Kamis, 22 Mei 2014

Tahbisan diakon Stello di Sei Bati - Tanjung Balai Karimun

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Orang Kudus 22 Mei: St. Rita Cascia

SANTA RITA CASCIA, BIARAWATI
Rita lahir di Roccaporena, Italia pada tahun 1381. Beliau adalah seorang biarawati ordo Agustinus. Ia diangkat sebagai pelindung orang-orang yang mengalami masalah-masalah yang berat dan penasehat orang putus asa. Menurut cerita, keinginannya untuk menjadi biarawati ordo itu sudah bersemi dalam hatinya semenjak kecil. Tetapi karena hormat dan ketaatan kepada orang tuanya, ia menikah dengan seorang pemuda yang disenangi orang tuanya. Tetapi setelah menjalani hidup perkawinan selama 18 tahun, ia pun memutuskan untuk masuk biara. Hal ini ditempuhnya setelah suaminya mati dibunuh orang.

Permohonannya menjadi biarawati Ordo Santo Agustinus tidak cepat dikabulkan oleh pemimpin ordo, mengingat statusnya sebagai orang yang sudah menikah. Melalui suatu proses pertimbangan yang sangat lama, akhirnya aturan-aturan biara yang sangat keras itu diperlonggar. Dan Rita diterima sebagai seorang anggota dalam ordo ini. Kehidupan sebagai seorang biarawati dijalaninya dengan sepenuh hati. Ia benar-benar menghayati kehidupan biara dengan sungguh-sungguh: taat, disiplin diri dan ramah terhadap semua orang. Ia merawat semua biarawati rekannya yang jatuh sakit dan berdoa bagi semua orang Kristen yang telah lama meninggalkan Gereja. Cara hidup ini dipertahankannya hingga kematiannya pada tanggal 22 Mei 1457 di biara Cascia.

Renungan Hari Kamis Paskah V - A

Renungan Hari Kamis Paskah V, Thn A/II
Bac I   : Kis 15: 7 – 21; Injil          : Yoh 15: 9 – 11;

Bacaan pertama hari ini merupakan kelanjutan dari bacaan pertama kemarin. Paulus dan Barnabas tiba di Yerusalem dan menyampaikan persoalan yang terjadi di Antiokia. Para rasul kemudian mengadakan “konsili” untuk membicarakan hal itu. Hari ini bacaan pertama memuat pidato singkat Petrus dan Yakobus setelah konsili. Intinya adalah bahwa Roh Kudus berkarya juga bagi bangsa-bangsa lain dengan tidak mengadakan perbendaan (ay. 8 – 9). Oleh karena itulah, jemaat diminta untuk memiliki semangat seperti Roh Kudus itu, yaitu terbuka pada siapa saja yang hendak menerima Yesus (ay. 19).

Semangat keterbukaan menerima sesama tanpa memaksakan kehendak merupakan ciri adanya kasih. Injil hari ini berbicara tentang kasih. Kepada para murid-Nya Yesus menegaskan bahwa Dia telah mengasihi mereka. Yesus tidak memandang status, jabatan, kepribadian atau lainnya. Kasih Yesus bersifat universal. Dan Yesus meminta para murid untuk tinggal dalam kasih-Nya (ay. 9). Itu berarti mereka musti bersikap terbuka dalam menerima sesama. Dan itulah yang direfleksikan para rasul dalam konsili yang terlihat dalam bacaan pertama.

Melalui sabda-Nya, Tuhan mau menyadarkan kita bahwa Tuhan telah mengasihi kita, tanpa peduli keadaan kita. Sekalipun kita berdosa, Tuhan tetap mengasihi. Dan Tuhan juga meminta supaya kita tinggal di dalam kasih-Nya. Terlihat jelas bahwa Tuhan menghendaki agar kita memiliki sikap terbuka dalam menerima orang lain tanpa membeda-bedakan. Justru kita diajak untuk bisa menghargai perbedaan itu. Namun, perlu di sadari adalah bahwa perbedaan itu bukan sebagai biang perpecahan, melainkan kekayaan yang dapat berguna dalam membangun Kerajaan Allah.

by: adrian