Rabu, 19 Juni 2013

Mengatasi Kelemahan

MENGATASI   KELEMAHAN
Ada sebagian manusia yang kerap  berlaku “tidak ramah” terhadap dirinya. Ketika melihat diri sendiri di depan cermin, ketika merenungkan kembali hidupnya, mereka merasa kecewa dengan apa yang mereka miliki. Mereka tidak puas dengan realita hidup mereka. Segudang kelemahan seakan terpapar di hadapan mereka.

Psikoanalis Maxwell Maltz dalam bukunya Psycho-Cybernetics menandaskan, “Jangan pernah menyerah pada kelemahan-kelemahan Anda.” Kekuatan manusia sesungguhnya terletak pada penerimaannya terhadap kelemahan-kelemahannya dan berusaha bangkit menuju keberhasilan. “Sukses merupakan sebuah proses mengatasi kelemahan-kelemahan yang kita miliki, menembus padang gurun menuju padang hijau,” ujar Maltz.

Dengan berani menerima kelemahan-kelemahannya, seseorang telah menerima dirinya secara total. Bagaimanapun, manusia selalu punya kelemahan. Kelemahan seseorang berbeda dengan kelemahan orang lain. Tuhan tidak menciptakan manusia secara massal. Tuhan telah membuat setiap manusia menjadi individu yang unik.

Keunikan setiap manusia sebenarnya merupakan daya hidup yang positif. Tetapi, sebagian manusia telah merusak hidupnya dengan perasaan rendah diri karena keadaannya. Mereka telah membuat rintangan yang menghambat mereka menjadi pribadi yang bahagia. Sebagai insan yang unik, manusia tidak luput dari kelemahan. Bisa jadi kelemahan itu tampak pada penampilan fisik, bisa jadi pada kepribadian. Di manapun  letaknya, setiap manusia pasti punya kelemahan.

Namun, yang pasti, setiap manusia memiliki kualitas positif tersendiri. “Jika kualitas itu masih merupakan harta terpendam, ambillah sekop dan tembilang. Galilah semua keluar. Perlihatkan semua kepada diri sendiri sehingga Anda bisa menghargainya dan menggunakannya sebagai kekuatan,” pesan Maltz.

Erich Fromm dalam bukunya “The Art of Loving” mengingatkan bahwa manusia dianugerahi pertimbangan akal. “Dia bertahan hidup karena menyadari dirinya sendiri, dia memiliki kesadaran akan dirinya sendiri, sesamananya, masa lalunya dan kemungkinan masa depannya.”

sumber: HIDUP, 13 April 2008, hlm 19

Orang Kudus 19 Juni: St. Gervasius & Protasius

Santo gervasius & protasius, Martir

Gervasius dan Protasius adalah anak-anak dari Santo Vitalis yang dibunuh di Ravenna karena Kristus dan Santa Valeria yang mati sebagai martir di Milano. Kedua kakak beradik ini dibunuh di Milano pada tahun 170 karena imannya kepada Kristus. Mereka dikuburkan di Milano. Kerangka mereka ditemukan kembali oleh Santo Ambrosius berdasarkan suatu ilham pada tahun 386 di dekat makam Santo Nabot.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu Biasa XI-C

Renungan Hari Rabu Biasa XI Thn C/I
Bac I   : 2Kor 9: 6 – 11; Injil          : Mat 6: 1 – 6, 16 – 18

Tema sabda Tuhan hari ini adalah tentang memberi. Dalam bacaan pertama, Paulus mengajak kita untuk memberi dengan “kerelaan hatinya, bukan dengan rasa sedih atau terpaksa.” (ay. 7). Dengan memberi kita akan menerima. Penerimaan sesuai juga dengan pemberian. Paulus berkata, “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit pula. Sebaliknya orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula.” (ay. 6).

Demikian juga dalam bacaan Injil hari ini. Yesus mengajak kita untuk memberi atau bersedekah dengan ikhlas dan tulus tanpa pamrih atau mengharapkan pujian. Tuhan Yesus menghendaki agar persembahan atau pemberian itu tidak membuat kita jatuh ke dalam kesombongan. Biarlah hanya Allah saja yang tahu sedekah kita.

Pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita mau berbagi apa yang ada pada diri kita kepada orang lain tanpa mengharapkan pujian. Tuhan menghendaki supaya kita memberi dengan sukacita dan tanpa perhitungan. Kehendak Tuhan ini sangat relevan buat kita dewasa ini, di mana banyak manusia ingin agar sumbangan dan sedekahnya diketahui orang. Sebagai murid Kristus, kita diminta untuk tidak melakukan hal ini. Biarlah hanya Tuhan yang tahu perbuatan baik kita.

by: adrian