Jumat, 21 November 2014

Harus Ada Bukti

Suatu senja seorang bapak datang menghadap Bapak Uskup. Ia melaporkan kasus skandal imam dengan isteri orang.

Uskup : Menurut kamu, mau diapakan imam itu?

Bapak : Terserah Bapak Uskup saja. Yang penting imam itu harus diberi sanksi. Bukankah tindakannya itu sudah melanggar aturan?

Uskup : Apa kamu punya bukti untuk menguatkan laporanmu? Misalnya foto atau rekaman video aksi mereka.

Bapak    : Wah, kalau itu saya tak punya bukti. Kan tak mungkin saya menyelinap dan memfoto mereka berduaan. Kalau saya tahu, sudah pasti saya akan mencegah.

Uskup : Gimana saya bisa memberi sanksi bila tak ada bukti? Masak saya musti menghukum yang tak terbukti bersalah?

Bapak  : Jadi, Bapak Uskup tak percaya kalau tak ada bukti?

Uskup : Ya.

Bapak  : Amat sangat menyedihkan!

Uskup : Kenapa?

Bapak : Tuhan Yesus pernah berkata, “Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya.” Jadi, sekalipun tak ada bukti, tapi mau percaya.


Uskup : %$#@*&^6%$??????
Pangkalpinang, 3 November 2014
by: Adrian
Baca juga humor lainnya:
1.      Minum Kopi Paste

Renungan Hari Jumat Biasa XXXIII - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXXIII, Thn A/II
Bac I    Why 10: 8 – 11; Injil             Luk 19: 45 – 48;

Injil hari ini berkisah tentang tindakan Tuhan Yesus yang “membersihkan” Bait Allah dari kekotoran. Kekotoran itu terlihat dari adanya aktivitas jual beli, pemerasan, penipuan, dll, yang semuanya itu mendatangkan korban pada kaum kecil. Padahal orang datang ke Bait Allah bertujuan bertemu dengan Allah dalam doa. Jadi, ada ketidak-sesuaian fungsi dari Bait Allah itu, sehingga Tuhan Yesus marah dan membersihkannya. Di sini Tuhan Yesus hendak mengembalikan fungsi Bait Allah sebagaimana seharusnya. Karena itulah Tuhan Yesus mewartakan fungsi Bait Allah, yaitu sebagai rumah doa.

Permintaan pewartaan juga dialami oleh Yohanes. Dalam Kitab Wahyu, yang menjadi bacaan pertama, Yohanes diminta untuk mewarta atau bernubuat. “Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja.” (ay. 11). Tentulah pewartaan yang dikehendaki Tuhan adalah pewartaan agar umat manusia kembali ke jalan yang benar. Dengan kata lain, Yohanes diminta untuk bernubuat tentang jati diri manusia; mengajak manusia untuk hidup sebagaimana mestinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan, baik itu terjadi di luar diri kita maupun di dalam diri kita. Ada perilaku-perilaku yang tidak pantas. Ada tindakan-tindakan yang tidak layak. Ada sarana-sarana yang digunakan tidak pada tempatnya, dan lain sebagainya. Terhadap semuanya ini, kita dipanggil untuk membenahinya. Kita diajak untuk menyampaikan apa yang seharusnya, apa yang sepantasnya dan apa yang layak. Tuhan menghendaki supaya kita berperan demi terciptanya tatanan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian