Senin, 30 Juli 2012

Notulen Temu Pendamping OMK

Pertemuan dgn moderator OMK

Pada 30 Juli 2012, pukul 17.15 WIB, bertempat di aula pastoran Katolik St Yosep Tanjung Balai Karimun, diadakan pertemuan dengan moderator OMK Paroki St Yosep TBK. Yang hadir dalam pertemuan itu: bpk. Innosensius, bpk. Bura, bpk. Sagala, bpk. Eko, bpk. Niko, bpk. Wawan, bpk.Petrus, bpk. Pontius, ibu Sulastri, ibu Linda, ibu Monoarfa, ibu Lie Hua. Rm Eman, sebagai Pastor Paroki turut hadir dalam pertemuan ini.

Dalam pertemuan ini Rm. Adrian, selaku moderator OMK, menjelaskan soal OMK dan tim pendamping OMK itu sendiri.

Mulanya Rm. Adrian mengajak peserta pertemuan untuk melihat Gereja Eropa. Ada 3 situasi Gereja Eropa saat ini, yaitu: Gereja tua, Gereja kosong dan Gereja mati. "Tua" di sini bukan dalam arti usia gedung atau keberadaan jemaat, melainkan bahwa yang hadir saat ini di gereja-gereja hanyalah orang tua. Yang muda sudah meninggalkan gereja. Hal inilah yang menyebabkan banyak gereja menjadi kosong; dan cepat atau lambat gereja menjadi mati. Dan hal ini memang sudah terjadi. Ada banyak gereja saat ini sudah beralih fungsi. Ada yang jadi bioskop, mall, dll.

Ada beberapa sebab yang saling berkaitan.
1. Mungkin karena Gereja kaku
2. Budaya materialisme dan hedonisme sudah masuk ke dalam gereja
3. Kaum mudanya kurang diperhatikan
4. Adanya filsafat relativisme
5. dll

Dari sini Romo moderator mengajak peserta untuk melihat situasi kita saat ini. Dikatakan bahwa bisa dipastikan bahwa faktor-faktor penyebab di atas sudah ada di sini. Kalau begitu, apa sikap kita? Apa yang harus kita lakukan?

Rm. Adrian mengulangi seruan Bapak Uskup Hila bahwa Gereja tidak boleh tua, sekalipun usianya terus bertambah. Gereja harus tetap menjadi muda. Artinya, gereja mesti diisi kaum muda. Karena itu, kita harus memberi perhatian kepada kaum muda, karena merekalah harapan dan masa depan Gereja.

Kemudian Romo mengajak peserta untuk bercermin pada Gereja keuskupan dengan berpatokan pada hasil sinode. Dua hal yang bisa direnungkan adalah Gereja kaum awam dan Gereja partisipatif. Tak bisa dipungkiri bahwa benih iman katolik pertama sekali ditaburkan oleh kaum awam dari etnis Tionghoa. Berawal dari Moro, lalu ke Tanjung Batu dan Balai. Orang dari etnis Tionghoa ini juga yang menjadi katekisnya. Kemudian muncul perantau dari Flores yang membawa tradisi katolik dari Flores. Lalu datanglah katekis-katekis Jawa, seperti bpk Andi dan bpk Yakobus.

Artinya, umat dengan kesadarannya berperan aktif dalam membangun Gereja. Kesadaran ini juga yang hendak dibangun saat ini, khususnya dalam memperhatikan kaum muda. Untuk maksud inilah Rm Adri mengundang 12 orang untuk berperan sebagai tim pendamping OMK. Tugas pendamping OMK:
1. Mendampingi dan membimbing OMK:
          * Pengembangan kepribadian
          * Pendidikan iman
          * Pelatihan kepemimpinan dan kaderisasi
2. Menganalisis situasi kontekstual OMK
3. Mengiatkan dan menggerakkan OMK
4. Menjadi teman, sahabat dan "orang tua" bagi OMK.

Untuk kegiatan-kegiatan OMK, romo membuat rancangan agenda umum. Agenda ini bersifat tawaran, khususnya berkaitan dengan waktu. Agenda umum itu adalah sbb:
1. Misa OMK. Di sini, sesuai dengan amanat sinode, kaum muda diajak untuk berpusat pada Kristus. Dalam 1 tahun ada dua kali misa OMK dengan memanfaatkan momen valentine day (14 Feb) dan Sumpah Pemuda (28 Okt).
2. LKTD (Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar)
3. Pembekalan/Pencerahan (momen tgl merah). Di sini bisa diisi dengan berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, ceramah, dll. Temanya disesuaikan dengan kebutuhan kaum muda.
4. Bakti Sosial. Di sini, sesuai dengan amanat sinode, kaum muda diajak untuk bermisi. Acara yang bisa dilakukan misalnya seperti donor darah, bersihkan pasar, tanam manggrove/bakau di sepanjang jalan lingkar, bazar, dll. Ini bisa dilakukan saat aksi APP atau HUT paroki.

Setelah menguraikan semuanya ini, romo memberikan kesempatan bertanya kepada peserta untuk mendapatkan kejelasan. Satu hal yang ditambahkan romo moderator adalah bahwa romo akan menyampaikan kepada Rm. Beni Ratuwalu, SVD selaku koordinator OMK dekenat Utara soal tim pendamping ini. Hal ini berkaitan dengan pembekalan para tim pendamping OMK nanti.

Setelah pertanyaan dijawab sehingga peserta memperoleh kejelasan, Rm. Adrian melanjutkan presentasinya soal situasi OMK kini. Diawali dengan keberadaan struktur paroki yang baru. Struktur ini mengandung konsekuensi OMK, yang dilantik pada Februari lalu, bubar. "Bubar" di sini dilihat sebagai jalan terbaik untuk mengatasi kekacauan struktural (dualisme). Nanti Pastor Paroki akan mengeluarkan surat keterangan yang menyatakan bahwa OMK dibubarkan.

Dalam struktur baru nanti keberadaan seksi OMK akan dijaring dari KBG. Namun itu adalah OMK struktural. Masih ada OMK non struktural alias kategorial.

Berkaitan dengan OMK non struktural/kategorial ini romo berencana untuk mengumpulkan semua (sebanyak mungkin) OMK, baik yang di pusat paroki maupun Bati. Dalam pertemuan ini akan diadakan sosialisasi dan menjelaskan:
* situasi gereja saat ini
* tantangan OMK
* kategori-kategori OMK dan kegiatannya

Dua penjelasan pertama bertujuan untuk menyadarkan dan membangkitkan rasa keprihatinan dalam diri kaum muda. Sedangkan penjelasan ketiga untuk mengajak kaum muda menemukan perekat yang bisa mempertemukan mereka.

Berkaitan dengan kategorial ini romo Adrian meminta peserta agar membuka kesempatan yang seluas-luasnya. Prinsipnya, agar kaum muda menemukan sarana untuk bertemu. Yang menemukan kategori ini adalah kaum muda sendiri, bukan pendamping yang menentukan.

Contoh-contoh kategorial: OMK pelajar, OMK Saroha, OMK karya, OMK Legio Maria, OMK THS/THM, OMK koor, OMK pencinta alam/lingkungan, OMK pencinta Gregorian, OMK voli, OMK Cina, OMK Jawa, OMK peduli orang sakit, OMK karismatik, OMK Flores, OMK Guru, dll.

Akan tetapi Romo Adrian menemukan kendala soal waktu sosialisasi ini. Mulai minggu depan hingga pertengahan September Rm. Adrian tidak ada di tempat. Untuk itu pak Inno dan pak Wawan bersedia mengambil alih tugas ini, dengan catatan Rm Adri meningalkan catatan apa yang mau disampaikan dalam sosialisasi tersebut.

by: adrian

(Inspirasi Hidup) Orang Bodoh Punya Kebijaksanaan


KISAH BEJO DAN TUKANG CUKUR
Seorang tukang cukur sedang berdialog dengan pelanggannya yang rupanya adalah seorang pengusaha. Di sebuah pembahasan, dia mengatakan bahwa di kampungnya ini ada anak yang sangat bodoh. Sebut saja namanya Bejo. Dia mengatakan bahwa si Bejo ini anak yang tidak bisa berhitung.

Tak lama setelah diperbincangkan muncullah si Bejo di luaran pintu tukang cukur. Dengan bangganya si Tukang cukur ini ingin menunjukkan kebenaran dari ceritanya ini tadi kepada pelanggannya.

“Bejo, sini! Ini ada uang Rp 1.000 dan Rp 5.000, kamu pilih yang mana?”

Dengan sigap si Bejo menyambar uang seribuan tukang cukur tersebut kemudian berlari. Dan nampak si tukang cukur tertawa lantang melihat apa yang dilakukan Bejo sesuai dengan prediksinya. 

Si pelanggan pun terheran dengan perilaku Bejo tersebut. Maka setelah potong, dia memutuskan untuk mencari si Bejo. Dan akhirnya dia menemukan Bejo sedang asyik menikmati es krim di kursi taman.

“Hei nak, kamu yang tadi di tempat tukang cukur tadi kan?

“Iya pak, ada apa?”

“Ndak, tadi saya lihat tukang cukur tadi menawari kamu uang, tetapi kamu mengambil uang yang lebih kecil. Kenapa”

“Oooh, biasa tuh. Pak tukang cukur itu juga sering ngetes saya untuk milih duit”

“Lha terus, kalau sudah tahu mengapa kamu ambil uang yang paling kecil?”


“Ya, kalau saya ambil uang yang besar, maka selesailah permainannya pak..”
***
Sahabat, banyak sekali orang meremahkan orang lain dan merasa dirinya lebih pintar. Mereka meremehkan tanpa mengerti alasan pasti mengapa orang lain melakukannya. Jadi, menurut Anda siapa yang lebih pintar ?

Orang Kudus 30 Juli: St. Petrus Krisologus



SANTO PETRUS KRISOLOGUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki “Si Mulut Emas”. Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah “kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat.” Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tiga belas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724 – 1730) mengangkatnya menjadi seorang pujangga Gereja.

Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.

Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, Eutiches tidak segan-segannya meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Petrus Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah, “Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja.” Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia “penjelmaan Kristus” dan semua kebenaran iman yang diajarkan Gereja.

Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluap-luap membuat “Si Mulut Emas” ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa XVII - Thn II


Renungan Hari Senin Pekan Biasa XVII B/II
Bac I  Yer 13: 1 – 11 ; Injil     Mat 13: 31 – 35

Yang besar itu selalu berawal dari yang kecil. Dan untuk bisa menjadi besar dibutuhkan proses. Proses itu berarti membutuhkan waktu. Kadang singkat, kadang juga lama.

Inilah yang mau disampaikan Yesus lewat perumpamaan biji sesawi. Awal mulanya biji itu kecil. Setelah melalui proses, maka tumbuhlah pohon yang besar, yang dapat berguna bagi siapa saja.

Kerajaan sorga juga demikian. Dua hal yang disampaikan dalam perumpamaan biji sesawi tadi dapat diterapkan. Untuk mencapai kerajaan sorga (sebagai sesuatu yang besar), kita dapat mengawalinya dari hal-hal yang kecil dan membutuhkan proses. Kerajaan sorga bukanlah dapat diraih dengan cara instan. Kecil di sini dapat juga berarti sederhana.

Sabda Tuhan ini dapat diterapkan juga dalam kehidupan harian. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa sabda Tuhan mengajarkan kita untuk menolak cara instan dalam peraihan “target besar” dalam kehidupan kita. Sabda Tuhan mau mengajak kita untuk menghormati proses, sekalipun proses itu membutuhkan waktu.

by: adrian