Senin, 08 Oktober 2018

DOA SEORANG PELACUR

Kebanyakan orang berpikir bahwa yang kudus dan yang tak kudus, dunia fana dan dunia baka, tidak mungkin akan bisa saling berdekatan, apalagi bersatu. Yang tidak kudus tak bisa mendekati yang kudus, demikian pula sebaliknya. Karena itulah, banyak orang mengatakan mana mungkin Allah menjadi manusia. Allah itu mahakudus, sedangkan manusia itu penuh dengan dosa.
Dengan dasar pemikiran inilah orang menilai hina seorang pelacur atau para pendosa. Banyak orang menilai bahwa tempat mereka adalah pasti neraka (agama islam biasanya langsung dengan detail gambarannya). Karena itu, segala kebaikan yang mereka lakukan selalu dipandang rendah., bahkan ada agama yang mengatakan kebaikan mereka akan sia-sia, sebab tidak membuahkan pahala. Demikian pula dengan doa-doa yang mereka panjatkan.
Tulisan “Doa Seorang Pelacur” sungguh menggugah nurani, rasa dan nalar kita. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan gaya penceritaan yang ringan, penulis mencoba mengajak para pembaca untuk masuk ke dalamnya. Pertanyaan sang Guru kepada para muridnya adalah pertanyaannya kepada kita.
Lebih lanjut mengenai isi tulisan tersebut, langsung saja baca di sini. Jangan lupa untuk memberikan komentarnya.

MENJADI AYAH KRISTIANI


Setelah menikah, seorang pria langsung mendapat status suami. Selain itu, dia juga bakal mendapat status lain, yaitu sebagai ayah. Ini terjadi ketika dikaruniai anak, baik secara natural (hamil dan melahirkan) maupun secara non natural (adopsi). Sangat jelas bahwa status sebagai ayah berbeda dengan status sebagai suami, meski kedua status tersebut sering tak terpisahkan. Seorang ayah adalah sekaligus juga seorang suami, meski tidak selamanya seorang suami adalah juga seorang ayah.
Orang kristiani dipanggil untuk menghayati nilai-nilai kristiani. Demikian pula terkait status sebagai ayah. Seorang suami dipanggil untuk menghayati panggilan sebagai ayah kristiani. Di sini kita dibantu dengan bercermin pada teladan Santo Yosef, suami Bunda Maria, yang dapat digali dalam Matius 1: 24 – 25 dan Lukas 2: 1 – 6. Sangat dianjurkan agar kedua teks tersebut dibaca terlebih dahulu.
Matius 1: 24 – 25 menampilkan tiga teladan St. Yosef sebagai ayah kristiani. (1) Menghindari hal negatif di saat isteri sedang hamil. Hal negatif ini bisa fisik, seperti merokok di hadapan isteri, atau non fisik, seperti marah-marah. (2) Mendengarkan dan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Hal ini dapat diterapkan sebagai berikut: apa yang baik dan berguna bagi kehidupan isteri dan keutuhan keluarga, tak peduli dari mana sumbernya, harus diterapkan dalam kehidupan. (3) Menghormati pasangan. Hormat pada pasangan, terlebih di saat hamil, dapat dilakukan seperti meringankan tugas isteri (mencuci, membuat kopi, dll), memberi perhatian dan kasih sayang, dll.
Lukas 2: 1 – 6 menampilkan tiga teladan St. Yosef sebagai ayah kristiani. (1) Selalu ada bersama. Di saat hamil bahkan hingga kelahiran, sangat diharapkan seorang suami selalu ada bersama dengan istri dan anaknya. Setiap masalah harus dihadapi bersama. (2) Setia menjaga dan melayani. Kesetiaan ini dituntut baik di saat isteri hamil maupun sudah melahirkan. Seorang calon ayah harus menjaga janin dalam rahim isterinya dengan menjauhkan kebiasaan buruk, dan menanamkan kebiasaan baik seperti melayani isteri. (3) Mendahulukan pasangan. Ketika isteri hamil, seorang calon ayah hendaknya lebih mengutamakan isterinya ketimbang dirinya sendiri.
by: adrian