Sabtu, 08 Juni 2019

CARA PANDANG ORANG BISA BERBEDA


Hari ini, 6 tahun lalu, persisnya 8 Juni 2013, blog budak-bangka menyajikan satu tulisan ringan berjudul “Kuda Lumping”. Tulisan tersebut merupakan bentuk sastra prosa, khususnya cerita pendek (cerpen). Karena itulah, tulisan tersebut termasuk tulisan ringan.
Yang menarik dari cerpen itu adalah bahwa kisahnya berangkat dari situasi konkret, sekalipun tetap harus dikatakan bahwa itu adalah sebuah karya fiksi. Dengan kata lain, di balik kefiksiannya, ada fakta. Atau bisa juga dikatakan bahwa sebuah fakta yang kemudian difiksikan dalam bentuk cerita. Di samping bahasa yang dipakai sungguh sederhana, alur ceritanya pun mengalir ringan, sehingga pembaca mana pun dapat dengan mudah menikmatinya.
Akan tetapi, tulisan tersebut bukan sekedar cerita fakta semata. Sebagaimana cerpen atau karya sastra lainnya yang selalu mengandung makna dan pesan, cerpen Kuda Lumping juga sarat akan pesan yang berguna bagi kehidupan. Apa saja pesan dan makna di balik kisah kuda lumping itu? Langsung saja temukan jawabannya dengan klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

MENCERMATI SILAHTURAHIM POLITIK AHY DAN IBAS

Lebaran atau Idul Fitri memang identik dengan silahturahmi antar sesama umat muslim. Dalam aksi silahturahmi itu orang tidak hanya saling berkunjung dan salaman saja tetapi juga saling bermaaf-maafan. Itulah salah satu inti kemenangan; orang berhasil menekan kebencian, dendam dan kemarahan, dan menggantikannya dengan damai lewat bermaaf-maafan.
Karena itu, banyak apresiasi diberikan kepada dua anak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ibas Yudhoyono, yang melakukan kunjungan lebaran ke kediaman Presiden RI, Joko Widodo. Tak hanya berhenti di situ saja, silahturahim berlanjut ke rumah Ibu Megawati, Ketua Umum PDIP (partai pemenang pemilu 2019) sekaligus mantan Presiden RI kelima, dan ke kediaman (alm) Gus Dur.
Spontan orang langsung mengaitkan kunjungan Idul Fitri itu dengan situasi politik pasca pengumuman rekapitulasi pemilu, yang diwarnai aksi ricuh dari kelompok yang menolak pengumuman KPU itu. Panasnya persaingan pemilu yang masih terasa hingga kini sungguh membutuhkan siraman penyejuk, yang memang harus datang dari para elite politik. Sudah banyak seruan agar para petinggi politik dapat menyejukkan suasana politik Indonesia. Karena itulah, apa yang dilakukan AHY dan Ibas merupakan contoh positif bagi para elite politik lainnya.
Demikianlah kalau orang hanya melihat gambaran permukaan dari aksi silahturahim AHY dan Ibas. Di atas permukaan, kegiatan tersebut memang harus diacungi jempol; harus diapresiasi. Hal itu sangat positif di tengah suhu politik yang masih terasa panas. Akan tetapi, jika orang masuk lagi ke dalam, maka orang akan menemukan hal-hal yang di luar dugaan selama ini.
Kenapa kita harus melihat tidak hanya sebatas permukaan saja? Kenapa harus sampai ke kedalaman? Pertama-tama harus disadari bahwa yang melakukan tindakan silahturahim ini adalah dua tokoh politik, apalagi di belakang mereka ada tokoh politik besar, dan yang dikunjungi juga bukan sebatas tokoh politik biasa tetapi memegang peranan penting. Karena itulah, silahturahim tersebut harus dilihat sebagai silahturahim politik. Dan sebagai tindakan politik, maka tentu ada intrik dan kepentingan. Tidak ada makan siang gratis.

PAUS FRANSISKUS: KAUM MUDA HARUS CIPTAKAN EKONOMI MASA DEPAN


Paus Fransiskus telah mengundang para ekonom dan wirausahawan muda di seluruh dunia untuk membantu menciptakan “budaya baru dan berani” menemukan cara-cara baru berbisnis, mempromosikan martabat manusia dan melindungi lingkungan. “Kita perlu mengoreksi model-model pertumbuhan yang tidak mampu menjamin rasa hormat terhadap lingkungan, keterbukaan terhadap kehidupan, kepedulian terhadap keluarga, kesetaraan sosial, martabat pekerja dan hak-hak generasi mendatang,” kata Paus Fransiskus dalam sebuah surat yang mengajak kaum muda berpartisipasi dalam sebuah inisiatif baru tersebut.
Prakarsa, yang akan diluncurkan pada sebuah acara di Asisi pada 26 – 28 Maret 2020, mengundang kaum muda yang sedang belajar atau bekerja di bidang ekonomi atau bisnis untuk bergabung dengan Paus Fransiskus dan “mengadakan perjanjian” mengubah ekonomi saat ini dan memberi roh pada ekonomi masa depan.
“Tujuannya adalah untuk membangun dan mempromosikan ekonomi yang berbeda: ekonomi yang membawa kehidupan, bukan kematian, ekonomi inklusif dan bukan eksklusif, manusia dan tidak manusia, peduli terhadap lingkungan dan tidak merusaknya,” papar Paus Fransiskus dalam surat yang dirilis oleh Vatikan pada 11 Mei.
Surat itu ditujukan kepada “para ekonom dan wirausahawan muda”, mengatakan bahwa mengingat “kebutuhan untuk menghidupkan kembali ekonomi” tidak ada tempat yang lebih baik untuk meluncurkan inisiatif daripada di Asisi, “yang selama berabad-abad telah terkenal menyimbolkan humanisme persaudaraan dan perdamaian, dan akan menjadi tempat yang pas untuk menginspirasi sebuah ekonomi baru”.