Sabtu, 14 Maret 2015

Menanti Ketegasan Jokowi

SURAT TERBUKA BUAT JOKOWI

Kepada Yang Tercinta, Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo.

Waktu kampanye pilpres dulu, salah satu titik lemah Bapak, yang selalu dipersoalkan lawan politik Bapak, adalah soal ketegasan. Pada topik ini mereka langsung mengontraskannya dengan pesaing Bapak, yaitu Prabowo. Dengan mengontraskan itu, satu harapan mereka supaya rakyat sendiri langsung menilai.

Akan tetapi, saya dan juga banyak rakyat sama sekali tidak terpengaruh akan siasat perbandingan itu. Kami tetap memilih Bapak. Kami yakin Bapak mempunyai sikap tegas, meski pengungkapannya berbeda dengan orang lain.

Ketika muncul persoalan hukuman mati, saya benar-benar menyaksikan ketegasan Bapak. Sekalipun saya tidak mendukung hukuman mati, namun terus terang saya bangga. Saya senang dengan sikap tegas Bapak, terlebih menolak tawaran pertukaran tahanan dengan pemerintah Australia. Wow, Bapak sungguh tegas.

Dalam masalah hukuman mati ini, Bapak sudah benar-benar menunjukkan bahwa sikap tegas seorang pemimpin Negara. Saya yakin, mereka-mereka yang dulu meragukan Bapak dalam soal ketegasan ini pasti akan berubah sikap. Penilaian mereka akan Bapak sudah berubah. Bapak adalah pribadi yang tegas, sekalipun gaya Bapak lembut.

Saya memang menolak hukuman mati. Namun saya memuji ketegasan Bapak. Jadi, bisa dikatakan bahwa saya tidak setuju dengan keputusan Bapak memberlakukan hukuman mati, tapi saya setuju dengan sikap tegas Bapak. Dan sikap tegas ini juga yang sekarang saya harapkan.

Renungan Hari Sabtu Prapaskah III - B

Renungan Hari Jumat Prapaskah III, Thn B/I
Bac I  Hos 6: 1 – 6; Injil                  Luk 18: 9 – 14;

Hari ini bacaan pertama masih diambil dari Kitab Nabi Hosea. Nabi Hosea, dalam kitabnya, mengajak umat Israel untuk kembali kepada Allah (ay. 1) dan "berusaha sungguh-sungguh mengenal Allah." (ay. 3, 6). Mengenal Allah di sini bukan sekedar berarti tahu siapa itu Allah, melainkan mengenal kehendak Allah; mengetahui dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi umat-Nya. Nabi Hosea, secara implisit, memberikan kemauan Allah, yaitu bahwa Allah "menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (ay. 6).

Apa yang disampaikan Hosea, kembali ditegaskan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil Tuhan Yesus menyampaikan apa yang disukai Allah, yaitu sikap rendah hati. Dengan perumpamaan yang mau memuji sikap rendah hati si pemungut cukai, Tuhan Yesus berkata bahwa pemungut cukai itu "pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (ay. 14). Meski pemungut cukai dikenal sebagai pendosa, namun di mata Allah dia disukai karena sikap rendah hatinya sesuai dengan kehendak Allah.

Sabda Tuhan hari ini menghendaki supaya kita senantiasa mengenal kehendak Allah dan berusaha untuk melaksanakannya. Secara khusus hari ini Tuhan mau agar kita untuk membangun sikap rendah hati, baik di hadapan Tuhan maupun sesama. Berkaitan dengan membangun sikap rendah hati ini, sabda Tuhan memberikan pertanyaan refleksi buat kita: Apakah saya termasuk orang yang selalu menganggap diri benar dan suka memandang rendah orang lain?

by: adrian