Senin, 09 Juni 2014

Orang Kudus 9 Juni: St. Efrem


SANTO EFREM, PUJANGGA GEREJA
Lahir di Nisibis tahun 306, Mesopotamia (sekarang: Nusaybin, Turki) dan meninggal tahun 373. Ia sebagai seorang penyair, guru, orator dan pembela iman, Efrem dikenal luas serta menjadi tokoh kebanggaan umat Kristen Syria. Semasa remajanya ia mengikuti pendidikan agama dari uskup Yakob dari Nasibis. Uskup Yakob -- kemudian digelari ‘Kudus’ oleh Gereja -- membimbing Efrem hingga dipermandikan.

Ketika orang-orang Syria menduduki kota Nasibis pada tahun 363, orang-orang Kristen di Nasibis dipaksa keluar dari Nasibis. Efrem bersama orang-orang Kristen Nasibis mengungsi ke Edessa (Urfa di Irak). Di tempat pengungsian itu, umat mengangkatnya sebagai pemimpin rohani mereka. Efrem menerima tugas ini sebagai kesempatan emas untuk membaktikan diri pada umat. Ia mengajarkan mereka ajaran iman Kristen serta membesarkan hati mereka. Sementara itu ia sendiri menjalani suatu corak hidup yang keras sampai saat ajalnya. Ia rajin menulis buku-buku pembelaan iman. Buku-buku apologetisnya, homili-homilinya dalam bentuk puisi, berbagai nyanyian dan kidung Gereja ciptaannya, membuat dia dikenal luas dan berpengaruh besar di kalangan umatnya di Edessa, bahkan diseluruh Gereja. Di Gereja Timur ia dijuluki ‘Cahaya bangsa Syria’, ‘Rasul Bangsa Syria’, ‘Pujangga Gereja’, dan ‘Kecapi Roh Kudus’. Dua puluh tahun setelah kematiannya, Santo Yerome memasukkan namanya dalam daftar orang-orang Kristen yang masyur namanya.

Efrem dikenal karena ajaran-ajaran dogmatis dan pengetahuannya yang luas. Ia rajin membaca Kitab Suci dan merefleksikan misteri-misteri Allah. Komentar-komentarnya tentang Kitab Suci sangat bermanfaat pula waktu itu. Sebagai seorang komentator, ia lebih suka akan arti harafiah Kitab Suci dan enggan menafsirkannya secara alegoris. Ia ramah kepada orang-orang miskin dan yang menderita. Tatkala umat Edessa tertimpa kelaparan hebat pada tahun 378, ia berjuang keras untuk menyelamatkan mereka dari kematian. Kunci sukses hidupnya ialah kerendahan hatinya: ia tidak pernah menaruh kepercayaan pada diri sendiri melainkan pada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan senantiasa membimbingnya. Ia menolak di tabhiskan menjadi imam dan memilih tetap sebagai diakon sampai akhir hidupnya. Kepada Santo Basilius yang ditemuinya, ia berkata: “Sayalah Efrem, orang yang tersesat dari jalan ke surga. Karena itu kasihanilah saya orang berdosa ini. Bimbinglah saya melalui jalan yang sempit.”

(Inspirasi Hidup) Tak Ada Manusia 100% Jahat

BELAJAR DARI TOKOH ANTAGONIS FILM AMERICAN GANGSTER
Film American Gangster diangkat ke layar lebar dari kisah nyata kehidupan Frank Lucas, gembong narkoba yang paling berpengaruh di Amerika tahun 1960-an. Frank Lucas mengawali kariernya sebagai sopir pribadi bos mafia Amerika, Bumpy Johnson. Sebagai seorang sopir pribadi dan terpercaya, Lucas dikenal sebagai sosok yang pendiam dan setia. Akan tetapi, dalam diamnya Lucas banyak belajar dari bossnya tentang cara mengorganisir dan berbisnis sebuah gangster. Maklum, selama mendampingi bossnya, sang boss banyak bercerita tentang organisasinya, suka dukanya dan berbagai hal lainnya. Semuanya itu ditampung dan diolah oleh Lucas.

Setelah sang boss meninggal (faktor usia dan penyakit), Frank Lucas memulai membangun kerajaan bisnisnya. Awalnya banyak rekanan mantan bossnya yang menyepelekan bahkan melecehkan dirinya. Namun Lucas tidak mempedulikan semuanya itu. Ia sudah punya prinsip yang harus dijalani, di mana semuanya itu berasal dari olahan pengalaman hidup bersama mantan bossnya.

Lucas tahu bahwa kualitas heroin yang masuk ke Amerika sekitar 50 %. Dari kualitas itu kemudian diolah lagi demi kuantitas, sehingga kualitas barang yang sampai ke tangan pemakai tinggal 5%. Lucas berusaha mencari dan mendapatkan heroin dengan kualitas 100%. Untuk itu ia sendiri harus datang ke produsen di Vietnam. Sekalipun untuk bisa sampai ke tujuan akan ada banyak rintangan, Lucas tetap berusaha. Dan ia akhirnya mendapatkan barang tersebut.

Lucas bukan saja mendapatkan barang, melainkan juga kepercayaan. Karena bagi Lucas, dalam urusan bisnis, kepercayaan merupakan hal mutlak yang harus ada. Dan ia menanamkan hal itu kepada produsennya. Maklum, tindakan Lucas secara tidak langsung mematikan usaha bisnis kelompok lain. Dalam dunia mafia, hal ini tentu berarti perang. Namun Lucas sudah siap dengan segala resiko tersebut.

Dengan kelicikannya, Lucas berhasil memasukkan barang haram itu ke Amerika dengan menggunakan pesawat militer yang sering pulang pergi Amerika – Vietnam. Wajar, saat itu masih ada konflik Amerika dengan Vietcong di Vietnam. Barang haram dengan kualitas 100% itu kemudian diolah kembali hingga menjadi sekitar 25%. Barang dengan kualitas 25%, yang diberi nama: Blue Magic, dijual lebih murah dari barang dengan kualitas 5%. Otomatis pemakai beralih kepada Blue Magic. Dari sinilah Lucas menjadi jaya.

Lucas menjadi pemain tunggal dalam bisnis haram tersebut. Orang lain tentu tidak akan dapat menyainginya. Semua akhirnya “bertekuk-lutut” di hadapan Lucas. Dan sebagaimana para mafia lainnya, untuk menjaga kejayaannya, Lucas juga berlaku kejam dan sadis. Ia tidak segan-segan membunuh orang yang berusaha menghalangi niatnya atau berusaha menyalah-gunakan kepercayaannya.

Setelah jaya, Lucas tidak lupa akan keluarga besarnya. Setelah membangun istananya, ia mengundang semua anggota keluarganya. Saudara-saudaranya diberinya posisi dalam bisnisnya. Ada juga yang tetap membuka usaha lain sebagai media pencucian uang haramnya. Lucas juga tidak melupakan mantan bossnya. Keluarga mantan bossnya itu tetap dirangkulnya. Bahkan foto mantan bossnya itu dipajangnya sebagai wujud penghormatannya.

Akan tetapi, ibarat pepatah “Makin tinggi sebuah pohon, semakin besar tiupan anginnya.” Kejayaan Lucas menimbulkan rasa iri hati pada sebagian boss gangster lain. Dan beberapa tindaan Lucas membuat ia menciptakan musuh. Selain itu, aparat kepolisian pun sudah mulai mengincar. Boss produsen sudah mengingatkannya untuk berhenti di saat ia menikmati sukses. Namun, sebagaimana biasanya, kesuksesan itu membuat orang buta. Kesuksesan bisa menjadi langkah awal kepada kehancuran.

Setelah mengalami peristiwa pencobaan pembunuhan terhadap dirinya dan istrinya, mata Lucas baru terbuka lebar. Sementara itu, polisi sudah mulai memasuki rumahnya, yang langsung disaksikan oleh ibunya. Semua peristiwa ini benar-benar membuka mata sang ibu. Ia sadar, ada yang tak beres dengan putranya. Maka, ketika Lucas berencana melakukan aksi balas dendam terhadap kelompok yang berencana membunuh istri dan dirinya, sang ibu marah. Sang bunda sampai mengeluarkan pernyataan bernada ancaman.

Lucas ternyata manusia yang mencintai sang bunda. Ia menghormati ibunya. Karena itu, ia mendengarkan apa yang dikatakan ibunya. Rencana penyerangan dihentikan demi menghormati sang ibu. Sebagai gantinya, ia mendampingi sang ibu ke gereja untuk kebaktian. Keluar dari gereja, ratusan polisi sudah siap menahannya. Lucas tidak menunjukkan reaksi melawan, mengingat sang ibu ada di sampingnya. Dengan kooperatif, ia mengikuti petugas yang menahannya. Inilah awal kejatuhan Frank Lucas.

Tindakan kooperatif bukan saja ditunjukkan Lucas saat penahanan dirinya, melainkan saat pemeriksaan. Berkat bantuan Lucas, terbongkarlah jaringan mafianya yang sudah merasuk ke kepolisian, kehakiman dan militer.

Pelajaran apa yang dapat diambil dari tokoh Frank Lucas ini? Ada beberapa pelajaran penting untuk kehidupan kita:
    1.      Kemauan untuk belajar. Sekalipun awalnya dia berstatus sebagai sopir, kemauan untuk belajar mengantarnya menuju sukses. Hal ini bisa terjadi karena Lucas tidak mau puas dengan status hidupnya. Dia tidak ingin mati sebagai sopir. Harus ada perubahan.
    2.      Perjuangan. Lucas mengajari kita untuk berjuang keras. Sekalipun akan ada rintangan, semuanya itu harus dihadapi, bukannya dihindari. Perjuangan ini juga yang mengantarnya menuju sukses.
     3.      Membangun kepercayaan. Bagi Lucas, kepercayaan itu sangat penting dalam membangun relasi. Ini pelajaran sangat berharga: membangun kepercayaan. Dalam membangun sebuah relasi, entah itu bisnis, sosial, atau relasi apapun, membangun sikap saling percaya itu hal yang mutlak diutamakan.
    4.      Tidak seperti “kacang lupa pada kulitnya.” Sekalipun sudah sukses, Lucas tidak melupakan keluarga atau mereka yang sudah membesarkannya. Di sini Lucas mengajak kita untuk tetap menaruh rasa hormat kepada keluarga dan mereka yang sudah berjasa pada kita di saat kita sukses.
    5.      Hormat kepada orang tua. Dalam film itu, terlihat jelas bagaimana sikap hormat dan taat Lucas kepada ibunya. Mungkin Lucas memegang prinsip “surga di bawah telapak kaki ibu.” Sesadis dan sekotor apapun Lucas, ia masih menaruh rasa hormat dan sayang kepada ibunya. Nah, yang sadis dan jahat seperti Lucas saja masih hormat dan sayang kepada ibunya, bagaimana dengan kita?
     6.      Kooperatif demi kebaikan bersama. Bagian akhir film mengisahkan sikap kooperatif Frank Lucas kepada aparat yang memeriksanya. Lucas melihat efek kebaikan dari sikap kooperatifnya, bukan saja bagi dirinya, melainkan bagi masyarakat Amerika. Lucas tidak menutup-nutupi atau mengkambing-hitamkan pihak lain. Sikap inilah yang dibutuhkan bagi tegakkan keadilan dan kebenaran. Sikap Lucas ini bertentangan dengan sikap kebanyakan kita yang biasanya bersikap defensif dan sibuk menyalahkan orang.
    7.      Kesuksesan dimulai dari nol. Lewat film ini Lucas mau mengajari kita bahwa sukses itu dimulai dari nol. “Kota Roma tidak dibangun dalam sehari.” Kejayaan Lucas juga membutuhkan proses. Dan langkah awal dari nol itu membutuhkan kemauan, usaha dan perjuangan.
Jakarta, 17 Maret 2014
by: adrian

Renungan Hari Senin Biasa X - Thn II


Renungan Hari Senin Biasa X, Thn A/II
Bac I    1Raj 17: 1 – 6; Injil   Mat 5: 1 – 12;

Sabda Yesus dalam Injil hari ini dikenal dengan istilah Sabda Bahagia. Dalam pengajaran-Nya di atas bukit, Yesus menyampaikan ucapan berbahagia bagi orang miskin, berdukacita, lemah lembut, dianiaya oleh karena kebenaran, atau orang, yang karena nama Yesus dicela, difitnah dan dianiaya, serta masih banyak lagi. Dalam kaca mata manusia, sabda Yesus ini agak sulit masuk di akal. Bagaimana mungkin orang yang berdukacita dan dianiaya serta dicela dan difitnah merasa bahagia? Normalnya mereka akan merasa sedih, kecewa, marah dan ingin membalas. Sabda Bahagia Yesus di bukit ini harus dimengerti sebagai sebuah sikap berserah diri kepada Tuhan. Apapun yang terjadi pada diri kita, diserahkan kepada Tuhan. Dialah yang akan memperhatikan kita.

Sikap yang dikehendaki Tuhan Yesus dalam sabda-Nya di atas tampak dalam diri nabi Elia. Dalam bacaan pertama dikisahkan bahwa bangsa Israel dilanda kekeringan besar. Tuhan meminta Elia untuk bersembunyi di tepi sungai Kerit, di sebelah Timur Sungai Yordan (ay. 3). Elia mengikuti saja apa yang diperintahkan Tuhan. Dia menyerahkan hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan yang Maha Baik. Dan terlihat, sekalipun musim kemarau melanda, Elia tidak mati kelaparan karena Tuhan memperhatikannya.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berserah diri kepada penyelenggaraan Tuhan. Kita tak perlu disibukkan dengan urusan-urusan remeh yang justru akan membuat kita susah menderita. Tuhan Yesus mengajak kita berbahagia sekalipun saat ini kita menderita karena dicela, difitnah, dianiaya dan lain sebaginya. Kita serahkan semua persoalan itu kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang “membalas” mereka yang telah menyusahkan kita hanya karena mengikuti Yesus Kristus.

by: adrian