Selasa, 25 September 2012

Lewotobi ada Tiga


Bulan Agustus lalu saya pulang ke kampung (Maumere). Tujuan utama saya adalah ingin ikut pesta HUT 40 tahun imamat dan 25 tahun uskup Mgr Hilarius Moa Nurak, SVD. Karena acaranya masih lama, saya menyempatkan diri mengunjungi saudari saya di Larantuka. Perjalanan ke Larantuka saya jadikan kesempatan untuk bernostalgia, khususnya dengan daerah Hokeng. Maklum, 4 tahun saya tinggal di Hokeng sebagai siswa Seminari Menengah San Dominggo. Maka, ketika memasuki wilayah Boru, pandangan mata saya langsung tertuju ke sebelah kanan bus. Tatapan saya terarah ke dua gunung Lewotobi, yang oleh penduduk di sini disebut dengan nama Lewotobi Laki dan Lewotobi Perempuan.

Siang menjelang sore saya tiba di rumah saudari saya. Setelah basa-basi sejenak, ia bertanya soal perjalanan saya dari Maumere ke Larantuka.

Saya : “Luar biasa! Ada begitu banyak perubahan, khususnya di Hokeng.”

Adik : “Kebun kopinya ya?”

Saya : “Bukan! Gunung Lewotobinya”

Adik : “Ada apa dengan Lewotobinya?”

Saya : “Kalau dulu ada dua. Sekarang jadi tiga.”

Adik : “Ah, masak sih? Kan sudah ada Gunung Lewotobi laki dan Lewotobi Perempuan. Gunung apa lagi yang ketiga?”

Saya : “Lewotobi bencong!”

Adik : “@#$%?!^*&%

by: adrian
Baca juga humor lainnya:

(Pencerahan) Allah butuh Manusia


SERIGALA TUA
Seorang yang sedang melewati hutan melihat seekor serigala yang sudah lumpuh keempat kakinya. Ia ingin tahu bagaimana serigala itu dapat bertahan hidup terus. Lalu ia melihat seekor harimau datang dengan membawa kijang hasil buruannya. Harimau itu makan sepuasnya dan meninggalkan sisa bagi serigala.

Hari berikutnya Tuhan memberi makan serigala dengan perantaraan harimau yang sama. Orang itupun mulai mengagumi kebaikan Tuhan yang begitu besar dan berkata dalam hati, “Aku juga akan menganggur di rumah saja dengan penuh kepercayaan kepda Tuhan karena Ia akan mencukupi segala kebutuhanku.”

Ia melakukan niatnya berhari-hari lamanya, tetapi tak terjadi apa-apa. Ketika orang malang itu sudah hampir mati, terdengarlah suara, “Hai engkau, orang yang sesat, bukalah matamu pada kebenaran! Ikutilah teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!”

ð  Di jalan aku melihat seorang gadis kecil menggigil kedinginan dalam pakaiannya yang tipis. Tiada harapan baginya untuk mendapatkan cukup makanan. Aku menjadi marah dan berkata kepada Tuhan, “Mengapa hal ini Kaubiarkan? Mengapa Engkau tidak berbuat sesuatu?”
Sementara waktu Tuhan tidak berkata apa-apa. Malamnya Ia menjawab dengan sangat tiba-tiba, “Aku telah berbuat sesuatu. Aku menciptakan engkau.”

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Hari Selasa Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXV B/II
Bac I  Ams 21: 1 – 6, 10 – 13; Injil       Luk 8: 19 – 21

Membaca atau mendengar Injil hari ini mungkin sebagian kita akan geleng-geleng kepala atas sikap dan jawaban Yesus. Mungkin ada yang mempunyai kesan bahwa Yesus kurang sopan terhadap keluarga-Nya sendiri.

Namun kita harus melihat maksud Yesus dari pernyataan-Nya tadi. Maksud ini menghilangkan kesan kekurangsopanan-Nya, karena kita melihat situasinya. Saat itu Yesus sedang mengajar. Dan dalam situasi pengajaran itulah, ada yang menyela, "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tentulah saat itu konsentrasi orang tertuju pada selaan itu. Perhatian para pendengar-Nya saat itu terarah kepada "Ibu dan saudara-saudari Yesus".

Nah, pada saat perhatian orang tertuju pada selaan itu, Yesus langsung menyampaikan pengajaran-Nya berkaitan dengan topik selaan itu. "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Di sini Yesus mau memberi makna baru relasi keluarga. Dia tidak hanya berhenti pada hubungan biologis, melainkan relasi spiritual. Lewat sabda-Nya ini Yesus mau mengangkat relasi biasa ke dalam hubungan kekeluargaan di mana Allah adalah Bapa kita bersama. Ini tentu dikaitkan dengan misi-Nya menghadirkan kerajaan Allah.

Sabda Yesus ini sejalan dengan nasehat Amsal dalam bacaan pertama. "Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban." (Ams 21: 3).

Sabda Yesus hari ini mau menghilangkan sekat-sekat primordialisme dalam kehidupan kita. Yesus mau menyadarkan kita bahwa kita semua adalah saudara. Yang menyatukan kita adalah "melakukan kehendak Allah". 

Oleh karena itu, ada dua tuntutan dalam pesan Tuhan hari ini. Pertama, kita diajak untuk senantiasa melakukan kehendak-Nya. Kedua, kita diajak untuk menerima dalam hidup kita siapapun yang telah melakukan kehendak Allah, tak peduli apapun suku, ras, golongan bahkan agamanya.

by: adrian

Orang Kudus 25 September: St. Nikolas Flue


SANTO NIKOLAS FLUE, PENGAKU IMAN
Nikolas berasal dari Swiss. Ia lahir di Kanton Obwalden pada tahun 1417 dari sebuah keluarga katolik yang saleh. Masa kecilnya berlangsung dalam situasi perang berkepanjangan. Ketika berumur 15 tahun, Nikolas sudah mampu memainkan pedangnya seperti seorang prajurit perang. Empat tahun kemudian, ketika berusia 19 tahun, ia pun turut dalam pertempuran untuk membela Swiss, tanah airnya. Ibunya heran bahwa anaknya yang saleh itu memiliki jiwa patriotik yang besar. Ia mengharapkan agar Nikolas menjadi seorang imam, bukan menjadi seorang prajurit perang. Harapan itu pupus ketika Nikolas menikah dengan Doretea Weiss.

Karena keberaniannya dan kelincahannya dalam berperang, Nikolas dipilih sebagai komandan pasukan tempur. Seusai prang, ia dipilih menjadi anggota Dewan Kotapraja, anggota Pengadilan Kota dan akhirnya menjadi wakil rakyat di Kanton Unterwalden. Kepribadiannya yang menarik dan saleh itu membuat rakyat senang padanya dan memilih dia untuk memangku jabatan-jabatan itu.

Tetapi Tuhan rupanya mempunyai rencana khusus atas diri Nikolas. Pada usianya ke-50 tahun, Nikolas sekoyong-koyong meninggalkan segala-galanya untuk menjalani hidup menyendiri sebagai seorang petapa. Suatu kekuatan ajaib yang tak kuasa diatasinya menggerakkan dia untuk menjalani cara hidup itu. Mula-mula ia menjadi seorang peziarah. Kemudian ia menetap di sebuah gubuk yang tersembunyi di sebuah jurang di pegunungan Swiss. Di tempat yang sunyi itu ia menjalani hidup doa dan tapa yang mendalam selama 20 tahun. Maksudnya ialah ingin membiana siatu pergaulan yang mendalam dan erat mesra dengan Allah.

Tuhan menganugrahkan kepadanya anugerah-anugerah yang luar biasa. Ia mengalami banyak penglihatan dan ketenangan batin yang penuh kebahagiaan dan penghiburan rohani. Mujizat besar yang dialaminya ialah bahwa selama bertahun-tahun lamanya ia mampu hidup dalam puasa mutlak tanpa makan suatu apapun kecuali komuni suci. Doa dan renungan-renungan suci adalah pekerjaannya sehari-hari.

Menyaksikan kesucian Bruder Klaus -- demikian ia disebut orang -- banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani. Kepada orang-orang itu ia menasehatkan agar mereka selalu sabar dan suka akan perdamaian.

Pada tahun 1461 Federasi Swiss terancam perpecahan karena perselisihan antara negeri-negeri itu, Banyak orang berbondong-bondong pergi kepada Bruder Klaus untuk meminta pandangannya tentang masalah itu. Pemenrintah pun mengutus beberapa orang kepada Bruder Klaus. Kepada mereka Bruder Klaus berpesan, "Jagalah kesatuan negara dan usahakanlah perdamaian."

Nasehat itu berhasil membawa kembali Federasi Swiss ke dalam persatuan dan perdamaian. Nikolas meninggal dunia pada tahun 1487 dan dihormati sebagai Rasul Perdamaian.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun