Rabu, 13 Februari 2013

Renungan Valentine's Day



ALL  ABOUT  LOVE

 Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat.

Miskonsepsi  pertama  yang  ditentang  Bowman  adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan  perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, standar, gagasan dan ideal kelompok dari mana kita  berasal.  Bohong  besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta dan tidak bisa dimintai pertanggunganjawaban bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan.

Cinta membutuhkan proses.

Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama. "Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks," katanya. Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang  tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk  memilih orang lain sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena "cinta pada pandangan pertama" adalah pasangan terserang  perasaan saling tertarik yang sangat kuat bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus "cinta pada pandangan pertama", banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta. Mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi.

Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yg mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau  bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomersekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.

Cinta itu konstruktif

Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif dan merencanakan  masa  depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif,  dia  kehilangan ambisi, nafsu makan dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi substitusi kenyataan.

Cinta tidak melenyapkan semua masalah

Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar biasa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang berarti tidak benar-benar mencinta―cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia justeru mengenyampingkan problem.

Cinta cenderung konstan

Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan  lebih kritis  dan  hilanglah  segala  bayangan  hebat  itu. Sebaliknya berhati-hatilah  bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding. Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik. Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik  penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi  makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

Cinta tidak buta, tapi menerima

Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian  dan  maksud  baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dgn penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin diperbaiki.

Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan

Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata  dilakukan  agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

Cinta berani melakukan hal menyakitkan

Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian dan keberanian untuk melakukan hal yang tak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata "tidak"  saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu. Begitulah kita semua seharusnya bersikap pada pasangan.

Cinta lahir dari rasa cemburu?

Kerap terjadi, semakin seseorang mencintai pasangannya, semakin ia khawatir akan kehilangan orang itu. Perasaaan cemburu merupakan salah satu konsekuensi mencinta. Bahkan cemburu dalam takaran tertentu dapat menandakan cinta. Namun, kadang rasa cemburu dalam relasi cinta menjadi “buta”, yang dapat merusak relasi cinta itu. Ini disebabkan kepribadian yang tidak seimbang. Perasaan cemburu yang berlebihan dapat saja muncul sebagai manifestasi dari perasaan tak mau dikalahkan oleh orang lain. Seorang kekasih bersikap demikian karena ia tak ingin pasangannya mengagumi atau terpikat pada orang lain yang lebih unggul dari dirinya. Perasaan cemburu pada hakikatnya muncul karena kebiasaan manusia membandingkan dirinya dengan manusia lain; lalu muncul perasaan terancam atau tersaingi.

Cinta dapat diekspresikan tanpa seks

Dewasa ini gadis-gadis muda biasanya ditipu (atau mau ditipu) agar menyerahkan dirinya untuk melakukan hubungan seks pranikah dengan alasan cinta. Di sisi lain, si gadis yang masih hijau ini jadi merasa geer, karena menganggap dirinya diinginkan. Padahal, cinta tidak bisa dibuktikan lewat hubungan seks. Seks hanya mengungkapkan cinta sejauh ada komitmen dan tanggung jawab. Di luar itu, tak ada jaminan apa-apa. Ada banyak cara non seksual untuk menunjukkan cinta kepada seseorang. Kamu dapat menunjukkan kepadanya dengan menghabiskan waktu bersamanya. Pergi menonton bersama. Atau hanya sekadar jalan-jalan dan ngobrol. Jika kamu sedang berada dengan seseorang yang benar-benar kamu suka, apapun akan terasa menyenangkan. Ada cara lain untuk merasakan kedekatanmu secara fisik tanpa melakukan hubungan seks. Cara-cara ini termasuk berciuman dan berpelukan sampai saling meraba dan petting. Perlu diingat, jika kamu tidak berhati-hati, aktivitas ini bisa mengarah kepada hubungan seks. Karena itu, waspadalah!! Pikir dulu sebelum berbuat!

Cinta adalah dimensi emosi

Kata “cinta” sering disalahmengerti dan juga disalahgunakan. Sebab, sangatlah tak mudah memahami cinta. Cinta adalah dimensi emosi. Karenanya orang tak mungkin dapat menghayati keagungan cinta bila menolak berkomunikasi dengan perasaannya sendiri. Cinta jarang bersifat spontan & seketika. Cinta merupakan interaksi dinamis, dihayati pada setiap saat kehidupan manusia seumur hidup. Cinta bukan merupakan komoditas bisnis dan tidak dapat dipaksakan oleh seseorang kepada orang lain. Cinta hanya bisa diberikan secara sukarela atas kemauan sendiri. Tapi harus diingat, tak mudah untuk memahami cinta. Untuk itu kita perlu waspada terhadap cinta. Jangan main-main dengan cinta karena harga yang harus dibayar sangat tinggi & tak seimbang dengan imbalannya.

Info Masa Prapaskah

Peraturan pantang dan puasa


Pada hari Rabu Abu, kita akan menerima abu sebagai tanda bahwa kita memasuki masa prapaskah. Masa ini adalah masa di mana kita diajak oleh Bunda Gereja untuk bertobat dan memperbaiki kehidupan rohani; kita diajak untuk berpuasa dan berpantang selama 40 hari masa prapaskah ini. berikut ini penjelasan sedikit mengenai puasa dan pantang.

I.                   Pengertian
1.     Pantang berarti menahan diri dari makan daging atau salah satu jenis makanan tertentu yang telah ditentukan secara pribadi atau bersama-sama. Penentuan pantang ini harus juga masuk akal dalam pengertian: kalau orang tidak pernah atau jarang sekali makan daging, jangan lagi menentukan bahwa untuk pantang tidak makan daging. Dalam hal ini, kiranya ditentukan bahwa untuk suatu jenis makanan lain yang biasa dimakan sehingga jelas pantangnya.
2.     Puasa berarti usaha untuk menahan diri, yaitu untuk tidak makan kenyang 3 kali sehari. Ini berarti selama masa prapaskah orang dapat makan kenyang hanya sekali. Umpamanya: sudah ditentukan bahwa makan kenyang hanya pada makan siang, maka orang tetap dapat makan pagi dan malam, tetapi tidak sampai kenyang.
3.     Pantang dan Puasa ini berlangsung selama masa prapaskah, yaitu:
·        Pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung: Sengsara dan Wafat Tuhan kita Yesus Kristus, kita diminta untuk berpantang dan berpuasa (bdk. KHK 1251).
·        Pada setiap hari Jumat, khususnya dalam masa prapaskah, kita diminta untuk berpantang (bdk. KHK 1251).

II.                 Kewajiban Pantang dan Puasa
1.     Setiap orang yang sudah berusia 14 tahun ke atas wajib berpantang pada hari-hari yang telah ditetapkan sebagai hari pantang (bdk. KHK 1252).
2.     Setiap orang dewasa sampai dengan usia 60 tahun wajib berpuasa (bdk. KHK 1252). Catatan: dewasa menurut hukum Gereja adalah orang yang berumur genap 18 tahun (bdk. KHK 97 § 1).
3.     Untuk anak-anak yang tidak wajib menjalankan pantang dan puasa, hendaknya diberikan pengertian dan pendidikan mengenai arti dan pentingnya pantang dan puasa bagi hidup rohani.

III.              Selama masa prapaskah, umat diminta juga untuk beramal kasih serta melaksanakan latihan-latihan rohani yang berguna.

(disalin kembali dari “Peraturan Tentang Pantang dan Puasa” yang dikeluarkan Uskup Pangkalpinang pada 19 Februari 2009)

Akibat Buruk Pernikahan Dini

3 DAMPAK BURUK PERNIKAHAN DINI
Pernikahan dini melanggar hak anak, terutama anak perempuan. Anak perempuan, sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk.

Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun.

Penelitian ini dilakukan di delapan kabupaten di seluruh Indonesia selama Januari-April 2011. Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Indramayu (Jawa Barat); Grobogan dan Rembang (Jawa Tengah); Tabanan (Bali); Dompu (NTB); serta Timor Tengah Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT).

”Walaupun tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di Tanah Air. Apalagi data ini tak jauh berbeda dengan temuan Bappenas tahun 2008 bahwa 34,5 persen dari 2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah perkawinan anak,” ujar Bekti Andari, Gender Specialist Plan Indonesia, dalam siaran persnya.

Studi ini menunjukkan lima faktor yang memengaruhi perkawinan anak, yaitu perilaku seksual dan kehamilan tidak dikehendaki, tradisi atau budaya, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan tingkat pendidikan orangtua, faktor sosio-ekonomi dan geografis, serta lemahnya penegakan hukum.

Pernikahan dini nyatanya membawa dampak buruk bagi anak perempuan:

1. Rentan KDRT
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.

2. Risiko meninggal
Selain tingginya angka KDRT, perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.

3. Terputusnya akses pendidikan

Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.

Country Director Plan Indonesia John McDonough menyatakan keprihatinannya terhadap angka pernikahan dini di Indonesia. Menurutnya, pemberdayaan anak perempuan bisa mencegah terjadinya pernikahan di bawah umur ini.

McDonough menambahkan, program pemberdayaan ini memberikan hasil optimal dengan juga melibatkan ayah, saudara laki-laki, dan suami. Tak hanya perempuan, laki-laki juga perlu dilibatkan dalam menciptakan kesetaraan jender.

Program pemberdayaan tersebut meliputi ekonomi keluarga, advokasi, pendidikan dan penelitian tentang pernikahan dini, serta kampanye pemberdayaan dan partisipasi anak perempuan. "Program-program pemberdayaan anak perempuan yang dimiliki Plan juga melibatkan laki-laki dewasa dan anak-anak,” tandasnya.

editor : wawa, http://regional.kompas.com/read/2011/10/06/15331434/3.Dampak.Buruk.Pernikahan.Dini
Baca juga:

Orang Kudus 13 Februari: St. Kristina Spoleto

SANTA KRISTINA SPOLETO, JANDA
Kristina dari Spoleto, Italia, ini hidup antara tahun 1435 - 1456. Beliau adalah janda muda yang bertobat dan bermatiraga keras untuk menebus dosa-dosanya karena kemewahan duniawi yang telah dinikmatinya. Ia menyerahkan dirinya kepada Yesus dengan menjadi anggota Ordo Ketiga Agustinian dan memperoleh reputasi sebagai wanita kudus dan pembuat mukjizat.

Terlahir dengan nama Agostina Camozzi di Osteno, Como, Italia, dia merupakan putri dari seorang dokter yang cukup terkenal. Ketika masih muda, ia menikah dengan seorang pemotong batu, yang meninggal tidak lama kemudian. Agostina kemudian hidup bersama dengan seorang prajurit. Dia melahirkan seorang anak laki-laki yang merupakan anak di luar nikah. Anak ini meninggal dalam usia yang sangat muda. Kemudian Agostina menikah lagi. Suaminya ini kemudian dibunuh oleh musuh yang cemburu dengan suaminya.

Setelah kejadian ini, Agostina memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia berbalik mengikuti Kristus dan menjadi anggota Ordo Ketiga Agustinian. Dia juga memutuskan untuk mengubah namanya menjadi Christina, yang mencerminkan Kristus kini menduduki tempat utama dalam dirinya. Christina hidup di beberapa biara Agustinian, dan akhirnya menetap di Spoleto, membaktikan dirinya untuk doa, penebusan dosa dan karya belas kasihan.

Pada tahun 1457, Christina memulai perjalanan ziarah ke Makam Yesus. Namun perjalanan ini terhenti di Spoleto, di mana dia meninggal pada tanggal 13 Februari 1458. Awalnya, jasadnya disimpan di Spoleto, di Gereja St. Nicholas yang dahulu merupakan Gereja Agustinian. Kemudian jasadnya dipindahkan ke Gereja Santo Gregorius Agung.

Paus Gregorius XVI menyatakan dia menjadi yang Diberkati pada tahun 1834.

Surat Gembala Prapaskah 2013

KBG Sekolah Iman dan Rumah Rahmat


Saudara-saudari seiman yang terkasih!

Ilustrasi
Kita semua sudah dan sedang menyaksikan betapa dunia kita sangat dirusakkan oleh keserakahan manusia yang tidak terkendali. Pohon-pohon ditebang secara liar sehingga gunung serta bukit menjadi gundul dan gersang. Akibatnya, terjadilah bencana banjir jika hujan turun dan merusakkan ratusan hektar sawah dan ladang, rumah dan juga sarana prasarana perhubungan. Para petani dan masyarakat terancam kelaparan karena gagal panen dan harga-harga bahan pokok pun akan melambung karena persediaan yang kurang. Di sisi lain, banyak sumber air menjadi kering, sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Udara menjadi sangat panas dan tidak menyegarkan. Terjadi juga polusi udara yang menyesakkan yang mengakibatkan munculnya berbagai penyakit pernapasan. Laut juga dirusakkan oleh tambang lepas pantai. Terumbu karang menjadi rusak. Ikan-ikan tidak dapat hidup karena habitatnya dirusakkan. Nelayan pun susah mendapatkan ikan yang menjadi sumber kehidupan mereka. Penebangan bakau yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya abrasi di mana-mana. Pantai-pantai yang indah pun menjadi rusak.

Melihat kondisi lingkungan kita yang sudah sangat memprihatinkan dan mulai mengancam kehidupan semua makhluk hidup, maka muncullah suatu kesadaran baru dengan bermacam-macam aksi untuk memulihkan kembali keutuhan alam semesta. Muncul berbagai slogan yang terpampang di mana-mana: Go Green – Go Blue yang kemudian diikuti dengan penanaman pohon di mana-mana, penanaman kembali pohon bakau di pantai untuk menahan ombak yang kuat yang tak jarang menggerus pantai sampai rusak. Kendaraan bermotor ditertibkan supaya tidak mengeluarkan asap yang kotor yang mencemarkan udara. Tetapi hasil yang optimal tidak tercapai.

Masalah Kesadaran Moral dan Masalah Kekeringan Iman
Banyak biaya yang sudah dikeluarkan untuk menanggulangi bencana lingkungan hidup ini, tetapi hasilnya tidak optimal dan memuaskan. Kita bergiat hanya sesaat karena adanya dana. Begitu dana sudah habis, tidak ada lagi kegiatan yang berarti untuk memulihkan kembali alam ciptaan Tuhan dalam dunia ini yang menderita kerusakan parah sekali. Alam dibiarkan terlantar. Padahal tanpa berdamai dengan alam, manusia itu sendiri yang akan menderita. Manusia atau makhluk hidup sanat tergantung dari alam lingkungannya. Selama kita memperhatikan dan memelihara lingkungan sekitar dengan penuh perhatian dan kasih sayang, maka pada saatnya nanti alam lingkungan akan memelihara dan memperhatikan kita.

Masalahnya bukanlah pada soal adanya dana atau tidak. Tetapi yang lebih mendasar yaitu masalah moral. Meski ada dana, tetapi kalau tidak ada kesadaran moral untuk memelihara alam semesta ini, tidak ada gunanya sebab yang terpenting adalah pemeliharaan lanjutan dan yang sudah dikerjakan. Kurangnya kesadaran moral ini menyebabkan misalnya program penanaman pohon tidak berhasil karena tidak ada lagi perhatian yang cukup sehingga pohon yang sudah ditanam itu layu dan mati tanpa bekas. Sayang sekali bahwa kita bekerja hanya demi uang bukan demi keutuhan alam semesta.

Bekerja demi keutuhan alam semesta berarti kita bekerja demi cinta kita kepada generasi penerus kita, demi anak cucu kita. Kita bekerja sekarang tetapi pandangan kita harus jauh ke depan. Tanpa melihat jauh ke depan, kita bisa dikatakan membunuh segala makhluk hidup, juga anak cucu kita. Hidup kita tidak bsa terpisah dari keutuhan alam ciptaan kita. Karena itu dikatakan oleh para pemimpin agama bahwa merusakkan lingkungan adalah suatu dosa melawan kemanusiaan. Bukan hanya dosa kecil tetapi malah dosa besar. Karena itu bukan hanya melawan moral semata tetapi merupakan juga masalah kekeringan iman kepada Tuhan. Saya yakin bahwa seorang beriman baik akan menghayati imannya kepada Tuhan dengan setia serta akan menjalankan dan menghayati hukum cinta kasih kepada Tuhan dengan setia serta akan menjalankan dan menghayati hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Dan ini berarti bahwa kehidupan moralnya juga akan baik. Seorang yang beriman baik tidak akan membabat hutan dan merusakkan lingkungannya. Yang merusakkan lingkungan dapatlah dianggap sebagai melanggar hukum Tuhan, yaitu: jangan membunuh.

Tahun Iman
Sebagaimana alam lingkungan harus dipuluhkan kembali dengan berbagai usaha seperti penghijauan (penanaman pohon), pembiruan langit dan laut dsbnya. Usaha-usaha positp perlu dilakuka terus menerus supaya ekosistem dapat kembali normal. Banyak terjadi anomali-anomali dalam alam ini, karena ekosistem sudah dirusakkan oleh manusia. manusia tidak bisa dan tidak boleh membiarkan semua ini. dengan usaha-usaha nyata yang positip, maka kita mendapatkan udara yang bersih, mata air bersih yang berlimpah, ikan-ikan bisa hidup senang di laut dsbnya. Dengan ini kelangsungan hidup semua makhluk hidup dapat terjamin.

Karena masalah lingkungan ini berhubungan erat dengan iman, maka kita perlu memaknai Tahun Iman yang dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI dari 11 Oktober 2012 sampai dengan 23 November 2013, dengan memperbaharui iman kita. Maksud saya adalah kalau kekeringan lingkungan hidup manusia itu akibat kekeringan iman, maka hati orang beriman harus dihijaukan dengan terang Sabda Allah, sehingga dapat menjadi sumber air yang menyegarkan semua orang dan alam lingkungan. Yesus berkata, "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yoh. 4: 13 – 14).

Dengan ini saya mau mengajak semua umat untuk menanamkan selama Tahun Iman ini pohon-pohon kebajikan di dalam hati masing-masing agar pada gilirannya akan menghasilkan mata air yang mengeluarkan sumber air cinta kasih yang menyegarkan seluruh alam lingkungan.

KBG: Sekolah Iman dan Rumah Rahmat
Kalau hati semua umat yang de facto adalah anggota KBG sudah menjadi hijau oleh berbagai pohon kebajikan, maka dalam persekutuan KBG semua anggota akan membentuk satu persekutuan yang hijau dan damai. Persekutuan yang hijau dan damai akan saling mendukung dan mengajar satu sama lain dalam hal penghayatan iman. KBG adalah Rumah Hijau Penghayatan Iman yang sejati.

KBG yang hijau dan hidup oleh iman akan Kristus akan menjadi sumber air cinta yang hidup bagi sesama di sekitar kita. Bukan hanya sesama kita yang akan menjadi segar oleh hijaunya iman kita, tetapi alam sekitar juga akan menjadi hijau dan segar. Hidup iman dan cinta kasih harus selalu HIJAU.

Dengan itu KBG lalu menjadi Rumah yang mengalirkan rahmat bagi sesama dan seluruh alam lingkungan di mana manusia berada.

Selamat memasuki masa prapaskah dan menjalani Tahun Iman. Tuhan memberkati.


Pangkalpinang, 3 Februari 2013


Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD 
Uskup

Renungan Hari Rabu Abu

Renungan Hari Rabu Abu Tahun C/I
Bac I : Yl 2: 12 – 18; Bac II : 2Kor 5: 20 – 6: 2
Injil       : Mat 6: 1 –6, 16 – 18

Hari ini umat Katolik memulai masa prapaskah. Masa prapaskah dikenal juga sebagai masa puasa dan tobat. Puasa dan tobat ini sebagai persiapan untuk menyambut paskah, kebangkitan Tuhan Yesus.

Mengawali masa puasanya, umat Katolik diingatkan akan ritus puasa itu melalui sabda Tuhan hari ini. Tidak seperti kebiasaan banyak orang yang "pamer" puasanya dan menuntut agar orang lain menghargai puasanya, sabda Tuhan mengajak umat Katolik untuk tidak pamer.  "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka." (Mat 6: 1). Puasa umat Katolik merupakan urusan pribadi dengan Tuhan (ay. 18).

Puasa dan tobat memiliki kaitan yang sangat erat. Puasa merupakan ungkapan nyata dari pertobatan. Dalam bacaan pertama sangat jelas diungkapkan hal itu. Oleh karena itulah, masa puasa ini umat Katolik diajak untuk lebih mewujudkan pertobatannya. Dalam bacaan kedua, Paulus mengungkapkan bahwa dengan bertobat berarti memberi diri untuk didamaikan kembali dengan Allah (ay. 20).

by: adrian