Senin, 12 Oktober 2015

Orang Kudus 12 Oktober: St. Serafinus Montegranaro

SANTO SERAFINUS MONTEGRANARO, PENGAKU IMAN
Felix de Nicola lahir pada sekitar tahun 1540 di Montegranaro. Ia adalah putra dari Jerome de Nicola dan Theodora. Kesulitan yang dialami keluarganya membuat Felix harus bekerja sebagai penggembala untuk memperoleh tambahan penghasilan. Felix sangat menikmati pekerjaannya dan memiliki kesempatan untuk berdoa. Ketika orangtuanya meninggal dunia, kakaknya memanggilnya kembali untuk pulang dan bekerja dengannya.
Perlakuan kasar kerap diterima oleh Felix dari kakaknya sehingga ia mendambakan sebuah tempat yang sepi dimana ia dapat mempersembahkan dirinya kepada Allah saja. Lois Vannuci, sahabatnya, kemudian menyarankan Felix untuk pergi ke biara Kapusin di Tolentino. Ia mencoba mendaftar pada usia 14 tahun, tetapi ditolak. Felix kemudian mendaftar kembali pada tahun 1558, ketika ia berusia 18 tahun. Kali ini ia diterima.
Felix masuk ke biara Kapusin dengan memperoleh nama baru: Serafinus dari Montegranaro. Serafinus bertugas sebagai penjaga pintu, dan selalu ramah kepada orang yang datang, meski orang itu datang di tengah malam. Serafinus memiliki devosi kepada Sakramen Mahakudus dan Bunda Maria. Ia diberi talenta untuk membaca isi hati seseorang, melakukan mukjizat dan meramal. Banyak orang, termasuk pejabat Gereja, mencarinya untuk meminta nasehat darinya.
Serafinus Montegranaro meninggal dunia pada 12 Oktober 1604 di biara Kapusin di Ascolli Piceno, Italia. Ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIII pada 8 Juli 1729, dan dikanonisasi pada 16 Juli 1767 oleh Paus Klemen XIII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 12 Oktober: St. Maria Teresa Fasce

BEATA MARIA TERESA FASCE, BIARAWATI
Maria Giovanna Fasce lahir pada 21 Desember 1881 di Torriglia, Genoa, Italia. Ia adalah putri dari Eugenio Fasce dan Teresa Valente, dan memiliki panggilan Marrieta. Ketika berusia 8 tahun, Marreita kehilangan ibunya dan diasuh oleh saudaranya, Luigi. Marrieta memperoleh pendidikan dengan baik dalam hal pengetahuan maupun rohani. Ia juga mengajar katekismus kepada anak-anak dan selalu menyembunyikan panggilan Tuhan dari keluarganya sampai ia merasa yakin.
Bapa pengakuannya, Mariono Ferrielo, menjadi penyemangatnya untuk menanggapi panggilan Tuhan. Dan peristiwa kanonisasi Santa Rita Cascia menjadi faktor berpengaruh lainnya. Setelah menyatakan keinginannya untuk menjadi biarawati, saudara laki-lakinya sedikit menentang, tetapi Luigi mendukungnya.
Marrieta mencoba untuk bergabung dengan Biara Agustinian di Cascia, tetapi terus menerus ditolak, dengan alasan Marrieta tidak akan dapat bertahan dengan kehidupan biara yang berbeda dengan kehidupan di kota. Pada tahun 1906 ia akhirnya diterima setelah berkali-kali mencoba mendaftar. Pada malam natal 1906 ia memperoleh jubah, mengikrarkan kaul dan mendapat nama baru: Teresa Elatta.
Kehidupan di dalam biara tidaklah sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Konflik-konflik mulai terjadi, seperti perseteruan antara biarawati yang baru bergabung dengan biarawati senior. Teresa kemudian memutuskan untuk merenungkan kembali setiap langkah yang telah ia tempuh dengan meninggalkan biara pada Juni 1910, dan pada Mei 1911 ia kembali. Teresa sadar bahwa ia harus bertindak, maka ia mengirim surat kepada superiornya mengenai kondisi di dalam biara.
Pada tahun 1914 ia diangkat sebagai kepala novis, dan 3 tahun kemudian ia menjadi vikaris. Pada 12 Agustus 1920 ia terpilih sebagai abdis. Teresa kemudian mulai memperbaharui doa, meditasi dan karya dari para biarawati sehingga menjadi contoh kehidupan Agustinian. Teresa membangun gereja besar yang ingin didedikasikan untuk menghormati Santa Rita.
Teresa juga berusaha memperkenalkan Santa Rita. Pertama-tama ia menerbitkan bulletin Dalle Api alle Rose yang artinya Dari Lebah kepada Mawar. Teresa kemudian mendirikan panti asuhan putri dan menyebut anak-anak asuhnya dengan sebutan lebah. Di samping karya-karyanya, Teresa juga memiliki beragam penyakit dalam tubuhnya, seperti tumor payudara kanan, asma, diabetes dan masalah pernafasan. Ia juga terkena obesitas sehingga menyulitkannya bergerak.
Teresa Fasce meninggal dunia pada 18 Januari 1947 dan dimakamkan di samping makam Santa Rita Cascia. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 12 Oktober 1997.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Rom 1: 1 – 7; Injil           Luk 11: 29 – 32;

Dalam Injil hari ini ditampilkan pengajaran tentang siapa itu Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa Dia jauh lebih besar dari Raja Salomo dan juga Nabi Yunus. Salomo hanya mendatangkan Ratu dari Selatan hanya untuk mendengarkan hikmatnya (ay 31), sedangkan Tuhan Yesus mendatangkan tiga orang majus. Bahkan akhirnya semua orang dari penjuru bumi akan mendengarkan hikmat-Nya. Kalau Yunus hanya menyelamatkan orang-orang Niniwe saja (ay 32), maka Tuhan Yesus menyelamatkan semua manusia lewat pengorbanan-Nya di kayu salib. Dengan penggambaran seperti ini, tentulah diharapkan orang membuka hatinya akan pengajaran Tuhan Yesus.
Hal inilah yang diwartakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam bacaan pertama ini, Paulus mengutarakan bahwa Tuhan Yesus, yang sudah dijanjikan “dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci” (ay. 2) akan menyelamatkan umat manusia. Kematian Yesus Kristus di kayu salib adalah penebusan dosa manusia. Karena itu, orang Roma juga mendapat bagian keselamatan berkat kematian Yesus (ay. 6). Di sini Paulus bukan hanya menegaskan bahwa kematian Kristus adalah juga untuk mereka, melainkan juga mengajak umat untuk membuka hati akan Kristus.
Sabda Tuhan hari ini sudah memperkenalkan siapa itu Yesus Kristus bagi kita dan bagi umat manusia pada umumnya. Dia bukanlah manusia biasa. Melainkan istimewa dan luar biasa. Keistimewaan dan keluar-biasaan itu menuntut sikap dari kita. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menyadarkan kita akan peran Tuhan Yesus dalam karya keselamatan yang dirancang Allah untuk umat manusia. Kita adalah bagian dari rencana keselamatan Allah itu. Kita telah “dipanggil menjadi milik Kristus” (Rom 1: 6). Karena itu, hendaklah kita senantiasa mendengarkan-Nya dan menyembah Dia.***

by: adrian