Senin, 16 Juni 2014

(Pencerahan) Disiplin, Fokus & Prestasi

KEDISIPLINAN DIRI

John C. Maxwell berkata, “Betapapun berbakatnya seorang pemimpin, ia tidak akan mencapai potensi maksimalnya jika ia tidak disiplin.”

Mazwell mau mengatakan kepada kita bahwa jalan menuju puncak tidaklah mudah. Ada begitu banyak tantangan, baik yang berasal dari luar diri kita maupun dari dalam diri kita sendiri. Tidak banyak orang yang berhasil mencapai posisi terbaik dalam sebuah pekerjaan. Bahkan yang dianggap terbaik malah jauh lebih sedikit.

Salah satu syarat untuk dapat mencapai puncak prestasi adalah kedisiplinan diri. Bisa dikatakan bahwa tak seorang pun bisa meraih prestasi dan mempertahankannya tanpa disiplin. Disiplin menempatkan seorang ke tingkat tertinggi dan membuat prestasinya bertahan lama.

Untuk mengembangkan gaya hidup disiplin, salah satu caranya adalah hilangkan kecenderungan membuat alasan. Jika kita selalu punya banyak alasan mengapa kita tidak bisa disiplin, sadarilah bahwa itu hanyalah suatu pembenaran diri. Jadi, persoalan disiplin itu ada pada kemauan, bukan pada kemampuan.

Jika sekarang kita kurang disiplin, mungkin selama ini kita terbiasa menikmati makanan pencuci mulutnya sebelum memakan nasinya, menikmati imbalan sebelum pekerjaan selesai. Nah, mentalitas seperti inilah yang harus dihilangkan, karena ia menghambat kita mencapai prestasi.

Fokuslah pada hasil akhir dan setialah pada prosesnya. Setiap kali berkonsentrasi pada kesulitan pekerjaan dan bukan pada hasilnya, kita akan cenderung putus asa. Jika berkutat pada hal ini terlalu lama, kita akan menumbuhkan sifat mengasihani diri sendiri, bukan kebiasaan disiplin. Pikirkan keuntungan dari melakukan pekerjaan itu, dan kerjakan saja.

Jika kita tahu bahwa kita berbakat dan kita telah berusaha keras, namun hanya memperoleh sedikit hasil nyata, kita mungkin kurang disiplin. Perhatian jadwal kita minggu lalu, adakah yang meleset dari target-target? Jika kita menunda-nunda dan berniat melakukannya nanti, mungkin kita perlu membenahi disiplin kita. Kedisiplinan berkaitan erat dengan kesetiaan. Orang yang setia adalah juga orang yang dapat disiplin.

by: adrian, diolah dari email Anne Ahira

Liburan 2013: Wonosari

Renungan Hari Senin Biasa XI - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa XI, Thn A/II
Bac I    1Raj 21: 1 – 16; Injil             Mat5: 38 – 42;

Injil hari ini masih melanjutkan kisah pengajaran Yesus di bukit. Ada banyak pengajaran Yesus sungguh-sungguh mencengangkan, karena terbilang revolusioner. Pengajaran hari ini termasuk di dalamnya. Kepada para pendengar-Nya, Yesus mengajak untuk tidak membalas kejahatan atau kekerasan dengan kejahatan/kekerasan (ay. 39). Ini sungguh mengubah pengajaran lama yang melegalkan tindakan balas dendam, “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.” (ay. 38). Selain itu Tuhan Yesus juga meminta pendengar-Nya untuk tidak menolak orang yang meminta sesuatu daripadanya, melainkan “berilah kepada orang yang meminta kepadamu.” (ay. 42). Di sini Tuhan Yesus menghendaki supaya para pendengar-Nya tidak memaksakan kehendak, baik itu membalas dendam atau mempertahankan kepemilikkan.

Bacaan pertama menampilkan kisah Raja Ahab yang merebut kebun anggur Nabot. Dikatakan bahwa Raja Ahab sudah meminta dengan baik-baik kepada Nabot, bahkan ia siap menggantikannya dengan uang (ay. 2). Namun Nabot menolaknya sehingga Raja Ahab gusar. Menjadi pertanyaan, apakah tindakan Nabot menyalahi ketentuan ajaran Yesus dalam Injil hari ini? Sama sekali tidak. Yang perlu disadari adalah memberi dalam ajaran Yesus adalah sesuatu yang benar-benar menjadi milik kita. Berbeda dengan kasus Nabot. Dia tidak dapat memberi karena kebun anggur itu bukan mutlak milik pribadinya, melainkan “milik pusaka nenek moyangku.” (ay. 4).  Karenanya, wajar jika Nabot enggan memberinya. Hal inilah yang tidak dipahami oleh Raja Ahab sehingga dikendalikan oleh nafsunya ia memaksakan kehendaknya.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa pemaksaan kehendak tidak hanya dapat menimbulkan dosa, melainkan menciptakan lingkaran setan tindak kekerasan. Tuhan ingin agar kita memutuskan mata rantai lingkaran setan ini dengan tidak memaksakan kehendak. Terhadap orang yang melakukan kekerasan kepada kita, hendaklah kita tidak membalasnya dengan kekerasan. Terhadap orang yang menginginkan barang milik kita, hendaklah kita memberinya. Inilah kehendak Tuhan pada kita melalui sabda-Nya.

by: adrian