Rabu, 23 Maret 2016

Orang Kudus 23 Maret: St. Dismas

SANTO DISMAS, PENGAKU IMAN
Konon Dismas adalah penyamun yang disalibkan di sebelah kanan Tuhan Yesus dan bertobat sebagaimana dikatakan Lukas: “Seorang dari penjahat yang digantung itu menghojat Dia, katanya, ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkan diri-Mu dan kami. Tetapi yang seorang menegor dia katanya, ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah; sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi Orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah’. Lalu ia berkata, ‘Yesus, ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai Raja.’ Kata Yesus kepadanya,’Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di Firdaus’” (Luk 23: 39 – 43).
Tentang Dismas ada sebuah legenda berkisah sebagai berikut: ketika Maria dan Yosef bersama kanak-kanak Yesus dalam perjalanan pengungsian ke Mesir untuk menghindari rencana pembunuhan Herodes, tiba-tiba mereka didekati dan disapa oleh dua orang penyamun, yaitu Titus dan Dumachus. Titus biasanya dipanggil Dismas, dan Dumachus dipanggil Gestas. Dismas mengajak temannya Gestas untuk membantu Maria dan Yosef dalam perjalanan itu. Menyaksikan kebaikan hati Dismas, Maria berkata, “Tuhan akan mengangkat engkau dengan tangan kanan-Nya dan memberikan pengampunan atas dosa-dosamu.”
Kepada Maria, kanak-kanak Yesus berkata, “Ibu, setelah Aku berusia 30 tahun, orang-orang Yahudi akan menyalibkan Aku di Yerusalem, dan dua penyamun itu akan ditinggikan juga bersama Aku. Titus di sebelah kanan-Ku dan Dumachus di sebelah kiri-Ku. Dan setelah itu, Titus akan masuk bersama Aku ke dalam Firdaus.” Dismas dihormati sebagai pelindung orang-orang yang perlu bertobat secara sempurna dan santo pelindung orang yang dihukum mati.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Jumat, 18 Maret 2016

Orang Kudus 18 Maret: St. Marta

BEATA MARTA, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini terlahir dengan nama Aimee Adele Le Bouteiller. Ia lahir pada 2 Desember 1816 di Percy, Perancis. Ia adalah puteri dari Andrea dan Maria Francesca le Bouteiller Morel, sebuah keluarga petani dan penenun kain. Setelah kematian ayahnya, Adele membantu ibunya dengan menjadi petani. Ia kemudian mengambil pekerjaan sampingan sebagai pelayan untuk menambah penghasilan keluarga.
Pada tahun 1841 Adele mengunjungi biara St. Sauveur-le-Vicomte. Kunjungan ini begitu membekas dalam hatinya sampai-sampai muncul keinginan untuk bergabung. Dan akhirnya Adele memutuskan untuk bergabung dengan biara itu. ia diterima dan menggantikan namanya menjadi: Marta.
Di biara Marta bertugas di dapur, kebun, tempat cuci dan di peternakan. Ia juga ditugaskan untuk anggur dan sider, bahkan ia dikenal dengan sebutan “Suster Sider”. Ketika terjadi Revolusi Perancis dan Prusia, nama Marta dikenal oleh para prajurit Perancis karena selalu memberikan perhatian kepada mereka yang berkunjung.
Dikisahkan juga, karena doanya Marta tidak pernah kehabisan anggur di biaranya. Marta memiliki hubungan yang sangat baik dengan Beata Placida. Ia berada di samping orang kudus itu ketika orang kudus itu memperoleh perlakuan buruk dari saudaranya. Bahkan ketika menjelang kematian Beata Placida, Marta juga ada di sampingnya.
Marta meninggal dunia pada 18 Maret 1883 di St. Sauveur-le-Vicomte, Normandia, Perancis. Pada 4 November 1990 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Sabtu, 12 Maret 2016

Orang Kudus 12 Maret: St. Maximilianus

SANTO MAXIMILIANUS, MARTIR
Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Yang pasti Maximilianus hidup pada abad III. Ia adalah anak seorang tentara veteran Romawi. Ketika dikenakan wajib militer, Maximilianus menolak. Ia tidak mau menjadi tentara karena taat pada agama dan mempunyai anggapan yang negatif terhadap personil angkatan perang. Bagi dia tentara-tentara umumnya banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat dosa, dan berwatak bejat.
Karena penolakannya itu, Maximilianus dihadapkan ke pengadilan. Kepada hakim ia berkata, “Angkatan perang saya adalah angkatan perang Tuhan. Saya tidak dapat berperang untuk kepentingan duniawi!” Ayahnya menolak desakan hakim supaya mengubah pandangan puteranya itu. Waktu Max diancam hukuman mati, ia berkata lantang, “Saya tidak akan mati. Apabila saya meninggalkan dunia ini, saya akan bersatu dengan Kristus Tuhanku.”
Maximilianus meninggal dengan cara dipenggal lehernya di pinggir kota Kartago, Tunisia pada tahun 295.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 12 Maret: St. Yustina Arezzo

BEATA YUSTINA AREZZO, PENGAKU IMAN
Yustina Arezzo, yang biasa dipanggil “Francuccia Bizzoli” lahir di Arezzo, Italia. Pada usia 13 tahun ia masuk biara Benediktin Santo Markus di kota Arezzo. Ketika para suster pindah ke biara “Para Kudus”, Yustina pun ikut ke sana. Tetapi kemudian ia meninggalkan biara itu dengan izin superiornya, dan hidup menyepi bersama Lucia di Gua Civitelle. Sel dalam gua itu sangat sempit dan rendah sehingga ia tidak dapat berdiri tegak.
Ketika Lucia jatuh sakit, maka Yustina dengan setia mendampinginya siang dan malam. Meskipun sibuk merawat Lucia, namun Yustina tidak lupa berdoa dan tidak mengurangi kebaktian serta matiraganya. Setelah Lucia meninggal, Yustina tetap tinggal di sana sendirian.
karena menjadi buta Yustina kemudian kembali ke pertapaan Arezzo. Di sana ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya dan menjadi seorang petapa yang saleh. Dengan doa-doanya ia menyembuhkan banyak orang sakit. Penyembuhan ini masih juga terjadi atas diri orang-orang sakit yang berdoa dengan perantaraannya setelah ia meninggal. Yustina Arezzo meninggal dunia pada tahun 1319.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 12 Maret: St. Aloysius Orione

SANTO ALOYSIUS ORIONE, PENGAKU IMAN
Aloysius Orione lahir pada 23 Juni 1872 di Pontecurone, Allesandria, Italia. Ketika berusia 13 tahun, Aloysius bergabung dengan Ordo Fransiskan di Voghera, namun satu tahun kemudian ia keluar karena kesehatannya menurun. Pada tahun 1886 – 1889 Aloysius menjadi murid Santo Yohanes Bosko di Oratori Valdocco di Turin. Ia hadir pada saat pemakaman Yohanes Bosko, dan ia sendiri disembuhkan dari penyakitnya pada saat itu.
Tanggal 16 Oktober 1889 Aloysius masuk seminari di Tortona. Pada 3 Juli 1892 ia membuka oratori pertama di Tortona yang melayani pelatihan kepada anak-anak pria kristen. Setahun kemudian, tepatnya 15 Oktober, ia memulai membuka sekolah bagi anak-anak pria miskin di San Bernardino.
Aloysius menerima tahbisan imam pada 13 April 1895. Tak lama berselang ia membuka wisma baru di Mornico Losana, Sicilia, Italia. Dari sini mulailah berdiri Karya Kecil Penyelenggara Ilahi. Pada tahun 1899 ia mendirikan Pertapaan Penyelenggaraan Ilahi, dan pada 21 Maret 1903, Mgr Igino Bandi, Uskup Tortona mengakui Putera Penyelenggara Ilahi (FDP), sebuah kongregasi untuk imam, bruder dan petapa dalam Karya Kecil Penyelenggara Ilahi. Mereka mengucapkan kaul keempat, yaitu kesetiaan kepada Paus.
Pada tahun 1908 Aloysius membantu para korban bencana gempa bumi di Reggio dan Messina. Paus Pius X mengangkatnya sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Messina selama 3 tahun. Pada 29 Juni 1915 Aloysius mendirikan lagi Misionaris Kecil Suster-suster Kasih, Suster-suster Buta dari Adorasi Sakramen Mahakudus, dan Suster-suster Kontemplatif dari Yesus Tersalib. Ia juga mendirikan asosiasi bagi para umat awam.
Seiring Perang Dunia I, karya-karya meningkat dalam bentuk sekolah, rumah karya dan penampungan bagi para korban. Karya misionarisnya dimulai pada tahun 1913 dengan mengunjungi Brazil, lalu ke Argentina dan Uruguay, Palestina, Polandia, Rhodes, Amerika, Inggris dan Albania. Antara tahun 1921 – 1922 dan 1934 – 1937 Aloysius pergi sebagai misionaris ke Brazil, Argentina, Uruguay sampai ke Chile. Ia membuat tempat ziarah Bunda Maria di Tortona dan Fumo.
Aloysius Orione meninggal dunia pada 12 Maret 1940 di St. Remo, karena sakit. Pada tahun 1965 tubuhnya ditemukan utuh saat dilakukan penggalian. Pada 26 Oktober 1980 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 16 Mei 2004 ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Senin, 07 Maret 2016

Kesaksian Veronika Beanor: Selalu Bersyukur

SELALU BERSYUKUR MESKI KUDUNG
Rata-rata orang bersyukur ketika mendapat hadiah, promosi jabatan dan kesuksesan. Namun, siapa yang sanggup bersyukur ketika diganjar musibah? Sedih, marah dan depresi merupakan reaksi pertama menanggapi peristiwa semacam itu. Berbeda dengan Veronika Urong Beanor, wanita asal Posiwatu, Lembata (NusaTenggara Timur) ini masih bisa bersyukur meski hidup hanya dengan satu kaki.
Kemampuan seseorang untuk menerima keadaan tidak harus mengandalkan sekolah yang tinggi. Tak ada gelar yang menahbiskan orang tersebut lulus dari keutamaan hidup seperti itu. Buktinya, meski hanya sebentar mencecap pendidikan Sekolah Dasar, Vero sanggup bersyukur. Ia justru mampu memeluk keutamaan sebagai pribadi yang mau bersyukur dalam kondisi yang tidak mengenakkan.
Bersyukur hanya bisa diperoleh jika manusia sadar Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Dia senantiasa menerbitkan harapan untuk umat-Nya. Bukankah ada nasehat bijak yang mengatakan, di balik awan gelap selalu ada matahari yang memancarkan sinarnya. Atau penginjil Lukas menulis, “Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur, menuai dan mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah.” (Luk 12: 24).
Vero tinggal di rumah yang terbuat dari bambu. Rumah itu selalu terlihat lengang. Maklum, penghuninya hanya dua orang, dia dan adiknya semata wayang yang tuli, Dominikus. Jika Domi sedang di kebun, hanya Vero seorang diri di rumah. Dia memasak, meniti jagung dan membersihkan rumah.
Setiap hari, sejak pagi hingga sore, Vero ada di rumah. Sepasang tongkat senantiasa berada di sisinya. Dua bilah kayu berukuran sekitar satu meter itu merupakan harta paling berharga baginya. Tanpa tongkat itu Vero tak sanggup ke dapur dan lumbung. Itu berarti tak akan ada makanan yang tersaji di atas meja. Jika hal ini terjadi, seolah kematian sedang menghantui hidup kakak beradik ini.

Minggu, 06 Maret 2016

Sekilas tentang Perayaan Minggu Palma

MINGGU PALMA: DASAR, SEJARAH DAN MAKNANYA
Satu minggu menjelang Minggu Paskah, umat katolik memasuki Pekan Suci, yang diawali dengan perayaan Minggu Palma. Perayaan ini merupakan kenangan akan peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum Ia disalibkan. Keempat Injil menceritakan bahwa Yesus masuk kota Yerusalem itu diiringi dengan sorak-sorai. Banyak orang mengelu-elukan Dia sambil berteriak, “Hosana! Hosana!!” (Mat 21: 9; Mrk 11: 9 – 10; Yoh 12: 13)
Mungkin ada orang bertanya kenapa disebut Minggu Palma dan sejak kapan pengenangan peristiwa Yesus masuk ke kota Yerusalem masuk dalam liturgi Gereja.
Pendasaran Minggu Palma
Pertama-tama Gereja menetapkan perayaan itu pada hari Minggu. Dan karena mengenang peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem yang dielu-elukan oleh orang banyak dengan menggunakan daun palma, maka dikenallah dengan istilah Minggu Palma.
Penggunaan daun palma sebenarnya hanya merujuk pada Injil Yohanes (12: 13). Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) sama sekali tidak menyebut nama jenis daun yang digunakan orang banyak untuk melambai-lambai. Matius hanya menyebut “ranting-ranting dari pohon-pohon” (Mat 21: 8), sementara Markus menyebut “ranting-ranting hijau” (Mrk 11: 8). Lukas sama sekali tidak menyebut adanya ranting atau daun. Jadi, pendasaran daun palma pada Minggu Palma ada pada Injil Yohanes.
Mengingat tiga Injil tidak menyebut daun palma, apakah diperkenankan menggunakan daun lain selain daun palma dalam perayaan Minggu Palma?
Menurut Pastor Bernardus Boli Ujan SVD, pakar liturgi gereja, daun palma bukan satu-satunya yang diberkati dan dipakai dalam perarakan Minggu Palma. Umat dapat menggunakan daun pohon lain, misalnya janur kuning. Intinya, terbuka kemungkinan memakai daun lain, selain daun palma, asalkan memiliki kemiripan makna simbolisnya.
Sejarah Perayaan Minggu Palma

Sabtu, 05 Maret 2016

Asah Otak: Wajah Perempuan

SATU GAMBAR DARI ANEKA GAMBAR
Berikut ini akan disajikan 10 gambar dengan tema perempuan. Sekilas, jika dilihat dari jauh, gambar-gambar ini memang satu kesatuan; mau menampilkan apa yang terlihat, yaitu wajah perempuan dengan berbagai pose. Akan tetapi, jika diperhatikan baik-baik ternyata gambar-gambar itu dibentuk dari beberapa gambar. Dapatkan kamu menguraikan gambar-gambar yang membentuk wajah perempuan ini?

Jumat, 04 Maret 2016

MERENUNGKAN 15 PENYIKSAAN YANG DIALAMI YESUS

Memasuki pekan suci, ada baiknya umat katolik merenungkan kisah sengsara Tuhan Yesus. Memang setiap hari Jumat sepanjang masa prapaskah, kita sudah merenungkannya dalam ibadat Jalan Salib. Akan tetapi, perlu juga kita melihat dan merenungkan sengsara Tuhan Yesus yang mungkin tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Di sini akan diungkapkan 15 penyiksaan yang dialami Yesus setelah ia ditangkap di Taman Getsemani. Rahasia kelimabelas siksaan ini diungkapkan oleh St. Maria Magdalena, seorang suster Klaris Fransiskan. Suster ini mendapatkan anugerah “berjumpa” dengan Yesus. Dalam perjumpaan itu Sr. Maria menyampaikan keinginannya untuk dapat memahami penyiksaan yang dialami pada malam menjelang diadili dan dijatuhi hukuan mati. Tuhan Yesus memenuhi keinginannya.
Kepada Sr. Maria Tuhan Yesus berkata, “Bangsa Yahudi menganggap Aku sebagai manusia paling celaka, yang hidup di muka bumi ini; dan karenanya:
01. Mereka membelenggu kaki-Ku dan menyeret-Ku di atas batu-batu anak tangga, turun menuju ke sebuah ruangan kotor dan menjijikkan di bawah tanah.
02. Mereka menanggalkan pakaian-Ku, lalu mencambuki badan-Ku dengan cambuk yang bersimpul-simpul besi.

Kamis, 03 Maret 2016

Memahami Tri Hari Suci Paskah

MENGHAYATI TRI HARI SUCI PASKAH
Dalam masa pekan suci, yang dimulai dari Minggu Palma, ada hari-hari istimewa bagi umat katolik. Hari-hari ini dikenal dengan Tri Hari Suci Paskah. Karena disebut tri hari suci paskah (tidak ada pra-nya), ada yang mengatakan bahwa ketiga hari itu tidak termasuk masa prapaskah. Ini suatu pemikiran yang keliru, mengingat masa prapaskah ada 40 hari terhitung dari Rabu Abu hingga Sabtu Suci (tanpa menghitung hari Minggu).
Jadi, Tri Hari Suci Paskah masih termasuk masa prapaskah. Tri Hari Suci Paskah merupakan puncak tahun liturgi (SC no. 5; Pedoman Tahun Liturgi no. 18). Sekalipun ketiga hari ini memiliki upacara tersendiri, bukan lantas berarti bahwa ketiganya terpisah satu sama lain. Perayaan Tri Hari Suci merupakan satu kesatuan perayaan. Karena itu, agak aneh jika ada umat yang berpikir cukuplah mengikuti perayaan Jumat Agung saja atau Kamis Putih dan Malam Paskah saja.
Tri Hari Suci Paskah itu ibarat tripod kamera. Hilang salah satu kakinya maka tripod itu tak dapat digunakan. Demikian pula dengan Tri Hari Suci Paskah. Kita tak bisa mengabaikan salah satu dari hari itu. Umat diajak untuk mengikuti keseluruhan perayaan Tri Hari Suci Paskah, yang dimulai pada perayaan Kamis Putih hingga puncaknya pada Malam Paskah.
Agar umat sedikit terbantu dalam menghayati Tri Hari Suci Paskah, berikut ini akan diberikan gambaran singkat tentang tiap-tiap perayaan itu sehingga umat dapat mengikuti dan memahaminya.
Kamis Putih

Rabu, 02 Maret 2016

Membanggakan Profesi

Anto, Budi dan Iwan sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMA. Kini mereka bekerja dengan profesi yang berbeda-beda. Anto dikenal sebagai ahli bedah, dan Budi berprofesi sebagai insinyur, sedangkan Iwan sebagai politikus. Sekalipun profesi mereka berbeda, namun ketiganya masih bersahabat.
Suatu hari ketiganya berkumpul di kafe langganan mereka. Setelah memesan pesanan, mereka asyik bercerita tentang profesi mereka masing-masing. Pembicaraan bermuara kepada kebanggaan pada profesinya, yaitu bahwa profesinya-lah yang paling tua di muka bumi.
Anto     : Kalian tahu manusia pertama? Hawa itu diciptakan dari tulang rusuk Adam. Ini merupakan bidang bedah. Mana mungkin Hawa muncul bila tak ada keahlian membedah.
Budi     : Bro, sebelum Adam dan Hawa ada, keteraturan alam ini diciptakan dari sebuah kekacauan. Ini pekerjaan insinyur.
Iwan    : Betul sekali, bro. Tapi, siapa yang menciptakan kekacauan?
Anto dan Budi saling berpandangan seraya mengangguk-anggukkan kepala.
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:
KPP tentang Kitab Suci

Selasa, 01 Maret 2016

Belajar dari Susan Boyle: Jangan Lihat Penampilan Saja

JANGAN MENILAI DARI PENAMPILAN
Kebanyakan kita menilai seseorang dari penampilan. Jika penampilannya OK, maka orangnya pun pasti OK. Tak sedikit kita meragukan seseorang yang penampilannya tidak OK, misalnya tampang buruk, bentuk tubuh tidak menarik, cara berpakaian acakan, dll. Karena hal ini, banyak orang yang penampilan tidak OK ditolak atau disingkirkan. Tuhan Yesus pernah mengalami hal seperti ini.
Sangat menarik kalau kita belajar dari pengalaman Susan Boyle, salah satu peserta Britains Got Talent tahun 2009. Ketika audisi pertama, untuk menentukan apakah seseorang layak atau tidak mengikuti kompetisi ini, dewan juri meragukannya karena melihat penampilannya. Bahkan Simon, salah satu juri yang terkenal killer, memandang rendah Susan.
Akan tetapi, ketika menunjukkan kebolehannya, mata ketiga dewan juri terbelalak. Banyak orang pun bergitu terpesona mendengar suara emas Susan. Tak heran kalau ketiga dewan juri meloloskannya untuk ikut kompetisi itu. Dan Susan juga dapat berjalan hingga menjadi finalis Britains Got Talent 2009.