Kamis, 20 Februari 2014

Foto Misa Imlek 31 Januari 2014

 Mohon berkat pada Bunda Maria sebelum misa
 

 
 Menyambut umat dengan salam khas China sambil mengucapkan Gong xi fat chai




Anak-anak penari pembukaan dan persembahan







Umat yang datang mendapatkan angpao dan kue
 
 Umat menyambut kedatangan rombongan imam
 

 





Angpao dan kue yang dibagikan kepada setiap umat
 
 Umat mendapatkan berkat dalam wujud jeruk
 
 Umat berbaris tertib untuk menerima berkat dari imamnya







Rm. Jefri (ki) dan romo misionaris (ka) membagi-bagi berkat kepada umat
 









 Romo dan anggota koor berpose bersama
 
 Dekorasi misa imlek

Orang Kudus 20 Februari: St. Eleuterius

SANTO ELEUTERIUS, USKUP & MARTIR
Eleuterius lahir di Dornik, Belgia pada tahun 456. Putra bangsawan Dornik ini mempunyai bakat luar biasa dalam banyak hal sehingga pendidikannya dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Pendidikan iman dari orang tuanya menjadikan dia seorang beriman yang taat agama.
 
Pada umur 30 tahun, ia dipilih menjadi Uskup Dornik. Ia menghadapi banyak kesulitan dalam tugasnya karena keretakan hubungan antara gereja dan negara. Kecuali itu situasi dalam tubuh Gereja sendiri serba tak menentu, lebih-lebih karena umat tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran iman. Menghadapi masalah-masalah itu, Uskup Eleuterius menggalakkan berbagai kegiatan kerasulan dan pewartaan untuk mengembalikan umat kepada penghayatan iman yang sesuai dengan ajaran iman. Ia percaya bahwa Tuhan membantu dia dalam karyanya. Dalam seluruh karyanya sebagai Uskup, ia tidak mengenal kata "mustahil".

Pengajaran Agama, perayaan Liturgi, menciptakan hubungan baik dengan para pemimpin bangsa Frank yang menguasai daerahnya, pendidikan imam-imam, semuanya menjadi pokok perhatian dan kerasulannya. Usaha-usaha ini diperkuat dengan kehidupan tapa dan doa yang mendalam tanpa mengenal putus asa.

Ketika Eleuterius meninggal karena dibunuh oleh segerombolan penyebar agama sesat pada tahun 531, para pemimpin bangsa Frank bersama sebagian rakyatnya sudah dikristenkan oleh Eleuterius. Ajaran-ajaran sesat yang dahulu dianutnya dulu tidak lagi menarik perhatian mereka. Melihat segala usahanya untuk menegakkan ajaran iman yang benar, kegigihannya mempertobatkan bangsa Frank yang kafir, terpenuhilah kata-kata St. Paulus ini: "Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."

Renungan Hari Kamis Biasa VI - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa VI, Thn A/II
Bac I   : Yak 2: 1 – 9; Injil  : Mrk 8: 27 – 33

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat Rasul Yakobus. Dalam suratnya ini Yakobus menyampaikan beberapa pengajaran. Salah satunya adalah apa yang dikehendaki Allah soal sikap kita terhadap orang miskin. Dikatakan bahwa Allah membela orang-orang miskin. Bagi Yakobus, orang-orang miskin ini akan “menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan yang telah dijanjikan-Nya.” (ay. 5). Tentulah apa yang dikatakan Yakobus ini merupakan ajaran Yesus yang pernah disampaikan-Nya di atas bukit (Mat. 5: 3). Karena itu, dalam bersikap dengan sesama, khususnya yang miskin, kita hendaknya bersikap sesuai dengan kehendak Allah.

Mengikuti kehendak Allah juga menjadi tema dalam Injil hari ini. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus adalah Mesias. Itulah yang disampaikan oleh Petrus. Kemudian Yesus menjelaskan bagaimana kehidupan Mesias itu kelak: “Menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh.” (ay. 31). Petrus memprotes penjelasan Yesus itu. Protes Petrus itu terjadi karena gambaran Mesias oleh Yesus itu bertentangan dengan keinginannya. Karena itulah, Yesus menegor dia dan menasehati dia agar hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Salah satu ciri agama katolik, dan kristen pada umumnya, adalah mendahulukan kehendak Allah. Inilah yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya. Hal ini tampak dalam kehidupan Yesus, mulai dari lahir hingga mati-Nya. Orang kristen menerima-Nya sebagai kehendak Allah. Namun, masih ada banyak orang menolak hal itu. Misalnya, soal kematian Yesus. Mereka berpikir, mana mungkin Yesus yang hebat mati konyol. Masak Tuhan tewas di kayu salib. Karena tidak bisa menerima kehendak Allah, mereka lalu membuat solusi sendiri. Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Memang hal ini sudah menjadi bagian hidup para pengikut Kristus. Tuhan hanya mengingatkan kita kembali.

by: adrian