Senin, 09 Desember 2013

(Inspirasi Hidup) Tuhan itu Dekat

WAWANCARA  DENGAN  TUHAN

Aku bermimpi melakukan interview dengan Tuhan.

"Jadi, kamu ingin melakukan interview dengan-Ku?" Tanya Tuhan.

"Jika Engkau punya waktu," aku berkata.

Tuhan tersenyum, "Waktu-Ku abadi..., pertanyaan apa yang ada di pikiranmu untuk-Ku?"

"Hal apa yang paling mengejutkan-Mu tentang manusia?"

Tuhan menjawab...
"Bahwa mereka mudah sekali bosan dengan masa kecil, bahwa mereka buru-buru ingin bertambah dewasa dan kemudian rindu untuk menjadi anak-anak lagi."
"Bahwa mereka kehilangan kesehatan mereka untuk mencari uang... dan kemudian kehilangan uangnya untuk mengembalikan kesehatan mereka lagi."
"Bahwa mereka berpikir dengan gelisah tentang masa depan, mereka melupakan waktu sekarang, sehingga mereka tidak hidup di masa sekarang maupun masa depan."
"Bahwa mereka hidup seperti mereka tidak akan pernah mati, dan mati seperti mereka tidak pernah hidup."

Tangan Tuhan memegang tanganku..., dan aku diam untuk beberapa saat. Kemudian aku bertanya, "Sebagai orang tua, apa pelajaran hidup yang Engkau inginkan aku pelajari?"

Tuhan menjawab,
"Belajar bahwa mereka tidak bisa membuat semua orang mencintai mereka. Yang bisa mereka lakukan adalah membiarkan diri mereka dicintai."
"Belajar bahwa tidak baik membandingkan diri mereka dengan yang lain."
"Belajar untuk memaafkan dengan pengampunan"
"Belajar bahwa hanya butuh beberapa detik untuk membuka luka orang yang mereka cintai, tetapi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkannya."
"Belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang memiliki paling banyak, tetapi orang yang membutuhkan paling sedikit."
"Belajar bahwa sebenarnya ada orang-orang yang mencintai mereka, namun tidak mengerti bagaimana cara mengekspresikan atau menunjukkan perasaan mereka."
"Belajar bahwa dua orang dapat memandang sesuatu yang sama, tetapi melihatnya secara berbeda."
"Belajar bahwa tidak cukup hanya dengan memaafkan orang lain, tetapi mereka juga harus memaafkan diri mereka sendiri."

"Terima kasih atas waktu-Mu," kataku dengan rendah hati. "Apakah ada lagi yang ingin anak-Mu ketahui?"


Tuhan tersenyum, dan berkata..., "Ketahuilah bahwa Aku selalu di sini. Selalu."

Orang Kudus 9 Desember: St. Juan Diego

Santo Juan Diego, PENGAKU IMAN
Pada tanggal 9 April 1990 Juan Diego dinyatakan Beato oleh Paus Yohanes Paulus II di Vatikan dan pada tanggal 31 Juli 2002 dinyatakan Santo oleh paus yang sama di Basilika Santa Perawan Maria Guadalupe, Mexico.

Santo Juan Diego dilahirkan pada tahun 1474, di Tlayacac, Cuauhtitlan, sebuah dusun sekitar 14 mil sebelah utara Tenochtitlan (Mexico City). Nama aslinya ialah Cuauhtlatoatzin, artinya “Elang Berbicara”. Ia seorang Indian yang miskin. Apabila berbicara kepada Bunda Maria, Juan Diego menyebut dirinya sebagai “bukan siapa-siapa”. Bunda Maria sering memilih untuk menampakkan diri kepada orang-orang seperti Juan, orang yang bersahaja dan rendah hati.

Sehari-hari Juan bekerja keras di ladang dan juga menganyam tikar. Ia memiliki sepetak tanah dan sebuah gubug kecil di atasnya. Ia menikah, hidup bahagia, tetapi tidak memiliki anak. Antara tahun 1524 dan 1525, ia dan isterinya dibaptis menjadi Katolik dan menerima nama baptis Juan Diego dan Maria Lucia.

Juan Diego adalah seorang yang taat dan saleh, bahkan sebelum dibaptis. Ia penyendiri, karakternya tertutup, cenderung tenggelam dalam keheningan, sering bermati raga dan biasa berjalan kaki dari dusunnya ke Tenochtitlan sejauh ± 14 mil (= 22,5 km), untuk menerima pelajaran iman Katolik. Isterinya, Maria Lucia, jatuh sakit dan meninggal dunia pada tahun 1529. Juan Diego kemudian pindah dan tinggal bersama pamannya, Juan Bernardino, di Tolpetlac, yang lebih dekat jaraknya dari gereja Tenochtitlan.

Juan Diego biasa berangkat pagi-pagi sekali sebelum fajar menyingsing, agar tidak terlambat mengikuti Misa di gereja dan kemudian mengikuti pelajaran agama. Ia berjalan bertelanjang kaki, sama seperti orang-orang Indian miskin lainnya. Hanya orang-orang Aztec yang mampu saja yang memakai sandal yang terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan atau kulit. Jika udara pagi dingin menusuk, Juan Diego biasa mengenakan kain kasar yang ditenun dari serat kaktus sebagai mantol, yang disebut tilma. Kain katun hanya dipakai oleh orang Aztec yang lebih berada.

Di salah satu perjalannya menuju gereja, yang kurang lebih memakan waktu tiga setengah jam melewati desa-desa dan bukit-bukit, Santa Perawan Maria menampakkan diri dan berbicara kepadanya untuk pertama kalinya! Bunda Maria menyapanya dengan sebutan “Juanito”, artinya “Juan, anakku terkasih. Saat penampakan, usia Juan Diego 57 tahun; usia yang cukup lanjut pada masa itu di mana kebanyakan orang hanya berusia ± 40 tahun.

Setelah penampakan Guadalupe, Juan Diego menyerahkan semua usaha dan harta milik kepada pamannya. Kemudian ia sendiri tinggal di sebuah kamar di samping kapel di mana lukisan suci Bunda Maria disimpan. Juan Diego sangat mencintai Sakramen Ekaristi; dengan ijin khusus dari uskup, ia diperkenankan menyambut Komuni Kudus tiga kali seminggu, sesuatu yang tidak lazim pada masa itu. Ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mewartakan berita penampakan kepada orang-orang sebangsanya.

Juan Diego wafat pada tanggal 30 Mei 1548 dalam usia 74 tahun. Paus Yohanes Paulus II memuji Juan Diego karena imannya yang bersahaja, yang senantiasa terpelihara oleh ajaran agama. Paus menetapkannya sebagai teladan kerendahan hati bagi kita semua.

copas: http://365rosario.blogspot.com/2011/12/9-desember-santo-juan-diego.html (diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media)

Renungan Hari Senin Adven II - A

Renungan Hari Senin Adven II, Thn A/II
Bac I   : Yes 35: 1 – 10; Injil         : Luk 5: 17 – 26

Yesaya dalam kitabnya, meramalkan tentang kedatangan Allah dalam kehidupan manusia. “Ia sendiri datang menyelamatkan kamu.” (ay. 4). Beberapa tanda kedatangan Allah itu adalah orang buta melihat, orang tuli mendengar (ay. 5), orang lumpuh berjalan dan orang bisu berbicara (ay. 6). Intinya adalah tanda heran: yang negatif hilang dan berubah menjadi positif; yang buruk menjadi indah.

Injil hari ini mau membenarkan apa yang diramalkan oleh Yesaya. Di sini Lukas mau menegaskan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang menjadi manusia. Karena kehadiran-Nya mendatangkan kebaikan, keindahan dan sukacita (hal-hal positif). Hal ini membuat orang Israel berkata, “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.” (ay. 26).

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita kembali bahwa Yesus adalah sungguh Allah manusia. Dia datang ingin membawa keselamatan bagi manusia. Tuhan menghendaki supaya kita selamat. Namun agar kita mendapatkan keselamatan, maka kita harus datang kepada-Nya, sama seperti yang dilakukan orang lumpuh dalam Injil.

by: adrian