Kamis, 29 Oktober 2015

Doa Rosario Menyadarkan Suami

KEKUATAN DOA ROSARIO
Setahun yang lalu, aku bertemu seorang ibu muda yang mengisahkan liku-liku perjalanan imannya. Beberapa kali air matanya menetes dan suara isak tangisnya terdengar saat dia menceritakan kisah ziarah hidupnya yang tidak mudah itu.
Ibu ini berasal dari keluarga katolik, dan bertumbuh sebagai wanita katolik. Namun kehendak Tuhan memang mungkin berbeda-beda jalan-Nya untuk setiap orang, termasuk dirinya. Dalam usia yang muda, ia menjadi yatim piatu. Karena kesulitan hidup, perjalanan imannya menjadi susah.
Kesulitan ekonomi membuatnya hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga SMA, lalu ia bekerja seadanya. Kemudian dia bertemu dengan seorang laki-laki yang berbeda agama dengannya. Cinta memang sering tak bisa dipahami dengan akal. Karena laki-laki itu bekerja baik, dan awalnya kelihatan sebagai seorang yang berhati lembut dan penyayang, maka dia pun memutuskan untuk mengikuti suaminya; dan meninggalkan imannya.
Namun ternyata semuanya berubah setelah ia menikah dan meninggalkan imannya. Pelan-pelan sifat suaminya berubah dan yang aslinya muncul. Ternyata dia seorang yang keras dan fanatik dengan agamanya. Lalu, pekerjaan suaminya juga mulai mengalami kegagalan karena berbagai hal. Ketika dia mulai memiliki anak, kebutuhan keluarga bertambah namun penghasilan keluarga berkurang, sementara dia hanya menjadi ibu rumah tangga sejak menikah. Dengan semua kesusahan hidupnya, ibu muda ini pun hanya bisa pasrah.
Namun rencana Tuhan memang lain. Dalam ketidakpastian hidup dan masa depan keluarga, tiba-tiba dia rindu kembali ke Gereja, mengikuti misa dan menerima komuni. Dia hanya mengurung niat itu dalam hatinya, karena takut suaminya marah. Sampai suatu waktu, dia menyampaikan niatnya itu kepada suami, dan tenyata benar suaminya marah dan menolak. Mendengar itu, dia semakin sedih dan takut. Namun hatinya tetap mengatakan untuk tidak menyerah. Lalu ia mulai berdoa Rosario sendirian. Malam hari saat suaminya tidur atau waktu lain ketika dia sendirian di rumah.

Renungan Hari Kamis Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Rom 8: 31 – 39; Injil                 Luk 13: 31 – 35;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan ramalan tentang kematian-Nya. Ini berawal dari pernyataan beberapa orang Farisi yang meminta Tuhan Yesus untuk menyingkir dan menghindari dari Herodes yang mau membunuh-Nya. Namun, Tuhan Yesus menegaskan bahwa kematian-Nya akan terjadi di Yerusalem (ay. 33), karena di sanalah banyak terjadi pembunuhan para nabi dan orang-orang utusan Tuhan. Hal ini mau menunjukkan penolakan atas kebaikan Allah. Orang Yerusalem tidak mau menerima tawaran kebaikan Allah.
Hal inilah yang direfleksikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam bacaan pertama, Paulus melihat bahwa Tuhan Yesus merupakan bukti kasih Allah kepada umat manusia. Yesus Kristus, yang adalah Putera Tunggal Allah, dikorbankan demi keselamatan umat manusia. Pengorbanan ini merupakan tanda bahwa Allah mengasihi manusia (ay. 32). Karena itu, Tuhan Yesus dilihat sebagai “Pembela bagi kita.” (ay. 34), yang dengannya umat manusia bisa berdamai kembali dengan Allah.
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa Allah telah mengasihi kita dengan mengorbankan Yesus Kristus, Putera-Nya. Dapatlah dikatakan bahwa Tuhan Yesus merupakan bukti cinta Allah, yang ingin menyelamatkan umat manusia. Melalui sabda-Nya ini Tuhan bukan hanya sekedar menyadarkan kita, melainkan mau mengajak kita untuk bersyukur dan meneladani Dia. Kita diajak untuk mau mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita untuk Tuhan dan sesama.***

by: adrian