Jumat, 15 Maret 2013

Paus Serba Pertama

PAUS KE-266 YANG SERBA PERTAMA
Penantian umat Katolik sedunia akan paus yang baru berakhir sudah. Pada tanggal 14 Maret, pukul 01.06 WIB atau jam 19.06 waktu Roma, 115 kardinal yang mengikuti sidang konklaf akhirnya memutuskan bahwa Kardinal Jorge Mario Bergoglio (76 tahun) terpilih sebagai paus menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri pada 28 Februari lalu. Kardinal Jorge Mario Bergoglio adalah Uskup Agung Buenos Aires, kota kelahirannya.

Kardinal Jorge Mario Bergoglio lahir di Buenos Aires pada tanggal 17 Desember 1936. Beliau bersama empat saudaranya merupakan anak dari pekerja kereta api keturunan Italia. Ia Menempuh pendidikan tinggi hingga beroleh gelar master dalam bidang kimia di Universitas Buenos Aires dan kemudian masuk ke seminari untuk menempuh pendidikan imamat. Pada tanggal 11 Maret 1958 Jorge Mario Bergoglio bergabung dengan Serikat Yesus dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 13 Desember 1969 oleh Uskup Agung Ramon Jose Castellano. Selain mendalami bidang filsafat dan teologi, Jorge Mario Bergoglio mendalami juga sastra serta psikologi.

Jorge Mario Bergoglio memiliki bakat kepemimpinan. Karena kepemimpinannya yang kuat oleh Serikat Yesus, Jorge Mario Bergoglio dipromosikan sebagai provinsial Yesuit di Argentina pada tahun 1973 s/d 1979. Tahun 1980 ia menjadi rektor di Seminari San Miguel, lalu melanjutkan studi doktoral di Jerman dan kembali ke Argentina untuk melayani sebagai Direktur pengakuan dan spiritual di Cordoba. Pada tahun 1998 Jorge Mario Bergoglio diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires dan di tahun 2001 merangkap menjadi Uskup untuk Gereja Katolik Ritus Timur di Argentina yang tidak mempunyai uskup.

Dengan terpilihnya Kardinal Jorge Mario Bergoglio sebagai paus, maka ia menempati urutan ke-266 dalam daftar kepausan. Sekalipun Jorge Mario Bergoglio merupakan paus yang ke-266, namun ada beberapa hal yang membuat Jorge Mario Bergoglio menjadi yang pertama.

Pertama, dia adalah orang Serikat Yesus yang pertama menjadi paus. Sekalipun Serikat Yesus memiliki kaul keempat, yaitu pengabdian khusus kepada paus, namun belum ada satu orang pun anggotanya yang menjadi paus sejak pertama kali serikat ini didirikan (tahun 1540).

Kedua, Kardinal Jorge Mario Bergoglio merupakan paus pertama yang berasal dari Benua Amerika. Masalah yang satu ini memang harus sedikit diluruskan. Banyak orang mengatakan bahwa Kardinal Jorge Mario Bergoglio adalah paus pertama yang berasal dari luar Eropa. Ini adalah salah, karena jauh sebelum beliau sudah ada paus lain yang bukan orang Eropa, persisnya orang Afrika. Santo Viktor I (189 – 199) adalah paus pertama yang berasal dari Afrika. Juga ada Santo Melchiades atau Miltiades (311-314) yang juga berasal dari Afrika. Paus terakhir non Eropa adalah Santo Gregorius III (731 – 741) yang berasal dari Suriah. Jadi, Kardinal Jorge Mario Bergoglio tidak bisa dikatakan sebagai paus pertama di luar benua Eropa. Tapi, jika dari benua Amerika, dialah yang pertama.

Ketiga, nama kepausan yang dipakai oleh Kardinal Jorge Mario Bergoglio nantinya adalah yang pertama: Fransiskus I. Sangat menarik kalau diperhatikan pemilihan nama dengan kepribadian Kardinal Jorge Mario Bergoglio. Setidaknya ada tiga pribadi Fransiskus yang menyatu dalam diri Kardinal Jorge Mario Bergoglio. Atau dengan kata lain, Paus Fransiskus I ini dapat menampilkan tiga pribadi nama besar Fransiskus, yaitu:

Fransiskus Xaverius
Fransiskus Xaverius merupakan tokoh penting kedua setelah Ignasius Loyola bagi Serikat Yesus, karena Fransiskus mempunyai andil dalam pembentukan serikat ini. Kekhasan dari Fransiskus Xaverius adalah semangat misionarisnya. Pastor Ludwig, sejarahwan Gereja yang terkenal, menjuluki Fransiskus Xaverius sebagai seorang “Misionaris Perintis Agama Salib” di Asia dan misionaris terbesar semenjak Santo Paulus. Dengan semangat heroiknya, ia mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa Asia (termasuk Indonesia), sambil tetap mengingatkan Gereja akan panggilannya untuk mewartakan Sabda Allah kepada semua bangsa.

Sangat diharapkan semoga paus yang baru ini, Paus Fransiskus I, juga memiliki semangat misioner, seperti pendahulunya, Yohanes Paulus II. Tentulah, sebagai anggota dari Serikat Yesus, semangat dan teladan hidup Fransiskus Xaverius akan mewarnai diri Kardinal Jorge Mario Bergoglio.

Fransiskus Asisi
Fransiskus Asisi, yang nama lengkapnya Giovanni Francesco Bernadone, adalah tokoh besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat hingga kini. Fransiskus Asisi dikenal dengan cinta damainya, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Ia menjadi simbol penggerak perdamaian. Karena itu, beberapa kali aksi perdamaian selalu dikaitkan dengan sosok satu ini. Misalnya, pada tanggal 27 Oktober 2011 para tokoh lintas agama Indonesia berkumpul di Jakarta untuk menandai Hari Doa di Assisi untuk perdamaian. Acara serupa juga dilakukan oleh tokoh-tokoh agama dunia di Asisi.

Akan tetapi, yang sangat menonjol dari Fransiskus Asisi ini adalah semangat miskinnya (sederhana). Semangat miskin itu menjadi warna bagi ordo yang didirikannya, yaitu Ordo Fransiskan (tahun 1210).

Semangat Fransiskus Asisi ini ternyata dapat dilihat dalam diri Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Paus Fransiskus I ini. meski ia termasuk golongan konservatif dalam hal doktrinal, namun ia mempunyai komitmen untuk keadilan. Gaya hidupnya pun terbilang sederhana. Ketika masih menjadi uskup di Bueros Aries, ia selalu bepergian dengan menggunakan bus, sangat kontras dengan beberapa uskup dewasa kini yang berlomba-lomba mencari kendaraan baru dan keren. Ia memilih tinggal di sebuah apartemen kecil meski bisa diam di rumah uskup yang megah. Bahkan konon dikabarkan sering memasak sendiri makanannya. Berbeda dengan kebanyakan uskup yang membangun rumah keuskupannya bagaikan istana atau beberapa imam yang untuk makan saja harus diambili.

Jadi, bisa dikatakan bahwa semangat Fransiskus Asisi sudah ada dalam diri Kardinal Jorge Mario Bergoglio. Semoga semangat itu tetap ada dan berkembang dalam diri Paus Fransiskus I.

Fransiskus Sales
Fransiskus Sales, yang lahir di Savoya pada 21 Agustus 1567, merupakan salah satu pujangga Gereja yang besar. Ia adalah ahli dalam filsafat dan sastra. Pada tahun 1597 ia ditahbiskan menjadi uskup. Ia dikenal sebagai uskup yang bijaksana, ramah dan sangat menyayangi umatnya.

Ternyata gambaran Fransiskus Sales ini tampak juga dalam diri Kardinal Jorge Mario Bergoglio. Dia dikenal sebagai intelektual Yesuit yang mendalami bidang filsafat dan teologi juga sastra serta psikologi. Sebagai uskuppun ia dikenal cukup bijaksana, ramah dan sangat peduli kepada umatnya, khususnya yang miskin. Ketika diangkat menjadi kardinal, Bergoglio melarang ratusan orang Argentina yang hendak pergi ke Roma untuk merayakan pengangkatannya sebagai kardinal dan menghimbau kepada mereka yang akan pergi untuk mendonasikan uang tiketnya bagi orang miskin.
Jadi, sebelum menjadi Paus Fransiskus I, Kardinal Jorge Mario Bergoglio sudah menghidupi semangat dan teladan hidup Santo Fransiskus Sales. Semoga semangat dan teladan itu tetap ada dan berkembang dalam diri Paus Fransiskus I.

Demikianlah beberapa hal yang pertama dari paus yang ke-266 ini. Lebih dari pada itu, semoga paus baru ini dapat membawa perubahan, baik bagi Gereja Katolik maupun dunia.

by: adrian

Ketahuan dari Sendal

Suatu hari saya naik oplet (orang Papua bilang itu taksi) dari Abepura mau pulang ke seminari di Waena. Setelah melewati  sedikit Kampus Uncen, mobil menepi mengambil penumpang. Saya melihat seorang suster hendak naik. Saya coba berusaha untuk menyembunyikan diri sekedar memberi kejutan nantinya. Saya palingkan wajah saya ke belakang mobil. Namun tiba-tiba suster itu menyapa.

Suster            : “Selamat siang, Pater!”
Maksud hati ingin mengejutkan suster, eh malah saya yang dikejutkan suster.
Saya   : “Eee suster. Baru pulang kuliah?”
Suster            : “Iya. Pater tadi lihat apa di belakang sana?”
Wah ketahuan neh... Jadi malu akh...
Saya   : “Koq suster tahu saya ada di sini?”
Saya coba mengalihkan.
Suster            : “Dari sendal pater tu” (suster menunjuk sendal biru khas saya sambil tersenyum)
Saya   : “hahahaha.....”

Saya hanya bisa tertawa saja. Sial juga nih sendal. Wajah dan lainnya bisa disembunyi, tapi sendal ini tak bisa...
by: adrian

Orang Kudus 15 Maret: St. Lousia de Marillac

SANTA LOUSIA DE MARILLAC, JANDA
Lousia tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulian oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama putri, milik suster-suster. Di sinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu.

Pada umur 22 tahun ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki yang dipermandikan dengan nama Mikhael. Sebagai ibu rumah tangga, Lousia selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta kasih. Meskipun demikian kesulitan keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerap ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran akan kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.

Untuk mengatasi semuanya itu, ia giat melakukan pekerjaan-pekerjaan amal dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu-waktu senggang. Pekerjaan-pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang-orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas penyelenggaraan ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales.

Pada hari raya Pentekosta tahun 1623, ia mengalami suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang mengabdikan diri kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar-masuk sebuah biara.

Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Lousia mulai memasuki corak hidup baru seperti dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai Bapa Pengakuannya. Oleh Vinsensius ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Perancis. Pada tahun 1633 Vinsensius menugaskan Lousia mendidik gadis-gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal itu.

Tugas itu perlahan-lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru: Tarekat Puteri-puteri Kasih. Tarekat itu berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis. Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang-orang sakit. Kemudian tarekat ini mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Lousia tetap menjadi pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kasih kepada para miskin dan pengemis. Sebab di dalam mereka Kristus tampak secara paling nyata. Lousia meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 1660. Ia meninggal dengan tenang dan pergi menemui Yesus yang selalu dilayaninya dengan penuh kasih dalam diri para miskin dan orang sakit, puteri-puteri Kasih ini berkarya juga di Indonesia, yakni di Surabaya.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Prapaskah IV-C

Renungan Hari Jumat Prapaskah IV, Thn C/I
Bac I : Keb 2: 1a, 12 – 22Injil       : Yoh 7: 1 – 2, 10, 25 – 30

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang nasib Anak Allah, yaitu Yesus. Dia hendak dibunuh oleh orang sebangsa-Nya sendiri. Dalam Kitab Kebijaksanaan, gambaran itu sangat jelas tertuang. Dimulai dari aniaya dan siksa hingga hukuman mati (ay. 19 - 20).

Hal yang sama juga dengan Injil hari ini.  Di sana dikatakan bahwa Yesus "tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya." (ay. 1). Dan ketika Yesus tampil lagi pada hari raya Pondok Daun banyak orang "berusaha menangkap Dia." (ay. 30). Jadi, bisa dikatakan bahwa Yesus merupakan pemenuhan nubuat Kitab Kebijaksanaan.

Kenapa Yesus harus disingkirkan? Dalam bacaan pertama kita bisa tahu beberapa alasannya. (ay. 12 - 16). Namun satu hal yang menarik untuk kita renungkan adalah karena Yesus itu orang baik yang selalu mewartakan kebaikan. Warta ini mengganggu para 'lawan'-Nya, yaitu para imam, ahli Taurat dan kaum Farisi.

Nasib "orang baik" yang tersingkirkan ini sering kita jumpai dalam realita kehidupan saat ini. Tak jarang juga kita seperti orang Yahudi yang berusaha membungkam suara kebaikan dari orang-orang baik itu. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk tidak bersikap seperti orang Yahudi. Kebaikan itu bermanfaat bagi kehidupan kita. Oleh karena itu, terimalah kebaikan itu tanpa membeda-bedakan sumbernya.

by: adrian