Paus
Fransiskus mengatakan bahwa perdamaian dunia harus dimulai dari hati setiap
individu dan keluarga mereka dengan mengatakan “tidak” pada egoisme dan
persaingan (konflik). “Jika kita membaca berita tentang perang – pikirkan tentang
kelaparan yang dialami oleh anak-anak di Yaman, ini akibat dari perang – ini sangat
mengerikan, kasihan bayi-bayi miskin; tetapi mengapa mereka tidak punya makanan
untuk dimakan?” tanya Paus Fransiskus dalam homili yang disampaikan pada misi
yang diadakan pada Senin (5/11) di kapel di kediamannya di Kota Vatikan.
Misa
dirayakan selang beberapa hari setelah media melaporkan kematian Amal Hussain,
seorang bocah perempuan berusia 7 tahun asal Yaman. Foto bocah perempuan
tersebut yang diambil oleh Tyler Hicks dalam The New York Times pada pertengahan Oktober lalu memunculkan
keprihatinan baru akan dampak kerusakan akibat perang di Yaman yang dirasakan
oleh warga sipil yang tidak berdosa.
“Perang
yang sama yang kita kobarkan di rumah, di lembaga-lembaga kita” karena persaingan
dan gosip semakin banyak bermunculan dan mengarah pada perang yang sesungguhnya
yang menewaskan umat manusia, ujar Paus Fransiskus. “Maka perdamaian harus
dimulai dari sana: di dalam keluarga, di paroki, di lembaga, di tempat kerja
dengan selalu mencari kesepahaman dan kesepakatan dan bukan kepentingan
seseorang,” lanjut Paus Fransiskus.
Menurut
bacaan Injil St. Lukas untuk hari itu, Yesus menceritakan tentang seorang
farisi terkemuka yang ketika mengadakan perjamuan hendaknya ia tidak mengundang
sahabat atau saudaranya yang merasa wajib membalas kepadanya melainkan
mengundang orang miskin. “Berbahagialah engkau karena mereka tidak mempunyai
apa-apa untuk membalasnya kepadamu,” kata Yesus kepada orang farisi itu.