. Johan dan penumpang lainnya masih menunggu. Jam 13.00 juga belum terdengar panggilan. Justru penumpang tujuan Batam dan Aceh kembali dipanggil. Johan mulai gelisah. Tidak ada pemberitahuan dari petugas.

Pada jam 14.30 ada pengumuman untuk penumpang tujuan Aceh. Para penumpang segera berjalan menuju pesawat. Melihat hal itu, karena tidak sabar, Johan berdiri ikut antrian boarding. Namun ketika sampai di petugas, ia segera ditahan.

Petugas          : Maaf mas, tiket Anda ke Medan. Ini yang ke Aceh.

Johan              : Tapi nanti kan lewat Medan juga kan.

Petugas          : Betul.

Johan              : Nah, nanti saya turun di Medan saja. Dulu waktu liburan sekolah, saya juga sering dari Hokeng naik Bus tujuan Ende, tapi turunnya di Maumere.

Petugas pada kebingungan. Dalam hati mereka berkata, “Emang ini naik bis?”
 Pangkalpinang, 17 Mei 2014

(P U I S I) Aku Heran Pada Koruptor

AKU HERAN PADA KORUPTOR
Aku heran,
Ada orang masih tega berkorupsi,
Mencuri demi memperkaya diri
Tak peduli umat masih berjuang mencari makan
Ia tetap tersenyum dan beraksi

            Korupsi terjadi karena matinya hati nurani
            Muka tebal hapus harga diri
            Tutup telinga akan suara-suara koreksi
            Yang penting bisa tampil trendi

Korupsi telah menjadi profesi ahli
Karena tak puas pada gaji sendiri
Ingin lebih, penuhi keinginan pribadi
Dengan jalan mencuri

            Aku heran,
            Ada orang masih tega berkorupsi
            Di hadapan Tuhan dia tetap memuji
            Di hadapan orang dia terus bersosialisasi
            Dengan senyum, canda dan wajah berseri
            Tak peduli sudah berapa uang umat dicuri
            Dia terus beraksi tanpa malu lagi
                                                                        Jakarta, 18 Juni 2014
by: adrian


Baca juga:
1.      Bila Punya Hati
3.      Diakon Yudas

Orang Kudus 4 Juli: St. Pierre Georges Frassati

BEATO PIERRE GEORGES FRASSATI
Pier Giorgio Frassati lahir pada 6 April 1901 di Torino, Italia. Ia adalah putera dari Alfredo Frassati, seorang politisi yang juga pendiri surat kabar Italia, La Stampa, dan Adelaide Ametis, seorang pelukis. Adiknya, Lusiana Frassati menuliskan kisah hidupnya. Tindakan kasihnya sudah terlihat sejak kecil, seperti diceritakan Lusiana. Ketika seorang ibu mengetuk pintu rumahnya dan memohon untuk diberikan sepatu untuk anaknya. Pierre langsung memberikan sepatunya untuk anak ibu tersebut.

Pierre menyelesaikan pendidikannya dalam teknik pertambangan. Ia selalu mendermakan setiap uang yang ia miliki kepada orang-orang yang lebih membutuhkan dari padanya. Ia bahkan rela berlari atau naik kereta kelas tiga dan menyumbangkan uang yang ia miliki kepada orang miskin. Pada tahun 1922, ia bergabung dengan Ordo Ketiga Dominikan dan mengambil nama Girolamo. Pierre juga aktif dalam berbagai kelompok-kelompok katolik, baik kelompok doa, maupun politik. Pierre bahkan secara terbuka menyatakan dirinya sebagai anti-fasisme dan pernah ikut berdemonstrasi dan ditangkap polisi.

Pierre membantu berdirinya surat kabar Katolik, Momento, yang didasarkan dari ensiklik Paus Leo XIII, Rerum Novarum. Di tengah aktivitasnya, Pierre memiliki hobi memanjat tebing. Pierre Georges Frassati T.O.S.D., meninggal dunia pada 4 Juli 1925 di Turin, Italia, akibat penyakit poliomyelitis, yang ia derita karena tertular dari orang sakit yang ia rawat. Disaat keluarganya mengharapkan kedatangan dari kerabat keluarga dan teman-teman Giorgio, mereka dikejutkan dengan ribuan penduduk Torino yang pernah ditolong dan mengenal Pierre selama tujuh tahun pelayanannya, yang bahkan mereka tidak tahu bahwa Pierre adalah orang kaya. Para penduduk Torino mendesak Uskup Agung Torino untuk memulai proses kanonisasinya. Jenazahnya Frassati tidak mengalami kerusakan. Pada 20 Mei 1990, ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Renungan Hari Jumat Biasa XIII - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XIII, Thn A/II
Bac I    Amos 8: 4 – 6, 9 – 12; Injil                Mat 9: 9 – 13;

Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Amos, dapat dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama (ay. 4 – 6) menggambarkan situasi jahat yang dilakukan manusia curang. Digambarkan bahwa orang miskin, lemah dan sengsara selalu ditindas, ditipu daya oleh mereka yang memiliki kekuasaan, baik dari segi politik maupun ekonomi. Terlihat jelas bahwa orang-orang miskin, lemah dan sengsara ini tidak ada pembela, pelindung atau siapa saja yang memperhatikannya. Pada bagian kedua (ay. 9 – 12) digambarkan Allah yang marah melihat situasi pada bagian pertama tadi. Ini mau menunjukkan bahwa Allah peduli pada kaum miskin, lemah dan sengsara. Dengan kata lain, Allah memperhatikan kaum pinggiran yang sering ditindas, dianiaya dan ditipu.

Allah yang peduli kepada kaum pinggiran ditunjukkan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Hari ini Injil mengisahkan panggilan Matius. Namun dalam kisah itu terselip cerita Allah yang peduli kepada kaum pinggiran yaitu kaum pendosa. Dikisahkan bahwa Yesus makan di rumah Matius, dan dalam acara makan itu “datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia.” (ay. 10). Pemungut cukai, apalagi orang berdosa, masuk dalam kategori orang yang dipinggirkan. Karena itulah, kaum Farisi bersikap sinis atas Yesus (ay. 11). Akan tetapi, Yesus tetap pada prinsipnya. Ia tidak boleh ikut-ikutan menyingkirkan kaum pinggiran ini. Mereka butuh perhatian. Yesus menunjukkan kepada orang Farisi sikap Allah kepada umat-Nya.

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita sikap Allah kepada umat-Nya. Allah tidak akan membiarkan kaum pinggiran selalu dipinggirkan oleh sesamanya. Bacaan-bacaan liturgi hari ini dengan jelas dan tegas menampilkan sikap Allah tersebut. Allah peduli kepada siapa saja termasuk kaum pinggiran, baik dari segi sosial, ekonomi, politik maupun rohani. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita mengikuti teladan-Nya dalam bersikap dengan sesama kita. Hendaklah kita jangan ikut meminggirkan atau menyingkirkan kaum pinggiran dengan penindasan atau juga tipuan demi keuntungan sendiri. Tuhan menghendaki supaya kita bersolider dengan mereka.

by: adrian