Rabu, 10 Juli 2013

Membangun Kepercayaan

SALING   PERCAYA
Salah satu aspek penting dalam menjalin relasi cinta adalah saling percaya. Namun di jaman yang semakin kompleks ini, di mana intensitas pertemuan antarmanusia berlawanan jenis kian tinggi, saling percaya antarsepasang kekasih menjadi tak mudah diwujudkan. Padahal, menurut filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, manusia justru dinilai dari kemampuannya memenuhi janji. “Dan, kepercayaan merupakan salah satu syarat eksistensi manusia,” tegas Nietzsche.

Mantan peragawati ternama Amerika, Oleda Baker, dalam bukunya Be A Woman mengemukakan bahwa kepercayaan akan mampu menolong setiap pasangan kekasih melewati masa-masa sulit: saat merasa tidak mampu dan tak berdaya, bahkan dalam menghadapi kesulitan materi. Namun, tidak semua manusia bisa menjadi sosok yang dipercaya, yang selalu menepati janjinya. “Mereka inilah yang mudah berpaling manakala relasinya dengan kekasih tengah goyah,” ungkap Baker.

Menaruh kepercayaan pada si dia merupakan hal yang bisa kita rajut dari hari ke hari seiring bergulirnya waktu. “Tetapi, harus terjalin timbal balik antara kita dan si dia. Kita perlu menunjukkan diri sebagai sosok yang layak dipercaya,” ulas Baker. Menaruh kepercayaan dan menjadi orang yang bisa dipercaya bukanlah sekali jadi. Yang penting, selalu ada upaya untuk saling percaya. “Sebab, begitu kita menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan, sulit bagi kita merebut kembali perasaan tersebut,” lanjut Baker.

Selain itu, Baker mengisyaratkan, cinta saja tidaklah cukup. Ibarat membuat resep masakan Perancis yang menarik tetapi tidak membubuhkannya dengan sedikit anggur yang justru semakin memberikan rasa nikmat dan lezat. Menyukai adalah anggur dalam menjalin relasi. “Kita harus berusaha menyukai kekasih kita apa adanya, memperhatikan minatnya, menikmati kesenangan bersamanya, bergurau dan tertawa bersamanya.”

sumber: HIDUP, 30 Maret 2008, hlm 24

Orang Kudus 10 Juli: St. Felisitas

Santa felisitas bersama 7 anaknya, martir
Felisitas adalah seorang wanita bangsawan Romawi. Ia dikagumi banyak orang bukan saja karena keluhuran budinya sebagai seorang puteri bangsawan, terutama karena keutamaan-keutamaan hidupnya sebagai seorang Kristen. Bersama anak-anaknya: Aleksander, Feliks, Filipus, Martialis, Silvianus, Vitalis dan Yanuarius, Felisitas dituduh sebagai penganut agama Kristen.

Mulanya Publius, Walikota Roma, masih bersikap lunak terhadap mereka. Ia berusaha membujuk mereka dengan berbagai cara agar supaya mereka menyangkali imannya. Namun semua bujukan dan janjinya tidak berhasil mematahkan keteguhan iman mereka. Oleh karena itu, ia mengambil tindakan-tindakan kejam atas Felisitas dan anak-anaknya. Semua siksaan kejam yang ditimpakan pada mereka tidak berhasil melumpuhkan kekokohan iman mereka. Mereka tidak gentar sedikit pun di hadapan segala ancaman Publius. Felisitas dengan semangat meneguhkan iman anak-anaknya. Akhirnya mereka dibunuh oleh para algojo pada tahun150.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu BIasa XIV-C

Renungan Hari Rabu Biasa XIV, Thn C/I
Bac I   Kej 41: 55 – 57, 42: 5 – 7a, 17 – 24a; Injil    Mat 10: 1 – 7

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal berbagi peran. Dalam bacaan pertama pembagian peran atau tugas itu tampak antara Firaun dan Yusuf. Sekalipun Firaun adalah penguasa dan lewat menjalankan tugas membagi-bagi makanan popularitasnya bias meningkat, Firaun tetap menyerahkan tugas itu kepada Yusuf. Firaun tidak mau peduli kepada siapa saja Yusuf menyerahkan harta benda berupa makanan dari istana. Firaun sudah percaya kepada Yusuf.

Pembagian tugas atau peran juga dapat kita lihat dalam Injil hari ini. Yesus memilih dua belas orang untuk mendampingi-Nya sebagai rasul. Kepada kedua belas orang ini, Yesus “memberi mereka kuasa,” (ay. 1) dan tugas. Yesus tidak mau melakukannya sendiri, sekalipun Dia sanggup karena Dia memiliki kuasa. Yang terjadi adalah Yesus berbagi dengan dua belas rasul-Nya, sekalipun Yesus sadar tidak semua merka memiliki kemampuan yang sama. Yesus sudah percaya kepada mereka.

Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk mau berbagi peran. Jangan serakah peran, ingin menguasai semuanya meski diri sendiri sadar akan keterbatasan. Sabda Tuhan hari memberi pelajaran yang sangat bagus buat kita soal berbagai peran atau tugas. Salah satu dasar berbagi peran ini adalah kepercayaan.

by: adrian