Minggu, 20 Juli 2014

Kreasi Iseng Photoshop


Orang Kudus 20 Juli: Nabi Elia

NABI ELIA
Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead hidup pada abad ke-9 sebelum Masehi. Ia adalah seorang nabi besar dan pembela iman akan Tuhan yang Mahaesa, yang telah menyelamatkan Israel dari Mesir. Ia tidak mati melainkan langsung diangkat ke surga dengan keretanya, sehingga diharapkan akan datang kembali pada akhir jaman. Kebesaran Elia sebagai nabi Allah dapat dibaca pada Kitab I Raja-raja bab 17 dst.

sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/20Jul.html
Baca juga riwayat orang kudus 20 Juli:
     1.      St. Vincent Kaun
     2.      St. Margaretha dari Antiokia

Renungan Hari Minggu Biasa XVI - A

Renungan Hari Minggu Biasa XVI, Thn A/II
Bac I    Keb 12: 13, 16 – 19; Bac II         Rom 8: 26 - 27;
Injil             Mat 13: 24 – 43;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang Allah yang maha adil. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Kebijaksanaan, diungkapkan bahwa Allah itu sungguh adil. Keadilan Allah dinyatakan dalam sikap-Nya yang menyayangi segala-galanya, yang mengadili dengan belas kasihan. Di sini terlihat bahwa sikap adil Allah terhadap semua ciptaan, secara khusus umat manusia, karena Allah ingin memberi kesempatan bertobat bagi mereka yang berdosa. Jadi, keadilan Allah bukan hanya terlihat pada sikap-Nya yang mengganjar orang baik dan langsung menghukum yang jahat, melainkan juga memberi kesempatan kepada yang jahat untuk berubah menjadi baik.

Gambaran Allah dalam Kitab Kebijaksanaan ini tampak jelas dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus dalam Injil hari ini. Tuhan Yesus hari ini mengajar para murid-Nya melalui perumpamaan gandum dan ilalang. Allah yang adil tampak dalam sikap si empunya ladang yang tetap membiarkan ilalang tumbuh bersama dengan gandum. Ada satu harapan agar gandum tetap tumbuh menjadi gandum dengan menghasilkan buah, serta terbersit juga harapan agar ada perubahan: ilalang menjadi gandum. Pada akhirnyalah akan terlihat keadilan Allah, dimana ada pemisahan antara yang jahat dan yang baik.

Yang menarik dari perumpamaan Tuhan Yesus adalah bahwa tuan kebun membiarkan saja ilalang tumbuh bersama dengan gandum. Ini ibarat Allah membiarkan kejahatan tumbuh berdampingan dengan kebaikan. Tentulah ada kecemasan bahwa kejahatan akan mempengaruhi atau merusak kebaikan. Hal inilah yang direfleksikan Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menekankan bahwa kita, yang berjuang dalam kebaikan, memiliki kelemahan. Namun bukan lantas berarti kelemahan itu membenarkan kita untuk jatuh ke dalam kejahatan. Paulus menegaskan bahwa Roh Allah akan menguatkan kelemahan kita, asal kita memohon kepada-Nya.

Hari ini bacaan-bacaan liturgi menyadarkan kita akan keadilan Allah. Selama kita hidup di dunia, Allah tetap membiarkan kejahatan tumbuh berdampingan dengan kebaikan. Jika Allah mau, Dia bisa saja langsung menghapus semua kejahatan di muka bumi. Namun hal ini tentu membuat kita tidak memiliki perjuangan. Adanya kejahatan yang berdampingan dengan kebaikan membuat kita tetap berjuang melawan kejahatan itu. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa menjadi “gandum” dan terus melawan kejahatan dalam kehidupan kita. Sekalipun kita memiliki kelemahan, kita dapat meminta bantuan pada Tuhan.

by: adrian