Kamis, 12 November 2015

Bagaimana Memilih dengan Cerdas dalam Pilkada?

MENJADI PEMILIH YANG CERDAS
Tanggal 9 Desember nanti akan diadakan pesta demokrasi dalam acara pemilihan umum untuk kepala daerah (pilkada). Hampir semua daerah yang ada di wilayah Keuskupan Pangkalpinang, baik untuk tingkat provinsi maupun kabupaten/kota madya, menyelenggarakan pesta demokrasi ini. Konon ada umat yang mencalonkan dirinya menjadi peserta pilkada ini. Bagaimana umat menyikapi pesta demokrasi ini? Adakah arahan dari pimpinan Gereja untuk umatnya, semacam surat gembala, sehingga umat tidak salah memilih?
Hingga saat ini tidak ada surat gembala dari Bapak Uskup menyambut pilkada serentak, yang juga terjadi di wilayahnya. Yang pasti Gereja tidak akan mengarahkan umat untuk memilih calon-calon tertentu. Gereja harus berdiri di atas semua pihak. Karena itu, sangat dilarang penggunaan areal Gereja sebagai ajang kampanye khusus satu calon tertentu saja. Gereja hanya akan mengajak umat ikut memilih dengan menjadi pemilih yang cerdas. Bagaimana menjadi pemilih cerdas?
Ada beberapa prinsip yang dipegang Gereja terkait PEMILU ini. Pertama, Gereja tidak membatasi pilihan pada calon yang seagama, sesuku atau lainnya. Dasarnya ada pada nasehat Tuhan Yesus dalam Markus 9: 38 – 41. Tuhan Yesus berkata, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” Jadi, orang katolik dipersilahkan memilih siapa saja, tanpa harus melihat agama, suku, ras dan partainya, tua atau muda, pria atau wanita. Yang penting calon itu haruslah berjuang demi kebaikan bersama, menjaga nilai-nilai PANCASILA dan UUD ’45.
Untuk ini umat lebih tahu, karena umat langsung bersentuhan dengan calon-calon peserta pilkada. Misalnya, untuk pilkada Provinsi Kepulauan Riau ada pasangan Suryo – Anzhar dan pasangan Sani – Nurdin. Wilayah provinsi ini masuk dalam wilayah Kevikepan Kepri. Nama-nama calon ini sudah tak asing lagi di telinga umat. Umat Paroki Tanjung Pinang tentu tahu siapa itu Anzhar, dan umat Tanjung Balai Karimun tahu siapa itu Nurdin. Dan secara keseluruhan, umat sudah tahu siapa itu Suryo dan Sani, yang sebelumnya adalah Gubernur dan Wakil Gubernur. Demikian pula pasangan calon di daerah-daerah lainnya.
Sejalan dengan prinsip di atas, lahirlah prinsip kedua, berusaha mengenal pilihan. Sistem PEMILU saat ini hanya membantu kita untuk tahu pilihannya, namun masih sebatas wajah. Sistem ini belum menjamin kita untuk mengenal siapa yang dipilihnya. Karena itu, kebanyakan orang memilih karena hanya terpusat pada wajah saja: ganteng, menarik, cantik, dll. Gereja mengajak supaya umat benar-benar mengenal. Bagaimana kita bisa mengenal? Dasarnya ada pada nasehat Tuhan Yesus dalam Matius 7: 15 – 20. Tuhan Yesus pernah berkata, “Jika suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12: 33).

Renungan Hari Kamis Biasa XXXII - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXXII, Thn B/I
Bac I  Keb 7: 22 – 8: 1; Injil      Luk 17: 20 – 25;

Hari ini bacaan pertama masih diambil dari Kitab Kebijaksanaan. Di kitab ini Tuhan berbicara tentang kebijaksanaan. Dikatakan bahwa kebijaksanaan itu merupakan salah satu ciri Allah. Karena itu, “kejahatan tak sampai menggagahi kebijaksanaan.” (ay. 30). Ia dapat menilai mana baik dan benar, dan berusaha menuntun manusia kepada kebaikan dan kebenaran. Di sini mau disampaikan bahwa Tuhan menghendaki supaya manusia dapat berlaku bijaksana; atau dengan kata lain, agar manusia memiliki kebijaksanaan. Dengan memiliki kebijaksanaan berarti manusia sudah memiliki sebagian dari keilahian Allah. Dan dengan kebijaksanaan itu ia dapat mengalahkan kejahatan.
Sikap bijaksana ini juga yang hendak ditawarkan Tuhan Yesus kepada para pendengar-Nya. Dalam Injil, Tuhan Yesus mengajak orang untuk bersikap bijaksana dalam menyikapi akhir zaman. Memang akhir zaman itu akan didahului dengan adanya tanda-tanda, namun tetap saja manusia diminta untuk menilainya dengan bijaksana. Jangan mudah tertipu dan terbuai. Dengan sikap bijaksana ini orang akan dapat melihat dan menemukan apa yang baik dan benar bagi dirinya.
Kebijaksanaan merupakan salah satu keutamaan moral manusia. Setiap manusia diminta untuk mengusahakan keutamaan ini dalam kehidupannya. Inilah yang menjadi pesan sabda Tuhan hari ini. Tuhan meminta kita untuk senantiasa berlaku bijaksana. Dengan kebijaksanaan, kita selalu terarah bukan saja kepada diri kita sendiri, melainkan yang terutama kepada sesama kita. Kebijaksanaan membuat kita dapat menemukan dan mengusahakan kebaikan dan kebenaran bagi kehidupan ini.***
by: adrian