Minggu, 18 Januari 2015

Telaah Kritis atas Buku "The Historical of Jesus"

MENYINGKAP KEBOHONGAN “THE HISTORICAL OF JESUS”
Ketika membeli buku “The Historical of Jesus” karya L Fatoohi, saya bertanya apakah buku ini mengungkap sebuah kebenaran? Saya takut kebenaran sebenarnya akan terungkap. Dan tentu hal itu dapat menggoncang iman saya. Akan tetapi, saya ingin menghilangkan rasa penasaran atas isi buku itu. Maka membaca buku itu dengan membuat beberapa kesepakatan:
a)      Saya akan membaca buku itu dengan sikap kritis. Artinya, saya tidak serta merta menerima begitu saya apa yang dikatakan Fatoohi dalam buku itu, melainkan akan saya kritisi. Pertama-tama saya tidak mengkritisi pemikiran Fatoohi dengan pemikiran Kristen, tetapi saya coba mengupas pemikiran Fatoohi itu sendiri. Saya akan melihat kelemahan cara berpikir Fatoohi.

b)     Konsekuensi dari sikap kritis itu, saya akan menerima kebenaran yang ada dalam buku ini sekalipun kebenaran itu bertentangan dengan apa yang selama ini saya yakini.

c)      Sekalipun sudah diduga bahwa isi buku itu akan menghina agama kristen, namun saya akan tetap membacanya dengan sikap terbuka dan kritis, bukan dengan sikap antipati dan kebencian.

Sebelum mengkritisi pemikiran-pemikiran Fatoohi, terlebih dahulu kita lihat kesalahan cara berpikir Fatoohi. Bisa dikatakan bahwa Fatoohi menggunakan Al-Quran sebagai batu ujinya, sementara Fatoohi sendiri tak pernah mengkritisi Al-Quran. Ini memang tidak bisa dilakukan, karena berbahaya. Al-Quran diterima tanpa sikap kritis sebagai kitab sempurna.

Karena Al-Quran sebagai kitab yang benar dan sempurna, maka yang tidak sesuai dengan Al-Quran adalah salah. Dan kebetulan semua Injil, yang diakui Gereja, tidak sama atau mirip sehingga bisa disimpulkan Injil itu salah. Sementara injil-injil apokrif, yang tidak diakui Gereja, namun karena ada kemiripan dengan Al-Quran, maka dinyatakan benar; dan kitab itu juga yang dipakai Fatoohi.

Mengkritisi Cara Berpikir Fatoohi
1.     Soal Anunsiasi Maria  (hlm 146 – 156)
Dalam QS Al-Maryam dikatakan bahwa Malaikat Jibril itu adalah Roh yang menyebabkan Maria hamil. Akan tetapi, dalam QS Al-Anbiya dan juga Al-Tahrim dikatakan bahwa Allah meniupkan Roh-Nya ke dalam Maria sehingga ia hamil. Di sini mau dikatakan bahwa Roh itu adalah Allah. Oleh karena itu, apakah bisa dikatakan bahwa Malaikat Jibril itu adalah Allah?

Kekacauan ini dipertegas lagi dalam QS Ali Imran. Dalam ayat 40 dikatakan bahwa Maria berbicara kepada Malaikat Jibril, bukan kepada Allah. Namun dalam ayat 47 (selisih 7 ayat saja) terlihat bahwa Maria berbicara kepada Allah.

2.     Kehamilan Perawan Maria (hlm 157 – 161)
Fatoohi mengatakan bahwa kisah kehamilan Maria tidak historis hanya karena kisah itu berbeda dari satu Injil ke Injil yang lain. Di sini terlihat jelas bahwa Fatoohi tidak memahami ajaran Katolik tentang Injil. Kita bisa ambil contoh pembanding: perang Vietnam kisahnya bisa berbeda antara versi Amerika dan Vietnam. Apakah kisah perang itu tak historis?

Karena itu, akan terasa lucu dengan tiga kesimpulan Fatoohi (hlm 161). Terlihat jelas Fatoohi tidak mengerti soal Kitab Suci orang kristen dan memaksakan cara pandang Quraninya. Kesimpulan pertama seakan menyangkal sendiri pernyataan Fatoohi, “Ketiadaan bukti bukanlah bukti ketiadaan.” (hlm 32).

Selain itu, perlu juga dilihat makna antara berbeda dan bertentangan. Kedua kata ini tidaklah sama maknanya. Tidak semua yang berbeda itu bertentangan, tapi yang bertentangan itu pasti berbeda. Kalau diperhatikan dengan baik-baik, yang terjadi dalam Injil perihal kehamilan Maria adalah perbedaan, bukan pertentangan. Tidak seperti dalam Al-Quran yang menunjukkan pertentangan.

Ada kesan bahwa Fatoohi mau supaya kisah kehamilan dan kelahiran harus ada pada semua Injil atau bahkan semua kitab Perjanjian Baru (hlm 167). Fatoohi tidak tahu bahwa pusat pewartaan Para Rasul (termasuk Paulus) adalah Yesus yang bangkit. Karena itu, peristiwa kelahiran-Nya tidak mendapat tempat yang cukup dalam pewartaan mereka.

3.     Fatoohi menulis, “Al-Quran telah menjelaskan bahwa kitab-kitab religius yang dimiliki oleh kaum Yahudi dan Kristen ditulis dan diubah oleh manusia.” (hlm 174). Hal ini karena Fatoohi, juga semua umat islam memakai cara pandang Al-Quran. Mereka melihat bahwa Al-Quran itu turun langsung dari Allah. Seharus juga demikian dengan kitab suci Yahudi dan Kristen. Padahal, baik Yahudi dan Kristen punya cara pandang sendiri.

Renungan Hari Minggu Biasa II - B

Renungan Hari Minggu Biasa II, Thn B/I
Injil      Yoh 1: 35 – 42;

Bacaan pertama dan Injil hari ini sama-sama bertemakan tentang panggilan Tuhan. Di sini hendak dikatakan bahwa Tuhan yang memanggil dan manusia yang menjawab. Bacaan pertama, diambil dari Kitab Samuel yang Pertama, menceritakan pengalaman panggilan yang dialami Samuel. Dikatakan bahwa awalnya Samuel tidak menyadari dirinya dipanggil oleh Tuhan. Nabi Eli-lah yang membantunya untuk mengenal suara Tuhan, sehingga ia pun mau menjawab panggilan-Nya. Dalam jawabannya terlihat bahwa Samuel menyerahkan dirinya kepada kehendak Tuhan.

Hal yang sama juga terlihat dalam Injil. Hari ini Injil menampilkan kisah panggilan Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa awalnya Andreas merupakan murid Yohanes Pembaptis. Yohanes-lah yang memperkenalkan Yesus kepada Andreas sehingga ia datang kepada Tuhan Yesus dan menjadi murid-Nya. Andreas ini pula yang mengenalkan Yesus kepada saudaranya, Simon.

Jika bacaan pertama dan Injil menampilkan kisah panggilan untuk menjadi alat bagi Tuhan, dalam bacaan kedua juga secara implisit terkandung salah satu makna panggilan tersebut. Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus, yang menjadi bacaan kedua ini, menyadarkan umat bahwa mereka dipanggil Tuhan untuk melawan dosa percabulan. Umat, melalui tubuhnya, adalah alat bagi Tuhan untuk melawan dosa itu yang sepertinya begitu marak dalam masyarakat waktu itu. Dasar pertimbangan Paulus adalah bahwa tubuh itu adalah “bait Roh Kudus” (ay. 19). Karena itu, jangan sekali-kali menyerahkannya kepada percabulan. Untuk melawan percabulan, Paulus mengajak umat untuk memuliakan Allah melalui tubuh mereka.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa kita pun saat ini dipanggil oleh Tuhan. Panggilan ini bukan untuk menjadi pekerja di kebun anggur-Nya, melainkan untuk menjadi alat bagi Tuhan melawan dosa. Ada begitu banyak dosa dalam kehidupan kita dewasa ini. Ada percabulan yang merusak keutuhan rumah tangga dan berbagai efek lainnya, ada korupsi yang menderitakan orang lain, ada egoisme dan hedonisme, ada aborsi terhadap bayi tak berdosa, dan masih banyak lainnya. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki kita untuk melawan semua dosa dalam kehidupan kita. Berusahalah untuk mengajak orang lain, seperti Andreas mengajak Simon, untuk bersama menanggapi panggilan Tuhan ini sehingga kita tidak berjuang sendiri.

by: adrian