Rabu, 28 Maret 2012

«JADIKAN KBG SEBAGAI RUMAH DAN SEKOLAH IMAN»


SURAT GEMBALA PASKAH USKUP PANGKALPINANG
TAHUN 2012

Umat beriman yang terkasih dalam Kristus.

Pada tempat pertama saya ingin mengucapkan selamat pesta Paskah kepada para imam, suster-bruder, diakon, keluarga-keluarga, kaum muda, anak-anak dan remaja. Kita bersyukur kepada Tuhan yang menampakan diri sebagai manusia yang menderita, disalibkan dan wafat, namun bangkit mulia. Itulah wajah Yesus, Tuhan kita yang kita renungkan dan kita rayakan sejak awal masa Prapaskah hingga perayaan Paskah ini. Secara pribadi, dengan merenungkan misteri Paskah Kristus itu, dan perziarahan kita di tahun-tahun terakhir ini, saya sungguh merasa dikuatkan dan diteguhkan oleh Kristus sendiri.  Pengalaman iman ini dapat saya ungkapkan sebagai berikut: Sesudah bekerja keras dalam melaksanakan dan mensukseskan Sinode II, kita akhirnya dapat mengeluarkan Pedoman Pastoral Keuskupan yang diberi nama : Menjadi Gereja Partisipatif atau MGP. Pedoman Pastoral Pasca Sinode II ini merupakan buah dan tanda dari kebangkitan kita semua sebagai umat Allah Keuskupan Pangkalpinang. Saya sebut sebagai moment kebangkitan kita, sebab di sana kita menetapkan tekad dan komitmen kita untuk mewujudkan identitas  kita menjadi «Gereja Partisipatif yang dijiwai oleh Allah Tritunggal Mahakudus» (MGP, 155). Untuk mewujudkan visi itu kita telah menjadikan Komunitas Basis Gerejawi sebagai a new way of being Church, sebagai cara baru hidup menggereja (MGP, no. 156, 205), yang di dasari pada semangat atau spiritualitas menjadi murid dan hamba Allah (MGP, no 157, 223).

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus.
Satu pertanyaan yang mungkin kita ajukan adalah bagaimana KBG menjadi sebuah cara baru hidup menggereja itu? Untuk menjawab pertanyaan ini perkenankan saya menegaskan kembali salah satu ciri KBG yang telah kita tetapkan bersama yakni bahwa KBG harus menjadi locus atau tempat di mana umat Allah sungguh-sungguh menjadi persekutuan umat basis yang berakar pada iman (MGP, 156). Ciri ini sesungguhnya ingin menekankan bahwa kita semua harus menjadi murid tidak hanya  memiliki iman yang kokoh. Kekokohan iman itu antara lain ditopang oleh  pengetahuan iman yang baik dan benar juga agar pewartaan kita dalam kata dan aksi nyata sungguh-sungguh baik dan dapat dipercayai. Bagi saya ciri ini sangat penting untuk dijadikan prioritas kita untuk tahun 2012-2013 karena beberapa alasan:
1.      Pada tahun ini, dimulai tanggal 11 Oktober 2012 s/d 23 November 2013, ditetapkan sebagai Tahun Iman oleh Sri Paus Benediktus XVI (Lih. Benediktus XVI, Surat Apostolik Porta Fidei, 17 Oktober 2011).
2.      Penetapan tahun Iman ini bertepatan dengan peringatan 50 tahun Pembukaan Konsili Vatikan II,  dan 20 tahun Katekismus Gereja Katolik yang dipromulgasikan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II. Kedua dokumen ini memuat, melukiskan dan menegaskan keindahan dan kekayaan iman Gereja sebagaimana diungkapkan dalam Credo kita. 

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan, dengan penetapan tahun iman ini, kepada kita diberikan kesempatan berahmat untuk mengadakan suatu pembaharuan diri dalam iman sehingga dimungkinkan adanya suatu 'nafas iman' yang baru untuk mengakui iman secara penuh, dan semakin mengintesifkan perayaan-perayaan iman di dalam liturgi, khususnya di dalam Ekaristi, yang adalah puncak dan sumber iman, hidup dan misi kita. Dalam tahun iman ini kita juga diharapkan untuk menemukan kembali isi iman yang diakui, dihidupi, yang didoakan dalam Credo,  sebagaimana yang dilakukan oleh Jemaat Gereja Perdana yang «selalu bertekun dalam pengajaran para rasul». Karena itu isi iman sebagaimana yang terkandung di dalam Katekismus, Kitab Suci atau Ajaran Orang-Orang Kudus mesti kita dalami di dalam komunitas-komunitas basis kita, agar KBG kita sunggung menjadi komunitas yang berakar pada iman. (Bdk. Porta Fidei).

Undangan untuk memperdalam dan memperbaharui Credo kita, didorong oleh situasi-situasi kita sendiri. Dalam Sinode II kita mengakui dan menegaskan bahwa pemahaman akan iman yang terkandung di dalam Kitab Suci, Ekaristi, dan Ajaran-Ajaran Gereja masih sangat kurang (MGP, no. 41-49)

Karena itu, dalam semangat kebangkitan Tuhan Yesus dan salam kesatuan dengan seluruh Gereja saya hendak menegaskan apa yang dikatakan oleh Sri Paus dalam Surat Apostoliknya Porta Fidei: «Kita percaya bahwa Tuhan Yesus  telah mengalahkan kejahatan dan kematian. Dengan keyakinan ini kita mempercayakan diri kita kepadaNya: Dia yang hadir di tengah-tengah kita terutama melalui Sabda dan Ekaristi telah menang atas kuasa kejahatan (Bdk Lk 11,20). Kita, sebagai Gereja tetap tinggal di dalam Dia sebagai tanda rekonsiliasi kita dengan Bapa. Kita percayakan perziarahan kita di tahun iman ini kepada Bunda Maria, perawan yang diberkati karena «ia telah percaya» (Lk 1,45). (Bdk. Porta Fidei). Semoga tahun rahmat ini dapat diisi dengan aneka kegiatan pastoral yang dapat membantu kita semua untuk bertumbuh dalam iman akan Kristus, Penyelamat Dunia.

Marilah kita rayakan Paskah kita dan tahun iman ini dengan peringatan St Paulus kepada Timotius: «carilah iman» (2 Tim 2, 22) supaya kita dapat menjadi saksi-saksi kebangkitan dan kehadiran  Kristus yang dipercayai di dalam komunitas-komunitas kita dan di dalam masyarakat tempat kita berada, hidup dan berkarya. Semoga Komunitas-Komunitas Basis Gerejawi sungguh menjadi «rumah dan sekolah iman».


Selamat Pesta Paskah 2012 dan selamat memasuki Tahun Iman.
Tuhan memberkati




Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD
Uskup Pangkalpinang

Renungan Hari Rabu Prapaskah V-B

Renungan Hari Rabu Prapaskah V, B/II
Bac I : Dan 3: 14 - 20, 91-92, 95 ; Injil : Yoh 8: 32 – 42

Lewat sabda-Nya, Tuhan mau mengatakan bahwa kemerdekaan sejati itu terdapat dalam mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Menjadi keturunan Abraham belumlah menjamin seseorang itu mempunyai kemerdekaan sejati. Jadi, kemerdekaan sejati itu bersumber pada sabda Allah. Karena Yesus adalah Sabda Allah yang hidup dan kelihatan, maka mengikuti-Nya atau melakukan apa yang diperintahkan-Nya dapat mendatangkan kemerdekaan sejati.

Sabda Tuhan ini kiranya sangat relevan bagi kehidupan manusia masa kini. Sabda Tuhan mau menunjukkan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya didapat melalui ibadat lahiriah belaka. Jangan mengira bahwa dengan rajin ikut ekaristi, atau dekat dengan pastor/uskup berarti kita otomatis sudah memiliki kemerdekaan sejati. Belum tentu. Jika kita tidak melakukan perubahan sikap dalam mengikuti Kristus, kita takakan mendapatkan kemerdekaan sejati. Kita harus menyatukan diri dan hidup kita pada hidup Kristus.

Oleh karena itu, kita senantiasa dituntut untuk selalu mencari dan melakukan kehendak_nya dalam setiap gerak langkah kita. Untuk itu, kita harus mau menanggalkan ego kita.