Kamis, 12 Maret 2015

Orang Kudus 12 Maret: St. Gregorius I

SANTO GREGORIUS I, PAUS & PUJANGGA GEREJA
Gregorius I dikenal sebagai paus pertama yang memaklumkan dirinya kepada dunia sebagai Kepala Gereja Katolik seluruh dunia. Ia memimpin Gereja sejagat selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyur pada awal abad pertengahan, serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Ia memelihara kaum miskin dan dengan gigih melindungi mereka dari para penjahat. Ia memprakarsai pengiriman misionaris ke Inggris dan Eropa dan menulis banyak buku yang bernilai tinggi.

Gregorius lahir di Eropa pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemiliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai orang kudus. Ayahnya, Gordianus, tergolong orang kaya raya: memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Coelian, Roma. Selama masa kanak-kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman, atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorik dan dialektika.

Karena posisinya di antara keluarga-keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyarakatan dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Dua tahun kemudian ia meletakkan jabatan itu dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Untuk itu ia mendirikan sebuah biara kecil di rumahnya sendiri di Coelian. Selain biara rumahnya sendiri itu, Biara St. Andreas, ia mendirikan enam biara lainnya di atas tanah milik ayahnya di Sisilia.

Renungan Hari Kamis Prapaskah III - B

Renungan Hari Kamis Prapaskah III, Thn B/I
Bac I  Yer 7: 23 – 28; Injil                   Luk11: 14 – 23;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Yeremia. Di sini disampaikan keluhan Nabi Yeremia terhadap umat Israel yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan dan tidak mau lagi menerima pengajaran. Padahal Tuhan menghendaki agar umat-Nya bahagia. Mereka dapat bahagia bila mereka mau mengikuti ketentuan dan perintah Tuhan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Umat Israel, seperti yang digambarkan dalam bacaan pertama ini, hanya “mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat.” (ay. 24).

Sikap orang Israel, sebagaimana yang digambarkan dalam Kitab Nabi Yeremia di atas, kembali terlihat dalam Injil hari ini. Injil mengisahkan konflik Yesus dengan orang banyak yang mengikuti Tuhan Yesus. Konflik bermula dari peristiwa penyembuhan orang bisu yang diyakini dirasuki setan. Tuhan Yesus berhasil mengusir setan yang merasuki orang sehingga ia menjadi bisu. Namun orang banyak melihat Tuhan Yesus mengusir setan "dengan kuasa Beezebul, penghulu setan." (ay. 15). Dari sinilah Tuhan Yesus memulai pengajaran-Nya. Pesan yang mau disampaikan Yesus adalah Allah menghendaki manusia bahagia. Setanlah yang mau agar manusia menderita dan sengsara. Bisu adalah salah satu wujud penderitaan yang disebabkan oleh setan. Jadi, jika orang bisu sudah bisa berkata-kata lagi, artinya kuasa setan sudah diusir. Hal ini harus dilihat sebagai kuasa Allah sudah berkarya.

Apa yang disampaikan Yesus bahwa Allah ingin agar manusia bahagia, sudah pernah disampaikan Yeremia. "…, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!" (ay. 23). Hal ini sudah disampaikan Allah berulang-ulang melalui para hamba-Nya, yaitu para nabi (ay. 25). Dan Tuhan Yesus kembali menegaskan hal itu. Karena itu, sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan menghendaki kita hidup bahagia. Akan tetapi, semuanya tergantung pada umat manusia apakah mau mendengarkan dan mengikuti perintah-Nya.

by: adrian