Kamis, 24 Juli 2014

Beda Cara Pandang

JANGAN PAKSAKAN UKURANMU KE ORANG LAIN
Seorang anak kecil (8 tahun) ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk ayahnya. Dia tahu kalau ayahnya suka topi. Maka si anak ini, sepulang sekolah, mampir ke toko yang menjual aneka jenis topi. Dia coba pasang ke kepalanya dari satu topi ke topi lain sambil melihat diri di cermin. Akhirnya ia menemukan topi yang pas. Dia minta penjual untuk membungkusnya dengan kertas kado.
Pada saat ulang tahun ayahnya, dia menyerahkan kado itu. Ia meminta ayahnya untuk segera membukanya. Ayahnya tersenyum setelah mengetahui isi kado itu. Si bocah meminta ayahnya untuk memakainya, karena ia ingin melihatnya. Ternyata topi itu kecil. Tidak pas dengan kepala ayahnya.
“Ah, tak mungkin!” Ujar anak kecil itu. “Kemarin aku coba pas koq.”
“Itu kepalamu,” jelas mamanya.
“Berarti kepala ayah yang salah.”
Demikian sekilas cerita. Si anak memaksakan ukurannya kepada orang lain, sehingga jika ukurannya tidak pas dengan orang lain, maka kesalahan ada pada orang lain.
Berawal dari Sebuah Komentar

Orang Kudus 24 Juli: St. Kristina

SANTA KRISTINA, PERAWAN & MARTIR
Santa Kristina yang pestanya dirayakan pada hari ini ada dua orang. Kedua perawan suci ini mati sebagai saksi iman karena tidak mau mengkhianati imannya akan Kristus. Yang seorang lahir di Tyrus, Phenesia, dan sangat dihormati di kalangan Gereja Timur. Sedangkan yang lainnya lahir di Bolsena, Italia.

Ayahnya Kristina Bolsena, bernama Urbanus, menjabat sebagai gubernur. Ia masih kafir, menyembah berhala dan kolot. Tanpa segan-segan ia menganiaya orang Kristen. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen ini tidak hanya didengar oleh Kristina tetapi juga disaksikan langsung olehnya. Kristina kagum akan keberanian dan keteguhan hati orang-orang Kristen dalam menanggung beban penderitaan yang ditimpakan pada mereka. Kesaksian langsung ini sungguh menyentuh hatinya dan mempengaruhi sikap hidupnya terhadap orang-orang Kristen. Ia lalu tertarik untuk mengetahui lebih jauh kekhasan iman Kristen, dan kekuatan ilahi yang meneguhkan hati para martir itu.

Akhirnya ia sendiri dengan berani memutuskan untuk mengikuti pelajaran agama Kristen tanpa sepengetahuan ayahnya Urbanus. Setelah ia dipermandikan menjadi Kristen, barulah ia memberitahukan ayahnya. Ayahnya marah karena keputusan itu, lebih-lebih karena Kristina berani memecahkan beberapa berhala emas ayahnya dan membagi-bagikannya kepada para kaum miskin.

Kristina didera sendiri oleh ayahnya dan disiksa dengan berbagai cara agar dia kembali kepada cara hidupnya yang dahulu seperti ayahnya. Tetapi semua siksaan itu sia-sia belaka, bahkan sebaliknya semakin memperteguh imannya. Kristina teguh pada imannya sampai akhir hidupnya, mengikuti teladan para martir yang selalu dikaguminya. Ia mati dipenggal kepalanya oleh para algojo ayahnya pada tahun 300.


baca juga riwayat orang kudus 24 Juli
St. Kristoforus

Renungan Hari Kamis Biasa XVI - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XVI, Thn A/II
Bac I   : Yer 2: 1 – 3, 7 – 8,12 – 13; Injil          : Mat 13: 10 – 17;

Injil hari ini tak bisa dipisahkan dari bacaan Injil kemarin tentang pengajaran Tuhan Yesus dalam perumpamaan. Hari ini para murid bertanya kepada Tuhan Yesus mengapa Ia mengajar mereka dengan menggunakan perumpamaan. Perumpamaan adalah sebuah pembanding yang sangat sederhana. Lewat perumpamaan itu, Tuhan tidak langsung menyentuh pendengar-Nya satu persatu. Mereka diajak untuk berpikir dan merenungkan pesan perumpamaan bagi dirinya sendiri. Pendengar dapat menemukan dirinya dalam kisah perumpamaan. Inilah yang diharapkan Yesus.

Dalam bacaan pertama juga terlihat jelas kalau Allah menyampaikan pesan-Nya lewat media pembanding. Yeremia menyampaikan pesan Allah buat umat Israel tentang betapa Allah mencintai umat-Nya dan betapa umat telah meninggalkan Allah. Memang pesan Allah yang disuarakan Yeremia tidak secara khusus menyebut umat Israel saat itu, namun intinya menyentuh mereka juga.

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa Allah mempunyai cara tersendiri untuk menyapa dan menyentuh kita. Semuanya tergantung pada keterbukaan hati kita. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa membuka hati akan sapaan Allah, sekalipun sapaan itu tidak langsung terarah kepada kita. Keterbukaan hati kita membuat kita dapat menemukan diri kita dalam pesan-pesan Allah, sekalipun dalam pesan itu tidak terdapat diri kita.

by: adrian