Senin, 21 Januari 2013

(Inspirasi Hidup) Tentang Kebiasaan Menunda

TENTANG KEBIASAAN MENUNDA
"Ubah hidup Anda hari ini. Jangan bertaruh pada masa depan, lakukan sekarang, jangan tunda lagi" – Simone de Beauvoir

Seseorang akan sulit berhasil jika ia suka menunda-nunda pekerjaan. Laksamana Laut Amerika, William Halsey mengatakan, "Segala masalah akan menjadi lebih kecil jika Anda tidak menghindarinya, tetapi menghadapinya."  

Penundaan merupakan pupuk yang menghambat pertumbuhan. Jika Anda terlalu lama membuat keputusan untuk sebuah peluang yang tiba-tiba datang, peluang itu akan hilang.

Lihatlah hasil akhir dari sebuah pekerjaan, agar Anda terpacu untuk tidak menundanya.

Jangan habiskan waktu Anda dengan mengerjakan tugas-tugas yang tidak penting atau tidak perlu. Jika tidak penting, jangan sekedar menundanya, hapuskan saja tugas itu.

John C. Maxwell menyarankan Anda untuk memilah lagi pekerjaan yang perlu diprioritaskan. Telaahlah apakah tugas tersebut memberi manfaat? Apakah hal itu akan membuka jalan untuk sesuatu hal lain yang lebih baik?  Apakah hal itu bisa memberikan Anda pengembangan atau pencapaian yang lebih besar?  Atau apakah penyelesaian tugas itu bisa melegakan Anda secara emosional?

Jika Anda mendapatkan semua alasan positifnya, Anda telah berada di jalur yang benar. Mulailah bergerak maju dan bertindaklah secara cepat dan efektif.

by: adrian, diambil dari email Anne Ahira
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 21 Januari: St. Agnes

SANTA AGNES, PERAWAN & MARTIR
Agnes lahir di Roma pada tahun 291. Ia cantik dan simpatik. Tidaklah mengherankan apabila banyak pemuda jatuh hati padanya dan bertekad menikahinya. Tetapi apa yang dialami pemuda-pemuda itu? Mereka menyesal, kecewa bahkan marah karena lamaran mereka ditolak. Agnes, gadis rupawan itu berkaul tidak mau menikah karena ia telah berjanji untuk tetap perawan dan setia pada Yesus yang mencintainya. Pemuda-pemuda frustasi itu melaporkan Agnes kepada pengadilan Romawi dengan mengungkapkan identitasnya sebagai seorang penganut agama kristen.

Di hadapan pengadilan Romawi, Agnes diuji, ditakut-takuti bahkan dituduh menjalani kehidupan sebagai seorang pelacur. Ia diancam dengan hukuman mati dan dipaksa membawakan korban kepada dewa-dewi kafir Romawi. Tetapi Agnes tak gentar sedikit pun menghadapi semua ancaman dan siksaan itu. Ia dengan gagah berani menolak segala tuduhan atas dirinya dan mempertahankan kemurniannya. Belenggu yang dikenakan pada tangannya terlepas dengan sendirinya. Bagi dia Kristus adalah segala-galanya. Dia yakin bahwa Kristus menyertai dan tetap menjaga dirinya dari segala siksaan atas dirinya.

Akhirnya tiada jalan lain untuk menaklukkan Agnes selain membunuh dia dengan pedang. Kepalanya dipenggal setelah ia berdoa kepada Yesus, mempelainya. Peristiwa naas ini terjadi pada tahun 304, setahun setelah masa penganiayaan di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus. Jenasahnya dikebumikan di Jalan Nomentana. Kemudian di atas kuburnya didirikan sebuah gereja untuk menghormatinya.

Agnes dilukiskan sedang mendekap seekor Anak Domba (agnus), lambang kemurnian, dan memegang daun palem sebagai lambang keberanian. Pada hari pestanya setiap tahun, dua ekor anak domba disembelih di Gereja Santa Agnes di Jalan Nomentana. Bulu domba itu dikirim kepada paus untuk diberkati dan dipakai untuk membuat hiasan atau mantel. Hiasan dan mantel itu kemudian dikembalikan kepada Uskup Agung dari Gereja itu untuk dipakai sebagai simbol kekuasaannya.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa II-C

Renungan Hari Senin Biasa II, Thn C/I
Bac I : Ibr 5: 1 – 10; Injil       : Mrk 2: 18 – 22

Dalam bacaan pertama, penulis Surat Kepada Orang Ibrani memberikan gambaran kenapa Yesus disebut Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Penulis memberikan jawaban, yaitu bahwa "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya." (ay 7 - 8). Artinya, Yesus lebih mengikuti kehendak Bapa-Nya.

Mengikuti kehendak Bapa ini juga yang ditunjukkan Yesus dalam Injil hari ini. Memang ada aturan puasa bagi orang Yahudi. Yang dipermasalahkan adalah para murid Yesus. Namun Yesus membela mereka, karena mereka ada bersama Dia. Yesus memberi perbandingan dengan suasana pesta nikah. "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa." (ay. 19 - 20).

Yesus ada di dunia karena kehendak Bapa. Yesus datang ke dunia karena diutus Bapa. Yesus di dunia menjalani tugas Bapa. Waktu Yesus di dunia ini sangat singkat. Para murid sedang dipersiapkan untuk kelak melanjutkan karya Yesus. Karena singkatnya waktu Yesus di dunia ini, maka tidak ada kesempatan bagi para murid untuk mengikuti aturan kebiasaan orang Yahudi. Di samping itu Yesus datang ingin membawa pembaharuan. Kebaruan ini hendaknya diterapkan dengan cara yang baru juga, bukan dengan cara yang lama.

Sabda Tuhan hari ini mengendaki kita untuk senantiasa mengikuti teladan Yesus dalam ketaatan-Nya kepada kehendak Allah. Kita juga hendaknya selalu dan senantiasa melakukan kehendak Allah dalam keseharian hidup kita. Dengan melakukan kehendak Allah berarti kita siap juga untuk dibaharui.

by: adrian