Sabtu, 24 Mei 2025

KETIKA MENTAL ABS MERASUK KE GEREJA

Pada jaman rezim Soeharto, kita kenal istilah “Asal Bapak Senang” alias ABS. Istilah ini dikenakan kepada Presiden RI, Soeharto. Maksud dari istilah ini adalah bawahan-bawahan Soeharto selalu memberi laporan yang baik dan bagus dengan tujuan supaya Soeharto senang. Apapun keadaan dan situasinya, laporannya selalu yang baik dan bagus.

Presiden tidak suka jika ada berita negatif tentang negeri ini. Presiden akan marah kalau mendengar berita buruk itu. Tentulah, pemberi laporan akan sedikit mendapat teguran dan ancaman. Oleh karena itu, para menteri berusaha memberikan laporan yang positif, bukan hanya untuk menghindari dari teguran dan amarah, melainkan juga supaya presiden senang. Dari sinilah muncul istilah ABS itu.

Bisa dikatakan bahwa metode “Asal Bapak Senang” menutup mata dan telinga presiden akan situasi dan kondisi bangsa yang sebenarnya. Presiden tidak akan tahu bahwa ada rakyat yang kekurangan makanan atau anak sekolah terlantar. Bawahan-bawahan presiden selalu memberi laporan bahwa rakyat hidup damai sejahtera dan pendidikan Indonesia maju.

Metode Asal Bapak Senang ini ternyata bukan hanya ada dalam dunia sekular (politik kenegaraan). Di kehidupan Gereja juga bisa ditemui metode dan juga sekaligus mental ABS ini. Mungkin istilahnya tidak ABS melainkan AUS (Asal Uskup Senang).

Klik di sini untuk baca selanjutnya….

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH VI, THN C

Renungan Hari Minggu Paskah VI, Thn C

Bac I Kis 15: 1–2, 22–29; Bac II       Why 21: 10–14, 22–23;

Injil    Yoh 14: 23 – 29

Kalau kita membaca dan merenungkan bacaan pertama hari ini, kita dapat mengetahui sedikit situasi jemaat perdana yang ada di luar Yerusalem. Para jemaat, yang belum lama menerima pengajaran tentang Kristus dan telah menerima Kristus, mengalami dilema dalam hidup terkait iman akan Kristus. Ada orang-orang menyebarkan ajaran terkait dengan Kristus tapi bertentangan dengan apa yang pernah disampaikan oleh para rasul. Hal ini membuat jemaat merasa gelisah dan goyah imannya. “Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka” (ay.24). Karena itulah, para rasul menyampaikan pesan lewat Rasul Paulus, Barnabas, Silas dan Yudas. Pesan para rasul ini sejalan dengan pesan Yesus. Dalam Injil Yesus berpesan, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (ay. 27c). Para murid-Nya tak perlu gelisah dan gentar, karena ada Roh Kudus “yang diutus Bapa dalam nama-Ku” (ay. 26). Roh Kudus ini akan mengingatkan para murid akan semua yang pernah dikatakan Yesus.

Yohanes, dalam kitab Wahyu yang menjadi bacaan kedua, secara tidak langsung merefleksikan persoalan yang ada dalam bacaan pertama dan nasehat Yesus dalam Injil. Yohanes hendak mengingatkan jemaatnya bahwa iman mereka itu didasarkan pada iman para rasul. Kota yang kudus (ay. 10) dalam penglihatan Yohanes adalah Gereja. Lalu Yohanes menulis bahwa “tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba” (ay. 14). Karena itu, jika umat menemukan ajaran iman yang bertentangan dengan ajaran para rasul, dengan sendirinya umat tak perlu gelisah dan gentar. Langsung tolak. Roh Kudus akan mengingatkan mereka akan hal itu.

Dewasa ini para murid Kristus masih terus menghadapi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran para rasul. Hal itu bisa datang dari kalangan islam, bisa juga dari kalangan protestan. Tak sedikit ustad-ustad dan juga pendeta-pendeta menyampaikan pengajaran yang membuat umat katolik gelisah dan gentar. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tidak usah gelisah dan takut. Yesus sudah menjanjikan Roh Kudus yang akan mengingatkan kita akan pengajaran Yesus yang diwartakan para rasul.

by: adrian